Meet With The Girl

53 31 121
                                    

"ARDIAN"
♡Happy Reading♡



  

"Dasar anak ga berguna!!" Suara mamanya meninggi. Setelah banyak perdepatan antara ia dan anaknya itu. Rasa amarahnya memuncak.

Kisya, dia hanya diam menahan segala rasa sesaknya. Ia berlari keluar rumah. Tak pedulikan teriakan mamanya yang mencoba menghentikannya.



"Kenapa hiks... kenapa...". Kisya sudah mendudukkan diri di taman menekuk kakinya sembari menangis tersedu. Badannya bergetar ia tak sanggup melewati semua sendiri.

Namun, tanpa ia sadari sepasang mata melihatnya. Selalu mengawasinya. Entah kenapa orang itu seolah dapat merasakan apa yang gadis itu rasakan. Dengan perlahan ia mendekat ke gadis itu, merengkuhnya pelan kedekapannya.

Hangat, batin Kisya. Pelan pelan ia mendongakkan kepalanya mengerjapkan matanya berkali kali. Siapa?.

"Dug".

Kepalanya membentur dada bidang lelaki itu. Ia coba melepaskan diri dari rengkuhan.

"Lu siapa? Penjahat? Mau bunuh gua?" Kisya kembali terisak pelan. Lelaki itu tak bersuara sedikit pun.

Kisya yang tak mendapat jawaban kemudian berkata lagi, "bunuh aja culik aja gapapa gua capek hidup ga guna".

"Mau mati? Bareng boleh?".

Suara lelaki itu berat bak bariton namun lembut menenangkan.

"Halo?" Lelaki itu menatap Kisya yang sedari tadi bengong.

"E eh iya, maaf bajumu" Kisya melihat baju laki itu basah karena tangisnya tadi.

"Hm".

Kisya menyodorkan tangannya "Nama gua Kisya lu?".

"Ardian".

"Kenapa lu tau gua disini eh maksudnya kenapa kok meluk gua? Kan kagak kenal" sepertinya Kisya sudah lebih baik dari yang tadu buktinya ia sudah bisa mengoceh bukan?.

"Kalo gua kenal lu?" Jawab Ardian.

Kisya menatap lelaki itu dalam, ia berusaha mengingat ingta hanya saja ia tak berhasil tau satu hal pun yang terjadi dengan lelaki ini. "Emm maaf gua lupa sama lu, kenal kapan emang?".

Bukannya menjawab Ardian hanya menarik lengan Kisya.

"Ck, pelan pelan ihh sakit tau". Lihat tangan Kisya memerah karena Ardian terlalu kuat menariknya.

"Maaf".

Kisya hanya mendengus sebal.

"Cepet naik" Ardian menyodorkan helm ke Kisya.

Kiaya menatap heran lelaki di depannya ini, "kemana?" Tanyanya.

Lagi lagi tak ada jawaban Ardian hanya menyalakan motornya bersiap pergi. Dengan cepat Kisya langsung menaiki motor itu memegang bagian ujung jaket Ardian. Ardian pun langsung menjalankan motornya mengajak Kisya ke suatu tempat nostalgia.

Gua nemuin lu Kisya.


●                                                       
Nyaman itulah yang Kisya rasakan. Ia merasa pernah kenal dengan Ardian. Mulai dari awal, seperti tak asing dengan pelukan lelaki itu. Itulah mengapa Kisya membiarkan Ardian memeluknya, ia kira itu salah satu keluarganya atau temannya karena rasa dekapannya same like someone she know. Cara bicaranya, bentuk wajahnya, juga postur tubuhnya. Seperti ada ingatan samar di otaknya. Sayangnya, ia tak ingat pasti. Jadi, siapa sosok Ardian?.


●                                                     
"Udah sampai".

Kisya segera turun dari motor itu melihat sekelilingnya. Hanya satu yang ada dibenaknya indah.

"I ini dimana?" Senyum terukir di wajah Kisya. Seperti tak asing dengan tempat ini, pikirnya. Seolah banyak kenangan di tempat ini.

"Danau " jawab Ardian singkat. Ia menepuk kursi sebelahnya menyuruh agar Kisya duduk di situ.

Kisya hanya menurut, duduk sembari memejamkan matanya menikmati angin semilir ini.

Ardian menoleh ke Kisya, "Cantik".

"Ha? Eh makasih". Pipi Kisya bersemu merah mendengarnya.

Ardian terkekeh pelan "Bukan lu, danaunya yang cantik".

Sangat memalukan benar benar malu bisa bisanya Kisya kegeeran. Untuk menutupi itu Kisya hanya menolehke arah lain sambil bersenandung kecil.

"Es krim" gumanya pelan setelah melihat gerobak penjual es krim di ujung sana.

Ardian menoleh, "Tunggu".

Tak lama Ardian datang dengan satu es krim ia genggam.

Kisya bersorak, namun ia tak mau geer lagi malu. Untuk memastikan ia bertanya "Buat gua?".

"Ga" seketika mood Kisya turun, bibirnya maju kesal.

Ardian mengacak rambut Kisya gemas "Iya buat lu".

Seketika Kisya langsung senang kembali, ia merebut es krim itu dari tangan Ardian dan segera melahapnya.

"Kok lu tau rasa es krim kesukaan gua?".

Ardian mengambil tisu mengelap es krim yang belepotan di bibir Kisya. Setelah bersih ia menjauhkan badannya. "Kan kita udah pernah bareng lama ya kali gua ga tau".

Deg

Jantung Kisya tolong ia ga kuat lama lama dasar Ardian bikin anak orang jantungan. Pipinya memerah perlahan. Sudah pasti itu seperti kepiting rebus.

Harus terlihat bomat, batinnya.

"Ekhem" Kisya berdehem menghilangkan rasa gugupnya. "Maaf ya aku lupa aku ga inget".

Ardian tersenyum lembut ke arah Kisya "Gapapa aku bantu biar kamu inget".

Kisya menganggukkan kepalanya pelan. Gila manis banget Ardian.

"Mau kemana setelah ini?" Tanya Ardian memecah keheningan.

"Mau pulang tapi.."

Belum selesai ia bicara Ardian terlebih dahulu memotong "Apartku".

Boleh aja sih tapi kan dia laki aku perempuan, haduh ini pikiran udah ga waras kali ya otakku kata hatinya.

"E eh tapi.."

Seolah tau apa yang dipikirkan Kisya, Ardian menyela kembali "Ada dua kamar tenang".

Mereka pun segera menuju motor Ardian dan melanjutkan perjalanan di apart.

PSYCHOPATH ARDIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang