Maret 1984
Imah terbangun dari tidurnya. Dilihatnya ke arah samping. Suaminya masih tertidur pulas memunggungi dirinya.
Tangannya meraba-raba atas laci kayu disamping kiri ranjangnya, berharap menemukan benda yang dia cari. Ujung jarinya segera saja menyentuh benda dari logam yang kini telah digenggamnya. Benda itu sangat dingin dan berat. Namun Imah tidak sedikitpun menujukkan keterkejutan, seolah memang ini yang diharapkannya.
Ditekannya satu-satunya tombol merah yang ada di benda itu. Cahaya terang pun langsung memancar lurus dari senter logam berwarna perak yang kini dia arahkan ke dinding kayu diseberang ranjangnya.
Sebuah jam persegi tua yang tersorot cahaya itu memberikan jawaban dari keingintahuan Imah. "Sudah hampir pukul tiga pagi", batinnya.
Dia mengikat rambut panjangnya yang terurai tak rapi dengan sebuah gelang karet yang memang biasa terlingkar dipergelangannya.
Segera dia bawa senter logam itu bersama dirinya, perlahan menyibak tirai kain penutup kamarnya, dan melangkah ke dapur.
Dinyalakannya sebuah lampu minyak, menjadikan ruang dapur yang tak terlalu luas itupun kini menjadi terang temaram.
Imah beralih ke ruang depan. Lampu minyak yang menempel dipaku setinggi wajahnya disalah satu tiang kayu juga turut dihidupkannya dengan korek api yang dia bawa dari dapur.
Setelah Imah mencuci mukanya, dia lanjut menakar beras dengan kaleng bekas susu kental manis. Beras itu kemudian dia cuci dan terus dimasaknya diatas tungku api tanah liat berbahan bakar kayu.
Hal ini memang menjadi rutinitasnya setiap pagi. Imah pun menjadi sangat terbiasa bangun bahkan sebelum azan subuh berkumandang dari langgar yang berada cukup jauh di tengah kampung.
Imah memandang lekat kayu-kayu bakar yang apinya menjilat bagian bawah panci penanak nasinya. Pikirannya menerawang. Dielusnya perutnya sendiri yang terbungkus daster. Ditariknya nafas dalam-dalam.
Dia melamunkan kehidupannya bersama suaminya.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
TEROR KUYANG PEREBUT JABANG BAYI
TerrorIni adalah cerita pertama saya. Cerita ini berdasarkan kisah nyata yang terjadi di tahun 1984. Latar belakang daerah, lokasi, dan tokoh disamarkan. Kisah ini merupakan interpretasi penulis dari cerita lisan yang didapatkan dari penutur pertama. Kuy...