[AN: Thanks buat pembaca setia Hanabi
makasih buat voment kalian yg brarti and so sorry for a real long time update... wahhah jakarta banjir ulangan numpuk gila maklum #apasih
btw thanks for @aoelia buat ide karakter Javar kalian bs liat mukany di media wakakakak ud gue edit.
Dan oh ya bagi kalian yang belom tau di bbrapa chapter sebelumnya (1-8) udah gue kasi gambar bs diliat kl mauu
enjoyy this story anyway]
********
Beyond all of the others
Stained of blood and pain
You come to me
Like nobody else ever had
**************************
"Menurutmu bagaimana?"
Mata cokelat Javar menyipit menatapku, "Kau-"
Dan sebelum ia sempat menyelesaikan kalimatnya, tangan kananku menancapkan mata pisau tepat ke lengan kiriku.
Rasa sakit, panas, serta membakar sekaligus menghantam lengan kiriku.
Otot di sekitar bahuku bereaksi keras dengan gerakan mengguncang sepersekian detik setelah pisau ditancapkan disana. Tulang belikatku terasa seperti ditarik. Detak jantungku mendadak terasa sangat kencang hingga aku dapat merasakan denyutannya sampai ke pangkal tenggorokan. Wajahku memanas karena aliran darah. Dan aku menahan desakan untuk mengerang dengan menggigit bagian dalam pipiku ketika cairan merah pekat mulai mengalir keluar dari tempat aku menancapkan mata pisau.
Dengan tangan serta bahu yang bergetar hebat, aku memaksa tubuhku membungkuk, mengarahkan darah yang mengalir dari lenganku untuk menetes tepat di dalam mangkuk tanah liat di atas pangkuanku.
Beberapa tetes meleber, menghasilkan tetesan warna merah gelap yang kontras dengan kain merah terang kimonoku.
Pandanganku terrtuju pada genangan darah yang mulai mencapai satu perlima mangkuk serta rasa panas menusuk pada lengan kiriku.
Setelah merasa ada cukup genangan darah di dalam mangkuk tanah liat, tangan kananku mencoba menyentuh gaggang pisau yang masih tertancap pada lengan kiriku perlahan.
Namun sial bagiku sedikit gerakan yang menggoyang mata pisau saja membuat tubuhku bergidik tak karuan dan pandanganku mengabur seketika.
Rasa sakitnya lebih buruk daripada kulit yang melepuh karena terkena besi panas. Kurasakan denyut dari otot di sekitar lengan kiriku menimbulkan reaksi aneh yang membawa efek menggigil pada seluruh persendian di tubuhku.
Menggigit bibirku dengan penuh keyakinan, aku kembali mencengkram ganggang pisau yang masih tertancap di lengan kiriku dan mencoba menariknya lagi.
Namun sia-sia.
Tangan kananku terlalu gemetar ketika melakukannya sehingga aku harus berhenti di tengah jalan dan meletakan tangan kanan di samping tubuhku dengan pasrah.
Keringat dingin mulai membasahi punggungku. Dan aku dapat melihat Javar menatapku dengan ekspresi tak terbaca dari sebrang tubuh terlentang Daichi.
"Javar.." ketika aku memanggilnya, suaraku tidak terdengar seperti yang kuharapkan. Suaraku terdengar persis seperti seekor rusa yang merintih kesakitan saat tali penjerat mencekik lehernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANABI
Historical FictionDi usiaku yang ke 16, orangtuaku menjualku menjadi wanita penghibur ke Edo. Berbekal sedikit ambisi aku mencoba merubah takdirku dengan membuat kesepakatan dengan seorang samurai muda, menikahinya. Tidak ada rasa cinta--tentu saja. Dan permainan ini...