5. Kejelasan?

217 17 0
                                    

"Teh manis hangat seperti biasa pak?" sambut bu Minah penjaga warung makan pinggir jalan itu, saat melihat pak Yusuf yang baru turun dari motornya.

"Iya Min... biasa" jawab singkat pak Yusuf.

"Kalau kamu Ram?" pandangan bu Minah kini tertuju kepada Ramli.

"Sama bu..." timpal Ramli.

"Ayo Ram... Nih kamu mau yang lauk telur atau haruan2?" pak Yusuf kini menawari Ramli nasi bungkus daun pisang yang menjadi sajian utama diwarung ini, sambil dirinya sendiri mengambil sebungkus nasi dengan dua tusuk lidi yang menandakan nasi itu berlauk ikan haruan.

"Saya ambil sendiri saja pak" Ramli menjawab sambil tangannya juga meraih bungkusan yang sama. Langsung dibukanya bungkusan daun itu, harum nasi kuning wangi gurih santan dan pandan bercampur aroma masak habang serta serundeng kelapa menyambut indera penciuman Ramli.

"Ini tehnya..." kali ini bu Minah meletakkan dua gelas besar teh beraroma vanila hangat di depan mereka.

Sesekali Ramli memperhatikan pak Yusuf yang duduk disebelahnya, terlihat sangat menikmati setiap suapan sarapan paginya.

Bagi Ramli, pak Yusuf memang bukan sekadar rekan senior sesama penyadap karet. Pak Yusuf adalah sepupu dari ibu kandung Imah, istri Ramli, yang menjadikan mereka masih terikat kekerabatan.

Selain dilingkungan area perkebunan—dimana pak Yusuf dianggap sebagai panutan—dikampung mereka pun, pak Yusuf juga dikenal bijak dan dalam musyawarah desa seringkali dimintai petuahnya. Singkatnya, pak Yusuf ini salah satu tokoh yang disegani warga.

Di usianya yang telah lewat setengah abad ini pun, tidak terlihat staminanya yang kalah dengan orang muda lain. Bahkan baru Ramli perhatikan, meskipun sudah memiliki dua orang cucu, tak tampak sehelai pun uban dilebat ikalnya rambut pak Yusuf.

Tak sampai lima menit, pak Yusuf dan Ramli menghabiskan nasi bungkus itu dengan lahap dalam diam.

"Alhamdulillah" ucap pak Yusuf setelah seruput pertama tehnya, "Ram... coba ceritakan yang kamu sampaikan bahwa kamu dihadang Mariaban diperjalanan tadi" tiba-tiba pak Yusuf membuyarkan pikiran kosong Ramli.

Ramli kemudian menceritakan secara lengkap pengalamannya dihadang oleh sosok menakutkan itu.

Ditengah Ramli sedang bercerita, datang tiga orang dengan mengendarai dua sepeda motor singgah ke warung bu Minah hendak sarapan pagi juga. Mereka adalah Juki, Sofyan, dan Ical.

"Nah ini dia nih..." seru lantang pak Yusuf memotong cerita Ramli sambil telunjuknya diarahkan ke Sofyan yang langsung duduk bergabung.

"Yan... Ramli ini tadi diperjalanan ke kebun karet bertemu sosok yang sepertinya sama dengan yang kamu jumpai tempo hari" sambung pak Yusuf .

"Maksudnya pak?" kernyit Sofyan seakan belum paham isi pembicaraan pak Yusuf.

"Ramli... dihadang Mariaban katanya" lanjut pak Yusuf.

"Yang benar Ram? Dimana?" sahut Sofyan kini sambil dia dan dua orang tadi memesan minum dan membuka bungkusan nasi kuning.

"Sambung lagi ceritanya Ram, sekalian gambarkan seperti apa sosok yang kamu lihat" pinta pak Yusuf.

Ramli pun melanjutkan ceritanya, tak lupa secara terinci dia menjelaskan sosok makhluk itu.

Tuntas Ramli bercerita...

"Wah... Yang kamu lihat itu sudah jelas sama seperti yang juga kujumpai tempo hari Ram" ujar Sofyan yang kini telah selesai makan dan serius menyimak penjelasan Ramli.

TEROR KUYANG PEREBUT JABANG BAYITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang