Sixteen

342 17 8
                                    

Disclaimer!! Cerita ini tersedia di Innovel / Dreame.

.

.

                Hari pertunangan Kahfi telh tiba. Di waktu yang sama, Zahra telah mengemas barang-barang. Kemarin orang suruhan Kahfi telah mengambil milik lelaki itu. Zahra pasrah saja. Setelah ini tentu dirinya lah yang harus hengkang. Mana mungkin Zahra terus tinggal sedangkan pemilik gedung itu keluar. Zahra masih cukup tahu diri.
                "Ra... Udah?" tanya, Atala.
                Dua sahabat Kahfi itu masih setia membantu Zahra. Mereka tak mengenal Aina. Tak ada tanggungan untuk bersusah payah ikut memeriahkan dekorasi acara Kahfi. Dari pada di sana menahan kesal lalu mati, mending keduanya sibuk mengurusi kepindahan Zahra.
                "Kenapa kagak balik rumah aja, Ra?!" Brandon menyenggol lengan Atala. Laki-laki yang baru sadar kesalahannya itu lantas kembali berujar, "Iya jangan! Kos aja, bener! Rumah lo kan sampingan ama si Brengsek!" kesal Atala baru ingat kenyataan jika Zahra dan sahabat taik mereka tetanggaan.
                Atala dan Brandon membantu Zahra mengangkat barang bawaan. Setelah ini mereka akan mengantar Zahra menuju kos yang telah dibayar. Tenang, ketiganya tak akan absen dari hari bahagia Kahfi. Atas permintaan Zahra, kondangan anak milyader indonesia itu akan menjadi ajang minta makan geratis. Ya pembunuhan juga sih kalau Atala kelepasan. Habis si Kahfi kalau goblok diangkut semua! Jelas tiba-tiba Kahfi pengen berubah jadi pembunuh bayaran ala film barat.
                Setelah kepergian mereka, Kahfi tiba-tiba saja berkunjung. Ia menyerngit kala menemukan apartemen sepi. Rasa khawatir menyergap. Benar saja, ketika Kahfi membuka almari ia tak lagi menemukan baju-baju Zahra di sana.
                "Ra, kamu pergi kemana, Sayang? Kenapa nggak hubungin aku.." lirih Kahfi entah pada siapa itu.
                Kahfi merogoh saki celana, menarik ponsel dari sana. Mencari kontak Zahra. Sial! Hanya mail box yang mengarahkan Kahfi untuk meninggalkan pesan. Zahra mematikan ponselnya. Atau justru sengaja membuang kartu perdana karena dari kemarin tak satupun pesan darinya Zahra balas.
                "Anjing!" maki Kahfi. Nyalarnya kembali menyala, ia pikir Zahra. Ternyata Damayanti sang mamah.
                'Fi... Dimana?? Balik dua jam lagi ini acara mulai. Jangan malu-maluin Mamah. Kamu loh yang majuin tanggal, Nak,' Kahfi mendesah. Ia mengatakan iya, sebelum bergegas untuk memenuhi masalah yang ia buat sendiri.
                *
                Sampai di kamar kos seluas enam kali empat, Zahra memasang fotonya bersama Kahfi di tas meja belajar wanita itu. Atala tentu saja mendengus. Laki-laki itu mengeluarkan celetukan maut, bagaimana harusnya Zahra membakar segala wajah kahfi yang dimiliki.
                Jujur! Atala muak! Apalagi dengan kebodohan Kahfi. Pengen lindes Kahfi pake truk pokonya biar gepeng seotak kerdil lelaki itu.
                "Sumpah beneran pengen gue lindes pake damkar!"
                "Gue pake kontainer biasa bokap kirim meubel," tambah Brandon membuat tawa Zahra kembali mengudara.
                "Ck! Nggak boleh gitu! Gitu-gitu sahabat kita." Bela Zahra meski sebenarnya ia juga ingin melakukan hal yang sama dengan ke dua sahabat kahfi itu.
                "TAIK!" Sahut Atala dan Brandon bersamaan membuat lagi-lagi Zahra mengudarakan tawa renyah.
                Beruntung Zahra memiliki Atala dan Brandon sebagai support sytem kala Kahfi memilih pergi meninggalkan dirinya.
                *
                Pertunangan Kahfi begitu meriah, berbanding terbalik dengan hati Zahra yang hancur berkeping-keping. Kini Zahra melangkahkan kaki, memaksakan kekuatan untuk hadir dihari bahagia sang sahabat. Ditemani oleh Atala dan Brandon yang setia mengapit lengannya kanan kiri, kaki-kaki Zahra tak gentar.
                Di sana! Di atas sebuah podium, Kahfi berdiri dengan Aina disamping lelaki itu.
                "I know you can do it, Princess!" bisik Atala di telinga kanan Zahra.
                "Yes, you can, My Queen.." kali ini giliran Brandon memberi semangat ditelinga kiri Zahra.
                Lihat! Betapa baiknya mereka, walau dulu tak sedikitpun Kahfi membiarkan dua manusia yang setia memapah tubuh lemah Zahra ingin mendekat.
                Di atas podium, Kahfi mengepalkan jemari. Menyaksikan interkasi Zahra dengan kedua sahabatnya  membuat iblis dalam jiwa Kahfi terusik. Keinginan membunuh Atala dan Brandon bersemanyam kuat disanubari Kahfi. Belum lagi kecupan di setiap sisi pipi Zahra. Astagah! Setelah ini akan Kahfi bantai mereka.
                "Woyoooo! Selamat! Ma men dan Mbak sisik ular, selamat bertunangan." Heboh Atala membuat siapa saja tercengang mendengar penuturan anak muda itu. Siapa memang yang berani menegur putra menteri, tak akan ada. Oran tua Kahfi saja bungkam, apalagi papah mbak sisik ular. Pebisnis receh mah mana berani, bisa-bisa tambang mencari cuan sirna digusur oleh menteri dan ibu pemilik ratusan toko perhiasan.
                "Lo emang pantes Fi dapetin yang busuk-busuk." Sindir Atala begitu enteng membuka rahang. Dibelakang Atala, Zahra turut mengucapkan rasa suka citanya. Ia mendoakan Kahfi agar segera menikah dengan Aina.
                "Congrat Bro.. Aduh, nih telor busuk baunya dari mana sih.." Kali ini anak dari pengusaha meubel dan properti terkemuka menggaungkan aksi. Ia menghidu tepat di depan Aina, "dari sini anjir! Busettt!," Aina mengeram. Ia ingin sekali mematahkan leher sahabat Kahfi.
                Atala dan Brandon terkekeh. Setelahnya Atala berdiri tepat di depan Damayanti. "Tante, Tala boleh nyumbang lagu kan, Tan?! Kalau nggak boleh Tala teriak nih. Manggil papah yang lagi makan dipojokkan sana!" Damayanti menatap ayah atala. Ia menganggukkan kepala cepat, tak mau membuat urusan panjang dengan menteri yang sebentar lagi mencalonkan diri untuk menjadi orang nomor satu dinegaranya.
                "Asyeeekkkk!! Bran! Lo pegang ketipung deh!"
                "Kok gitu?!" protes Brandon tak terima. Padahal sih dia cuman akting supaya acara tunangan Kahfi makin ancur.
                "Bacot, Anjing! Manut apa gue kirim bangke tikus buat kado tunangan Kahfi besok." Brandon mengangguk cepat. Padahal dalam hati ia justru meminta agar Atala benar-benar mengirimkan tikus satu kontainer kalau perlu.
                "Mic woiiiii! Anak menteri mau nyanyi!" teriak Atala yang langsung mendapatkan barang pesanannya. "Lagu ini terkhusus buat sahabat gue, Kahfi ma men yang gobloknya dia borong semua tanpa bagi-bagi. Mas Brandon, tawriiiiiikk Mas." Jerit Atala kemayu.
                "Si Kahfi Taik! Kenapa gobloknya nggak bagi-bagiii," lirik pembuka bernada lagu harusnya kau pilih aku itu sukses membuat tawa hadirin tamu undangan meledak. Ayah dan Ibu Atala yang Damayanti pikir akan menyeret putra mereka justru berseru gembira, memberi semangat agar anaknya semakin keras mendendangkan olok-olokan.
                "Si Kahfi tolol, mau-maunya pilih si dugong. Huwoooo! Harusnya si Kahfi mati, ketabrak trontron kalau nggak sotong..." belum selesai lagu Atala, suara kebrakan diiringi pecahan kaca terdengar. Membuat seluruh orang berpusat, menyaksikan si pembuat onar yang memotong hiburan mereka.
                "Stop Anjing!"
                Kahfi berjalan cepat menuruni podium. Melompat, lalu menyentak tangan Zahra yang kini menatap Atala dan Brandon dengan raut wajah permohonan. "Ini semua pasti gara-gara lo kan?! Lo hasut temen-temen gue, kan!"
                Plakk!!!
                Mata Kahfi membulat karena merasakan panas di pipinya.
                "Brengsek!" Setelah mendengar umpatan Zahra, tubuh Kahfi menengang. Lelaki itu membalikkan tubuh, menatap kepergian Zahra dengan wajah tercengang penuh sesal.

.

.

Silahkan kunjungi Innovel / Dreame Qeynov untuk melanjutkan cerita ini.

Sampai jumpa disana teman-teman.

The Bond  of Friendship [END - Innovel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang