Wattpad Original
Ada 1 bab gratis lagi

Chapter 4

18.5K 2.2K 45
                                    

"Cia?" Aku tersentak mendengar panggilan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cia?" Aku tersentak mendengar panggilan itu. Aku melihat Expan yang kini menatapku.

"Ya?"

"Minggu depan Mama ulang tahun. Dia nyuruh aku undang kamu. Mau datang nggak? Kalau kamu nggak mau datang nggak apa-apa. Aku cuma menyampaikan yang diminta Mama."

"Bener diundang?" tanyaku tak percaya.

"Mama bilang kamu selalu nggak bisa tiap diundang. Kali ini usahain datang. Mama pasti chat kamu. Katanya dia kangen."

Aku mengangguk pelan. Entah kebetulan atau tidak, kulihat layar ponselku menyala dan bergetar. Aku mengambilnya dan melihat pesan WhatsApp. Seperti yang Expan katakan, ibunya mengirimkan pesan. Mengundangku ke acara ulang tahunnya seperti tahun-tahun sebelumnya.

"Panjang umur, Mama chat aku," aku memberitahu. "Aku usahain datang. Nanti aku datang ajak Sweety atau mungkin Kinderella."

"Oke."

Expan kembali menatap berkas di tangannya. Sialnya waktu aku memerhatikan, Expan menangkap basah diriku sampai aku terpaksa memalingkan wajah.

"Oh, iya. Kamu ingat Jevan teman kampusku waktu di Amsterdam dulu?" tanya Expan padaku. Aku mengangguk. "Dia ngajak ketemu. Dia bilang ajak kamu sekalian. Aku belum cerita kita udah pisah. Dia sendiri baru balik ke Jakarta. Dia lagi urus kasusnya karena ditipu temannya."

"Oh, ya? Kenapa dia nggak urus kasusnya di sini?"

"Jevan udah urus di law firm lain. Ternyata mantan istrinya yang jadi lawyer-nya."

"Oh, gitu." Aku manggut-manggut. Aku kenal Jevan. Tentu sempat diceritakan mengenai mantan istrinya. Aku pernah bertemu Jevan saat masih menikah dengan Expan di Amsterdam. Soalnya Jevan menetap di sana.

"Kamu mau ikut nggak?" tanya Expan.

"Kapan?"

"Siang ini."

"Hari ini banget?"

"He-em. Soalnya Jevan masih perlu ngurus beberapa hal jadinya nggak tahu bisa ketemu kapan lagi."

Aku berpikir sejenak dan diam cukup lama. "Aku tanya Sevell dulu ya. Kalau diizinin, aku ikut," lanjutku.

Expan tersenyum miring di seberang sana. Aku bingung. Apa yang membuatnya tersenyum?

"Lucu ya. Waktu nikah sama aku, kamu nggak pernah izin dulu kalau mau ke mana-mana. Selalu seenak hati," sindirnya.

Aku merasa tertohok. Sialan! Expan suka banget bikin aku kesal. Bentar-bentar baik, bentar nyindir, bentar sinis. Memang sialan sih manusia ini!

"Ya, tapi bagus deh. Dengan begitu kamu menghargai pasangan kamu," sindirnya semakin sinis.

Aku berdecak kasar. Kalau bisa kutusuk pakai tatapan, aku sudah melakukannya sejak tadi. Dasar mantan sialan!

LaciaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang