"Gak diangkat."
Tania mencebikkan bibirnya, lantas merebahkan diri ke kasur di belakangnya. Aku ikut menghela napas sebagai bentuk kekecewaan yang dirasakan Tania. Selama kami terdiam meresapi kekecewaan kami, roti bakar yang disajikan Tante Inge di meja belajar Tania mulai mendingin.
Dering dari ponselku langsung membangkitkan kami. Tania bahkan berlari mendekatiku, ikut memanjangkan leher untuk dapat melihat layar ponselku. Nama penelepon yang tertera di sana otomatis membuat sudut bibir kami terangkat.
"HALO, BANG JO!" seruku dan Tania bersamaan.
"Ets," jeda sebentar dari Bang Jo. "Kenapa, Chit? Lagi sama Tania?"
"Hehehe, iya. Bang Jo lagi sibuk ya?"
Aku diam, membiarkan Tania menjawab.
"Enggak sih, ini lagi break. Kenapa kalian?"
"Abang, Sabtu kosong nggak?" tanyaku.
"Abang masih riset, Chit. Mau di-full-in mumpung weekend."
"Yah..." Aku dan Tania kompak bersorak sedih.
"Kenapa, sih? Ada apa, emang?"
"Tadinya kita mau minta ajarin nyetir mobil," sahut Tania.
"Nyetir mobil? Dalam rangka apa?"
"Dalam rangka pas libur semester nanti kita mau trip berdua!"
"Oalah..." Bang Jo terkekeh pelan. "Yah, maaf, dong. Abang gak bisa deket-deket ini."
"Eh, iya gak apa, Bang. Kita ngerti kok, Bang Jo lagi sibuk juga," sahut Tania cepat.
"Kenapa gak minta ajarin Timmy aja?"
"Bang, coba Abang bayangkan. Seorang Timmy gitu, mana mau sih ngajarin kita nyetir? Abang gak inget waktu Chitra masih TK, Chitra nangis kejer gara-gara si Timmy ngeledekin Chitra di depan temen-temen karena Chitra belom bisa nulis huruf R? Dia tuh jahat, Bang! Gak suka ngeliat orang maju! Orang gak bisa bukannya diajarin, malah diledekin," seruku menggebu-gebu.
"Woy, woy. Nyantai, neng. Kenapa jadi emosi?" Tania menepuk-nepuk bahuku.
Di sebrang sana, Bang Jo juga tertawa. "Ya ampun, itu 'kan udah lama, Chit. Namanya juga anak kecil."
Aku berdecih. "Tetep aja, dia emang jahat."
"Heh, gitu-gitu dia abang gue, Chit."
"Oke, oke. Gini aja, nanti habis ini Abang telepon Timmy buat minta tolong ajarin kalian nyetir. Gimana?"
Aku dan Tania lebih dulu diam, berpandangan. Setelah berpikir sejenak, akhirnya kami mengiyakan usul Bang Jo--tentunya dengan sangat berat hati, terlebih aku. Semoga saja karena Bang Jo yang meminta langsung, si Timmy sompret itu akan melakukannya dengan benar tanpa membuat kami--sekali lagi, terlebih aku--kesal.
"Ya udah, nanti Abang chat lagi aja ya. Abang mau lanjut."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jurnal Chitra
Teen Fiction"Chit, pacaran aja yuk." "Nggak, ah." "Ke... kenapa?" "Ya kali gue pacaran sama gay macem lo." "Anjing, gue serius, Chit." "Ya lagian, masa gue mau pacaran sama orang yang udah punya pacar? Emangnya gue gila." "Gue suka sama lo, Chit." "Oh... HAH?!"...