Seven

304 20 0
                                    

Genius yang sudah dijemput oleh Alex sesuai dengan keinginan, mereka kini sedang berkumpul di dalam markas yang biasa digunakan, hanya beberapa orang penting yang berkumpul bersama genius, yang lainnya kini sedang mempersiapkan acara.

"Tamu kita sepertinya sekarang sangat istimewa ya" ucap Bramantyo.

"Canlon anggota kita, bukan orang sembarangan tentunya, ahh sudahla ntar juga kao tau" jawab Alyan yang betkutat dengan layar komputer di depannya mencari berbagai informasi kasus yang akan ia tangani

"Sudahla All disini kita akan bersenang senang selama semalaman, istirahatkan dulu mata, otak, dan tubuhmu itu, sebentar saja ayolaaaaa" bujuk Lavon dan diikuti oleh anak buah lainnya menghampiri kursi yang diduduki Alyan.

"Lihatlah anak buahmu yang malang ini, dia sudah pusing menemanimu duduk di kursi yang terasa semakin panas ini, lihat bahunya menurun, sudah lelah dia tu nona, benarkan Danta" ucap Albern sambil memijat bahu Danta yang memang ada disebelah nememani mencari informasi.

"Saya diundang secara khusus namun sepertinya tidak ada penyambutan secara khusus oleh tuan rumah disini" ucap Genius yang ntah sejak kapan sudah ada di ambang pintu, tentunya bersama Alex disampingnya.

"Karpet merah sepertinya tidak cocok untuk digelarkan sebagai media berjalan mu, bagaimana dengan darah merah sepertinya jauh lebih berwibawa jika berjalan ala catwakl diatasnya" tanggap Alyan dengan smirk diwajahnya

"Darah manusia bajingan tidak sepantasnya diperlakukan sehormat itu dengan berjalan di atasnya akan mengenai sepatu mahalku ini, dan tentunya akan menjadi noda yang menjijikan" balas Genius sambil berjalan ke arah kursi di meja bundar utama.

"Sebuah kenikmatan bisa melihat darah bercucuran langsung dari tubuh tubuhnya, seperti balon air yang berlubang membuat isi artinya bercucuran keluar" sambung Alyan lagi sambil menghampiri Genius diikuti dengan anak buah lainnya ikut bergabung ke meja utama

"Tugas yang sangat mulia membantu malaikat mencabut setiap nyawa manusia, namun ujung ujungnya tetap saja dengan niat mulia ini berujung di neraka" sambung Ervan

"Baik buruknya pekerjaan ini ahhh ntahla sisi kanan ku selalu menjalankan perintah tuhan, namun sisi kiriku terus membantu proses pembunuhan manusia manusia brengsek selanjutnya" ucap Yoan

"Ahhhh pekerjaan ini berdosa atau tidaknya sudah menjadi urusan kita di akhirat, persiapkan saja dari sekarang sudah pasti masuk neraka" ucap cayes sambil nemepuk kepalanya

"Heyy heyy heyy ada apaa dengan kalian semua, sudah tidak mau lagi kah bekerja dengan kita kita dengan pengumpulan dosa setiap detiknya" ucap Alex

"Tentu saja kami tidak bisa meninggalkan pekerjaan senikmat ini, ahh sudahla dosa telah menjadi daging ditubuh kita" ucap Gane dan disetujui oleh semuanya

"Wohoo wohooo, mari kita berpesta hari ini, lihatlah ternyata tamu istimewa kita adalah keponakan ku sendiri, astaga lama tidak berjumpa kita" ucap Bramantyo setelah kembali dari meja barr

Bramantyo langsung menghampiri Genius dan merangkulnya "hai bung, kau mengambil jalan yang tepat untuk ini, lanjutkan jalan papamu dulu, ya memang sih posisi mu yang sekarang sudah ditempati Ale, itulah karna kau enggan untuk bergabung, cenderung terus menjadi pribadi yang terbilang kuno dari peradaban lahh" Bramantyo terkekeh.

"Yahh begitulah, tak apa posisiku ditempati Alyan, toh aku memang tidak berniat menempati gelar itu, ahhh aku gabung pun ya karna anak ini yang membujuku, gadis kurang ajar" canda Genius.

"Shut up your mouth!!! rasa hormat mu pada yang tua semakin menipis sekali hah" Alyan berdiri dari kursinya lalu berjalan cepat menjauhi mereka.

"Whatttt?!! astaga ada apa dengan anak itu, sejak kapan dia se baperan ini" cibir Genius

B.R.DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang