3. Kenangan yang Telah Lalu

2 0 0
                                    


3. Kenangan yang Telah Lalu


◄◄Kilas Balik►►


"Tunggu aku, hey" teriak seorang anak perempuan berumur sekitar 10 tahun kepada teman laki-lakinya yang sebaya. Mereka tadinya bermain bersama hanya berdua, tetapi tiba-tiba datang seorang anak laki-laki yang mengajak sang bocah perempuan bermain bersama. Hal tersebut membuat sang bocah laki-laki tidak menyukainya lalu pergi meninggalkannya dan berujung pada kejadian tadi.

Sang bocah laki-laki terus berjalan tanpa menghiraukan panggilan dari bocah perempuan tersebut. Ia sangat kesal karena bocah perempuan itu mengabaikannya dan malah lebih memilih bermain dengan bocah lain yang bahkan mereka baru saja bertemu.

"Tunggu ak- Argh" ucapan sang bocah perempuan terhenti dan digantikan oleh teriakannya lalu ia menangis dengan kencang. Lantas bocah laki-laki yang berniat meninggalkannya itu berbalik dan mendapati temannya itu terjatuh karena tersandung batu yang lumayan besar karena hendak mengejar sang bocah laki-laki.

Bocah laki-laki itu panik dan berlari menghampiri temannya yang menangis. Ia terlihat kebingungan harus melakukan apa karena ia juga panik. Ia hanya menepuk punggung sang bocah perempuan tersebut menenangkan agar berhenti menangis. Ia melihat bahwa di lutut bocah perempuan itu terdapat sedikit luka karena bergesekan dengan tanah.

"Cup cup cup, udah jangan nangis. Ayo kita pulang" sang bocah laki-laki berusaha menenangkan agar temannya tersebut diam. Akhirnya mereka pun pulang bersama menuju ke rumah masing-masing. Bocah perempuan itu berjalan dengan dituntun oleh bocah laki-laki karena lututnya merasa perih. Dengan sabar sang bocah laki-laki menuntunnya sampai ke rumah.

"Nah udah sampe nih. Sana bilang ke mamamu minta diobati" ucap sang bocah laki-laki tersebut kepada sang bocah perempuan. Ia mengantarnya sampai ke teras rumahnya lalu mendudukannya di teras tersebut.

"M-makasih ya Jefri" ucap sang bocah perempuan tersebut lalu tersenyum. Sejenak, jantung sang bocah laki-laki, Jefri berdegup lebih cepat. Namun ia tidak tahu mengapa ia merasakan hal seperti itu.

"A-ah iya, udah sana masuk. Dadah Wonny" ucap Jefri sambil melambaikan tangan ke arah Wonny. Sang bocah perempuan pun tertawa dan membalas lambaian tangan tersebut. Jefri pun pergi pulang menuju ke rumahnya.

Selama perjalanan pulang, Jefri tidak ada hentinya tersenyum membayangkan kejadian tadi. Ia masih terpikir senyum manis Wonny yang tiba-tiba saja membuat jantungnya berdegup kencang.

"Oh ibu, aku ini kenapa?" gumam Jefri sambil menatap ke langit yang luas. Halaman rumahnya sudah terlihat dan ia semakin mempercepat langkahnya tidak sabar untuk menikmati makan siang yang dibuat oleh ibunya tercinta.


~~~


"Pagi Wonny" teriak Jefri dari depan rumah Wonny. Lalu keluarlah seorang wanita paruh baya yang terlihat bahwa celemek masih melekat di tubuhnya. Wanita tersebut tersenyum kepada Jefri dan menyuruhnya agar mendekat.

"Sebentar ya, Wonny sedang menikmati sarapan paginya. Ayo kamu ikut sarapan bersama!" tawar wanita tersebut kepada Jefri, tetapi hanya dibalas gelengan oleh Jefri.

"Ngga, tante. Jefri udah sarapan tadi. Ibu masak telur mata sapi, enaaak sekali" ucap Jefri memuji masakan ibunya sambil menunjukkan ibu jarinya. Melihat hal itu membuat Ibu Wonny tersenyum.

"Ah begitu? Baiklah. Kapan-kapan kamu sarapan di sini ya?" tawar wanita tersebut lalu tersenyum. Jefri mengangguk antusias menerima tawaran tersebut. Lalu keluarlah seorang bocah perempuan dengan kuncir duanya yang membuatnya semakin menggemaskan.

RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang