05. HIKD : Lemonade

91 18 15
                                    

Evan merasa beruntung memiliki Karina sebagai kekasihnya.

ʕ ꈍᴥꈍʔ

Diluar hujan deras, dengan angin kencang dan petir yang menyambar. Harusnya dalam keadaan semenyeramkan itu semua orang akan duduk dirumah sambil menyeruput segelas teh dan gorengan hangat bersama keluarga. Namun, tidak dengan U-Niverse geng yang Sejak tadi duduk santai di warung Mak Endut tempat nongkrong kesayangan mereka sambil mengangkat sebelah kakinya seperti bapak-bapak yang sedang menikmati kopi di warkop. Walaupun sebenarnya warung Mak Endut ini tidak beda jauh dengan warkop pinggir jalan yang sering disinggahi oleh bapak-bapak itu.

Warung Mak Endut itu bisa dibilang basecamp untuk U-Niverse geng, hampir setiap hari mereka disana sekedar untuk menikmati secangkir kopi susu buatan Mak Endut yang sudah terkenal sangat enak seantero SM atau merokok dengan bebas disini. Seringnya si U-Niverse pake warung ini untuk rapat geng, mengatur siasat serangan balik ke geng lawan.

Seperti saat ini Evan dan rekan lainnya yang sibuk berdiskusi di tiga meja kotak yang disatukan hingga menjadi panjang dan mampu menampung semua anggota yang hadir hari ini.

"Kan gua udah ngajarin berkali-kali, jangan ngelawan kalok nggak ada persiapan sama sekali!" Cercah Luki.

Selaku mantan pimpinan digeng ini, walaupun masa jabatannya sudah habis tentu dia masih memiliki tanggung jawab untuk mengurus pengurus selanjutnya, membimbing dan mengajari bagaimana bertindak menghadapi tim lawan.

"Ya gua mana tau bang, kalok anak galaxy tiba-tiba nyerang." Tentu Evan membantah, lagipula yang dia lakukan hanya untuk melindungi diri dan para anggotanya. Ini bukan kali pertama dia dan dua rekan lainnya berkelahi bukan?

"Dia juga ngapain coba tiba-tiba masuk kawasan kita?"  Itu suara Tiway yang sedikit tertahan karena bibirnya yang terasa kebas karena luka yang belum juga ia obati dengan benar.

Luki geleng-geleng kepala sambil kembali menghisap puntung rokok yang tinggal setengahnya lagi. Kepalanya dilanda sakit sekarang karena melihat juniornya yang sulit sekali diajari padahal sudah berkali kali diberitahu.

"Besok gua nggak mau lagi liat kalian babak belur kayak gini lagi, ngerti!?" Kalimat terakhir Luki sebelum bangkit dan meninggalkan Evan bersama anggota yang lain.

"Ayo pulang, kalian nunggu apa lagi?"

"Bentar lagi bang, tanggung kopi gua belum abis." Saut Jeffrey.

"Way, gua nebeng sampai depan gang ya. Motor gua masuk bengkel tadi pagi."

"Ganteng doang, mau pulang nebeng orang." Tiway mencibir, membuat Luki yang sudah berdiri diambang pintu warung Mak Endut tersungut sungut hingga kembali menghampiri Tiway dan langsung mengapit kepala cowok berwajah imut itu sambil mengoset kepalanya.

"Ngomong apa lo barusan!?"

"Eh enggak, ganteng banget- aduh bang kepala gua sakit, ampun bang! Ampun!"

Evan dan Jeffrey hanya tertawa jenaka melihat interaksi keduanya, terkadang Evan berfikir bagaimana bisa seorang Lukman Pratama bisa menjadi kandidat raja disekolah nya dengan melakukan yang sebelas dua belas dengan bocah yang masih suka bermain di taman bermain. Mukanya imut walaupun terkadang suka dibuat-buat sok sangar.

Jam ditangannya sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam saat Evan sampai dihalaman rumah nya. Ia menghembuskan nafas sebelum memberanikan diri untuk membuka pintu rumahnya sambil mengendap endap.

Bajunya yang lembap akibat terkena air hujan tadi membuatnya sedikit menggigil, bahkan sekarang ia merasa tubuhnya sudah keriput dan pucat. Itu kenapa Evan benci hujan, dia tidak suka kala tubuhnya harus bersentuhan dengan dinginnya air hujan, mencium tanah yang terkena hujan atau bau basah khas yang timbul setelah hujan. Evan tidak suka semua itu.

He Is Kak Evan | Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang