Bab7: Sick In Love

10 4 5
                                    

Hai, untuk kalian yang baca cerita ini, maaf jika ceritanya tidak memenuhi selera kalian. Aku ucapin terima kasih udah mau baca.
Happy Reading ✨

🍒Bab7: Sick In Love🍒

"Kak, maaf, kakak bisa bantu aku?"

"Hai, iya kakak harus bantu apa? Nama kamu siapa?"

"Nama aku Amira. Kak, bantu aku nyari ibu aku ya?"

Aku lantas membantunya untuk mencari ibunya. Di sekitaran pantai, anak kecil itu mencari sang ibu. Ternyata, anak itu terpisah dari sang ibu. Ah, beruntung Amira bertemu dengan ibunya.

Aku lantas kembali ke hotel. Celingak-celinguk ketika berdiri di dekat lobi. Ah, mungkin hanya perasaanku jika ada orang yang membuntutiku.

"Luna." Aku menengok ke belakang.

"Ibu Pratiwi, saya kira siapa, Bu. Ada apa?"

"Iya, tadi saya dapat telepon dari kantor. Sore ini kita harus kembali ke Jakarta. Dikarenakan, besok ada rapat penting bersama pemilik perusahaan."

"Baik, saya akan berkemas sekarang."

Aku bergegas untuk beberes. Rencana di Bali tiga hari hanya menjadi dua hari. Tapi, tak apa setidaknya aku pernah singgah ke Bali.

🍒🍒

"Luna, tunggu!"

Aku berhenti tepat di depan pintu. Membalikkan badan dan menemukan Andin berjalan ke arahku.

"Ada apa?"

"Kamu harus pergi dari kehidupan Zaki."

"Kenapa?"

"Karena aku suka sama Zaki."

Dia pergi dari tempatku. Rasanya, aku pingin nangis sejadi-jadinya. Aku masih lelah baru pulang dari Bali dan tiba-tiba dia datang dengan kata-katanya yang menyanyat.

Aku membuang napas, masuk ke rumah. Membereskan seisi rumah dan beristirahat. Sampai tidak ingat waktu. Adzan Maghrib telah berkumandang. Aku bergegas mandi dan menjalankan ibadah.

"Luna..." panggil Zaki ketika aku selesai shalat.

Aku melipat mukena. Bergegas menemui Zaki.

"Iya, duduk dulu."

Zaki duduk di kursi yang ada di teras rumah. Aku pun menawarkan minuman untuknya, namun ditolak olehnya.

"Ada perlu apa?"

"Lun, bisa nggak sih kamu jangan nunjukkin kalau kamu suka sama Angga itu beneran. Dari awal kan semuanya cuma pura-pura. Terus pakai ada acara tunangan pula."

"Tunangan?"

"Ya, kamu tunangan kan sama Angga?"

"Ki, aku bahkan belum menjawabnya. Memang sewaktu kita ke Taman Wiladatika, dia mengajak untuk bertunangan. Tapi, aku belum menjawabnya sampai sekarang."

"Serius?"

Aku menganggukkan kepalaku. Zaki menggenggam tanganku. Berniat mengajakku untuk jalan-jalan malam ini. Tapi, rasanya tubuhku masih membutuhkan untuk direbahkan.

Detik TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang