4. Belum Berakhir

254 14 7
                                    

Perasaan Ramli campur aduk. Dia memasrahkan diri terhadap apa yang akan selanjutnya terjadi.

Tetapi, persis seperti rekan kerjanya sesama penyadap karet yang sebelumnya pernah mengalami perjumaan serupa dengan makhluk ini, Mariaban itu ternyata berjalan dengan langkah berat menuju rantang Ramli yang tadi dia letakkan dipinggir kanan jalannya.

Ramli terpaku ditempatnya. Waktu terasa berjalan begitu lambat.

Namun beruntung, refleks dan insting segera mengambil kendali tubuhnya dan dengan keberanian yang tiba-tiba entah bersumber dari mana, Ramli segera menaiki sepadanya dan dengan kayuhan yang cepat, dia menerjang melalui jalan tanah yang tadi dikuasai oleh hadangan sosok Mariaban yang kini menepi.

Sedikit berlalu dari tempatnya tadi, Ramli menoleh kebelakang dan dilihatnya Mariaban itu menunduk seperti sedang menyantap dengan buas nasi dan lauk dari rantang yang dia letakkan.

Waktu tempuh satu kilometer sisa perjalanan itu benar-benar Ramli rasakan lebih lama dari perjalanan tiga kilometer sebelumnya.

Dengan tubuh berkeringat dingin, kini tibalah dirinya di sebuah pondok dipinggir jalan tempat para penyadap berkumpul sebelum memulai pekerjaan mereka. Dengan terburu-buru disandarkannya ontelnya dibawah pohon kelapa tidak jauh dari tempat itu.

Pondok itu hanya berupa tiang-tiang kayu galam beratapkan seng tanpa penerangan apapun.

Ramli adalah orang terakhir yang tiba ditempat itu. Sebelas orang rekan kerjanya telah lebih dahulu berbaris dan menghadap mandor kebun yang sedang memberikan beberapa perintah dan pembagian wilayah panen dan sadap getah.

"...Jangan lupa buang air hujan yang tertampung kedalam mangkok getah sebelum kalian mengumpulkan hasil panen kedalam ember. Selalu waspada menjaga diri dan teman sekerja" itu saja sepenggal kalimat terakhir yang didengar oleh Ramli dari mulut mandornya.

"Ramli, karena kamu baru datang... hari ini kamu masih berpasangan dengan pak Yusuf ya..." kembali mandornya kini menerangkan yang dijawab anggukan Ramli.

Selesai pembagian tugas dan teman satu areal kerja, pak Yusuf yang merupakan pekerja paruh baya dan senior diperkebunan ini, menghampiri Ramli.

"Ram... sepeda kamu taruh disini saja, jangan lupa dikunci dan ikut saya bonceng ke areal kerja kita. Ayo!" ajak pak Yusuf.

"Baik pak" segera jawab Ramli dan menuruti apa yang pak Yusuf katakan.

"Kamu baik-baik saja Ram? Apa kurang enak badan?" pak Yusuf membuka pembicaraan dengan Ramli saat mereka menuju motor bebek dua-tak pak Yusuf. Dari sorot matanya terlihat kekhawatiran dan bukan sekadar basa-basi bertanya.

Ramli pun dengan gugup menjawab "Anu pak... Saya tadi dihadang itu..."

"Dihadang apa?" kembali pak Yusuf meminta jawaban Ramli.

"Sepertinya... Mariaban yang menghadang saya tadi pak. Soalnya, persis seperti makhluk yang diceritakan Sofyan beberapa minggu lalu diwarung" terang Ramli dengan suara pelan.

"Wah... wah... wah. Akhirnya kamu kebagian juga ditampakkan wujud makluk itu ya" kini pak Yusuf berucap sambil menggelengkan kepalanya.

"Memangnya bapak pernah bertemu dia juga ya pak?" Ramli balik bertanya.

"Sudah... sudah. Masih belum lewat subuh, nanti saja kita bicarakan. Itu bekal kamu tidak sekalian dibawa?" tujuk pak Yusuf kearah rantang yang tergantung disetang sepeda Ramli.

"Tidak usah pak. Saya sarapannya nanti saja selesai menoreh" ucap Ramli. Jujur didalam hatinya, Ramli merasa seperti kehilangan selera makan saat ini mengingat kejadian tadi.

TEROR KUYANG PEREBUT JABANG BAYITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang