🌟9🌟

29 6 3
                                    

Kegagalan terbesar dalam hidup seorang kakak adalah membiarkan adik perempuannya pergi dan dirusak oleh seseorang.
-Raga Syafalah Nasution-

Raga dan kedua orang tuanya sedang duduk di ruang tamu sembari membicarakan perilaku Kayla yang semakin menjadi. Kedua orang tua Raga dan Kayla saling menatap sambil mengangguk membuat Raga tak mengerti apa yang diisyaratkan oleh mereka.

"Lo mau ke mana malem-malem?" tanya Raga begitu melihat Kayla turun dengan pakaian rapi.

Kayla menghentikan langkahnya, "Bukan urusan lo!"

"Kalian ada masalah apa? Kamu juga Kayla, anak perempuan, malam-malam mau ke mana? Sama siapa?" tanya Bagas bertubi-tubi.

Kayla tampak mengela napas malas, "Sama temen, bentar doang kok Pah."

"Kamu itu cewek loh Kay, harusnya kamu itu bisa menjaga pergaulan kamu. Ini udah malem, lagian orang tua mana yang izinin anak gadisnya keluar malem," kata Kirana.

"Aduh, Mah ada masalah apa sih? Kayla tuh pusing di rumah terus!"

Kayla tak lagi menghiraukan teriakan dari keluarganya, ia terus melangkahkan kakinya menuju ambang pintu. Tepat di lantai terakhir menuju keluar rumahnya, Bagas berdiri dan mencoba mengancam Kayla agar ia tidak pergi di malam hari seperti ini.

"Okey, Kalau kamu berani keluar detik ini juga, Papah akan kirim kamu ke sekolah asrama."

Kayla tampak menghentikan langkahnya dan diam mematung namun, ancaman ini tak berpengaruh padanya. Kayla malah semakin gencar untuk keluar dari rumahnya walaupun setetes mutiara turun dari matanya.

"Kayla!" teriak Bagas dengan keras.

Raga mencoba menenangkan Bagas yang sudah lewat kendali dan membawanya duduk di sofa. Sementara Kayla, dia tersenyum senang sekaligus terkejut melihat seseorang yang telah menjemputnya.

"Lo beda banget Rey," ucap Kayla terkagum.

"Hm, ya udah ayok."

Kayla langsung masuk ke dalam mobil Rey, sedangkan Raga terus mengamati mobil yang membawa Kayla pergi. Raga merasa seperti tak asing melihat mobil barusan.

"Mah, Pah, Raga izin mau ikutin Kayla. Assalamualaikum."

Raga langsung menyambar jaket dan kunci motornya, ia harus bergegas cepat untuk menyusul Kayla. Mungkin dia akan tertinggal jauh, tapi dia harus terus mencari keberadaan Kayla. Sekarang dia tahu benar pemilik mobil yang menjemput Kayla tadi. Sepertinya benar, Raga sudah kehilangan jejak.

"Lucky, gue butuh lo, cepetan dateng ke lampu merah deket mall, nggak usah banyak tanya, langsung dateng sekarang!"

Raga langsung mematikan panggilannya tak ingin mendapat banyak pertanyaan dari Lucky. Jika ia mengatakan tentang Kayla, pasti Lucky akan menolaknya karena masalah mereka yang belum usai.

Sepuluh menit kemudian, akhirnya Lucky datang, "Ada apa sih? Lo bikin masalah? Awas aja kalo lo hamilin orang, gue nggak mau ikut campur."

"Iri, bilang bos. Masih mending gue hamilin orang, daripada lo, hamilin tikus got."

"Serius? Serius lo hamilin orang?"

Raga menjitak jidat Lucky saking kesalnya. Bagaimana bisa Lucky berpikir bahwa Raga yang polos nun lugu ini disangka menghamili anak orang.

"Lo liat muka gue? Emang ada tampang-tampang keseriusan di garis wajah gue, hm? Lo yang tolol!"

"Ya terus ada apa?"

Thank You L!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang