one

999 74 2
                                    

     Alyan kini sedang bersantai di balkon kamarnya ntah kapan terakhir kali ia melakukan hal ini, dirinya bahkan jarang pulang ke apartemen miliknya setiap detik,menit,jam selalu ia habiskan di markas.

Dirinya menyesap kopi dengan dalam dalam ditemani dengan kicauan burung yang berada di pohon pohon seakan menyapa dirinya.

Namun nada dering telpon merusak suara kicauan merdu burung-burung itu, aghrr apa tidak bisa tidak ada yang mengganggunya di minggu pagi ini.

ALEX, nama itu tertera di layar ponselnya,dengan malas ia mengangkat telponnya.

"Apaan," tanya Alyan to the point.

"Wehh selo dong..... ini gue mau ngasih tau ada markas anak buah kita diserang tadi malam, beruntung tidak ada yang cedera parah hanya seder lembab, masih belum diketahui atas motif apa mereka ngelakuin itu," jelas Alex.

"Tanya mereka satu persatu pernah berbuat sesuatu yang mencari masalah dengan membawa bawa komunitas kita,"

"Tidak ada satupun yang mengaku, gue kenal mereka, mereka gabakalan berkhianat dengan memembawa masalah pribadi dengan menyangkut-pautkan BRD,"

"Lacak mereka.... lalu buat mereka mengakui atas motif apa mereka melakukan itu,"

"Siap," telpon pun terputus, Alyan kembali menyesap kopi susu miliknya yang tadi sempat tertunda.

Alyan melihat berdiri dari kursi balkonnya ia berjalan ke arah pagar yang terpasang di ujung balkon, dapat dilihatnya langsung kesibukan kesibukan orang orang yang tinggal di apartemen miliknya ini.

Ya dirinya kini tinggal di apartemen miliknya yang benar benar hasil dirinya tidak ada campur tangan kakanya sama sekali, bahkan Alvino sendiri Alyan memiliki apartemen bintang lima yang kini berdiri di tengah tengah kota Jakarta.

Bila kita membahas tentang orang orang di masa lalunya, mustahil baginya dalam kurung waktu yang singkat ini ia berhasil melupakan semuanya, bagaimanapun hatinya begitu sakit mengetahui Alvino menutupi fakta besar ini pada dirinya.

Alyan menatap ke bawah dilihatnya seorang kaka beradik yang sedang berolahraga lari di halaman depan apartemen miliknya yang memang terdapat taman mini namun bisa untuk dijadikan sarana olahraga.

Air matanya menitik bigitusaja, kenangan manis akan Alvino dan dirinya ntah mengapa membuat dadanya sakit tak kuasa menahan rindu, jujur saja ia merasa menyesal, ia beranggapan bahwa Alvino tidak mencari dirinya begitu pergi dari rumah sakit saat itu.

"Aku harap kau baik-baik saja disana tanpa kehadiranku," gumam Alyan.

Dering telpon kini kembali membuyarkan lamunannya, dan ya masih orang yang sama yang kini menelpon dirinya.

"Mereka adalah geng motor yang selalu melakukan kebut kebutan di jalanan, reputasi geng motor mereka yang katanya sangat amat berbahaya, mereka pun sempat melukai orang orang sesuka hati mereka, buronan yang selalu keluar masuk penjara, mereka semua berasal dari keluarga terpandang jangan heran kenapa bisa keluar masuk jawabannya selalu uang," crocos Alex tak henti ketika Alyan baru saja mengangkat telponnya.

"Lantas apa motif mereka," tanya Alyan.

"Gue bingung harus beranggapan mereka itu bodoh atau terlalu pintar, mereka melakukan itu karena sang ketua mereka merasa cemburu karena mantan yang ia sayangi dekat dengan anggota kita Mexel, ia tak terima, ketua mereka yang dikenal dengan nama Laga itu menganggap bahwa Mexel itu hanya anak komunitas biasa yang selalu menongkrong di cafe cafe," jelas Alex.

"Dasar remaja otak kentang... undang geng motor itu ke markas kedua kita secara baik baik, ingat!" Ucap Alyan membuat Alex sedikit terkejut.

"Hah untuk apa? Biasanya kita selalu membantainya, tanpa ada basa basi dengan mengundang mereka dengan baik-baik," Tanya Alex tak habis pikir.

B.R.DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang