Holla Guys, kembali lagi sama Luna. Author mau ngucapin makasih bagi yang sudah singgah.
Happy Reading✨🍒 Bab8: Tuntutan Yang Menyakitkan🍒
"K-kamu, ngapain di sini?"
"Aku tunangan sama Andin. Ini undangan buat kamu. Aku harap kamu bisa hadir."
"Buat apa kamu ngundang aku?"
"Kamu adalah mantan terindahku."
Goblok! Kalau mantan terindah ga bakal jadi mantan.
Aku menerima undangan itu. Aku melenggang masuk ke dalam setelah mereka meninggalkan rumahku.
Aku membuka undangan itu, di sana tertera tanggal yang hanya berselisih empat hari lebih dulu dari aku.
"Sial, dia mau menduluiku(?)" gumamku.
Air mataku keluar dari tempatnya. Serasa ingin mengeluarkan seluruh rasa tidak terimaku. Tapi, pada siapa aku harus marah?
Tokk ... Tokk ....
"Hai, silakan masuk."
Pria yang akan menjadi tunanganku itu masuk ke dalam rumahku. Aku duduk berhadapan dengannya.
"Lun, kamu habis nangis? Ada apa?"
"Nggak ada kok. Ini tadi mau bikin sambal, tapi malah isi cabainya kena mataku," alibiku.
"Ya udah, kamu siap-siap, ya. Aku mau ngajak kamu ke kampung halaman kamu. Kita ketemu orang tua kamu, buat minta doa restu."
Aku mengangguk, lalu berjalan masuk ke kamar untuk bersiap-siap. Aku senang, akhirnya bisa jumpa dengan orang tuaku. Tapi, entahlah, susah untuk dijelaskan.
Perjalanan kami ditemni oleh sebuah lagu berjudul 'Ego.' ciptaan dan sekaligus dipopulerkan oleh Sivia. Pasti kalian tahu dia, kan?
Lagu itu telah merasuk ke dalam hatiku. Seperti halnya, bumbu masakan yang telah memberikan rasa pada sayuran. Bedanya, ini hati yang membuatku terlalu cengeng.
"Luna .... " Tangannya mengusap air mataku.
"Jangan nangis, air mata kamu sayang banget kalau sampai keluar gitu."
Aku menurunkan tangannya kemudian membersihkan wajahku menggunakan tisu basah.
Membenarkan rambutku yang mulai berkeliaran di wajahku. Aku mengganti playlist lagunya. Aku akan cengeng dengan lagu-lagu mellow seperti itu. Seakan, teringat pada Zaki yang tega membuatku terjebak dalam kepedihan. Dia juga tega mengkhianatiku bersama Andin.
"Oh iya, kamu suka kan sama gaunnya?"
Satu minggu yang lalu, kita sudah mencari kebaya untuk ku kenakan nantinya. Seluruh persiapan juga telah berjalan sembilan puluh persen.
"Suka, kok."
Aku menghadap ke depan. Dengan kamera handphone yang aku genggam, aku merekam pemandangan sepanjang perjalanan.
Video itu aku posting ke akun instagramku. Di sana, banyak teman-temanku yang menyukainya. Tidak sedikit yang memberikan komentar di kolom yang disediakan. Termasuk Zaki.
"Semoga selamat sampai tujuan." Begitulah kalimat yang ada pada kolom komentar dari Zaki.
Aku teringat pada janjinya yang akan membawaku bertemu dengan kedua orang tuaku untuk melamarku. Tapi, nyatanya malah temannya yang melakukan itu. Aku benci kamu, Zaki.
🍒🍒
"Luna, ibu kangen." Memelukku sangat erat.
"Dia—,"
"Namanya Angga. Calon tunangan Luna, Bu," potongku.
Aku dan Angga dipersilakan untuk masuk ke rumah ibu yang sudah tua. Berbeda dengan kontrakanku yang jauh lebih baik.
"Bu, kami kemari untuk meminta doa dan restu, Ibu."
Memajukan dirinya yang tetap dalam posisi duduk.
"Insya Allah, kalau Luna memang sudah matang dengan keputusannya, ibu merestuinya."
Ibu, aku sama sekali tidak siap. Ini sebuah kebodohan yang terjadi. Bukan dia yang aku harapkan, Bu.
"Iya, Bu. Luna sudah matang dengan keputusan ini. Terima kasih atas restu dari Ibu."
Aku menyeruput secangkir teh. Terlalu menyita cairan yang ada dalam tubuhku untuk berada dalam situasi yang tidak aku inginkan.
Aku dan Angga berjalan mengelilingi sekitar rumah ibu sebelum kembali ke Jakarta.
"Selamat ya," ucapku untuk Zaki dan Angga beberapa hari yang lalu.
Sungguh menyedihkan saat itu. Bukankah seharusnya aku yang ada di sana? Kenapa malah Andin yang bersanding denganmu?
Saat ini hari dimana aku tunangan dengan Angga. Acara tunangan yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Ini semua berkat akal-akalan busuk darinya. Jika waktu itu aku bisa menolak, jelas aku tidak ingin berpura-pura mencintai Angga.
"Lun, ini apa-apaan sih, kenapa lu bisa tunangan sama orang lain, hmm?" tanya Dinar
"Panjang ceritanya,"
"Tapi, yang lu cintai Zaki, kan?"
Aku menangis seketika. Aku tidak tahu apakah aku masih mencintainya atau tidak. Tapi, hatiku merasa tidak rela jika dia bersanding dengan orang lain.
"Ga, dia jahat. Selama ini, dia hanya pura-pura sayang sama aku, Din."
"Dia juga yang membuatku harus berdiri di sini. Aku benci sama dia," sambungku.
Aku mengusap air mataku. Aku kembali bersama Angga. Mengikutinya untuk menemui kerabat dan sahabatnya.
BRUK ...!"
🍒🍒
Hai, gimana masih nungguin ga?
Maaf ya update-nya kelamaan.
Maaf juga part kali ini ga panjang.
Semoga menikmati.
Thaks.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detik Terakhir
Ficção AdolescentePeringkat 1 pada tagar catatanku [ 6 - 18 Februari 2021] *** Kisah percintaan Luna Alusya yang begitu rumit. Cintanya bagaikan barang yang bisa dialihtangankan. Sungguh, posisi yang sangat tak mudah untuk dijalaninya. Tapi, dia mencoba kuat walaupun...