Three

181 16 12
                                    

Disclaimer!! Cerita ini tersedia di Innovel / Dreame.

.

.

Kahfi melempar asal tas punggungnya. Beberapa hari lagi ujian sekolah, tapi Zahra si penyemangat justru bertingkah mengesalkan. Anak itu tiba-tiba menarik diri sejak pertemuan dengan sang mamah. Alih-alih tinggal di apartemen, Zahra justru pulang ke rumah orang tuanya yang kosong melompong.

Kosong?!

Iya! Orang tua Zahra kan sekarang tinggal di Amerika. Mereka hanya akan pulang kalau ada waktu luang. Itulah mengapa Zahra diperbolehkan tinggal dengan Kahfi. Selain sangat mempercayai Kahfi, mereka telah mengganggap Kahfi anak sendiri. Kahfi lah alasan mengapa Zahra tertinggal di Jakarta seorang diri.

"Tuh anak lagi ngapain ya?! Ck! Gue di sini nggak bisa tidur! Nggak ada yang ngelonin! Mata dah kayak panda! Sialan!" gerutu Kahfi seorang diri.

Kahfi bangkit ketika bel apartemennya berbunyi. Dengan malas-malasan Kahfi membuka pintu. Di sana ia melihat Atala dan Brandon. Manusia yang baru beberapa menit ia tinggalkan dipelataran sekolah.

"Zahra mana?! Gue mau minta ajarin Matematik, Fi." serobot Atala semakin membuat keruh wajah Kahfi. Biasanya Kahfi akan langsung membrondongi Atala dengan makian karena menanyakan keberadaan Zahra. Kali ini anak lelaki satu-satunya Damayanti itu hanya mendengus, mengingat Zahra saja tak ada ditempat yang sama dengannya.

"Raaaa!!!" teriak Atala.

"Di rumahnya."

Brandon dan Kahfi sama-sama melongo. Mereka kaget dengan fakta dimana Zahra pulang dan tak ada diapartemen Kahfi.

"Lo lagi berantem sama Zahra? Perasaan di sekolah juga Zahra kabur-kaburan." selidik Brandon kepo. Beberapa anak pasalnya sudah menggosipkan keretakan rumah tangga pasangan idaman itu. Beberapa grup bahkan sudah membuat beberapa manufer jika dugaan perceraian persahabatan Kahfi dan Zahra mencuat.

Kahfi mendudukan diri di sofa. Ia bergumam, sebelum menjawab pertanyaan Brandon. "Hm... Gara-gara mau gue hamilin!" Atala yang baru saja mencuri sekaleng soda di lemari es Kahfi tersedak.

"Gila, lo! Anak orang main mau dihamilin aja!" sembur Atala sembari ikut mendudukan diri disamping Kahfi. "Lo waras nggak sih! Ya pantes kabur-kaburan si Zahranya, Dodol!" sembur Atala lalu kembali meneguk soda kaleng hasil curiannya.

"Ck! Dia suruh gue punya anak biar bisa nerusin bisnis keluarga. Cara punya anak kan bikin, nah sama siapa lagi?! Ya si Zahra lah! Gue nggak mau nyentuh-nyentuh cewek lain."

Brandon dan Atala lagi-lagi dibuat melongo. Mereka takjub dengan kesetiaan Kahfi pada Zahra. Jika begini, dugaan mereka tentang hubungan selain persahabatan sejak dini pasti bukanlah isapan jempol saja.

"Fi, Fi.. Sebenernya lo sama Zahra ada apaan sih?!" Atala memasang mimik muka serius. Hehe, kalau boleh jujur. Atala juga agen rahasia Bumi Pena. Dia salah satu agen pergosiban yang mengusung berita terkini KahZa. Tenang aja! Atala selalu berpihak pada keduanya kok. Kalau ada berita tidak benar, sebagai sahabat dan agen lambe turah Atala akan meluruskan sesegera mungkin agar tak berkembang.

Kahfi menarik remot di meja. Menyalakan televisi agar kesunyian tak semakin mendera. Kalau ditanya apa hubungannya selain sahabat dengan Zahra, Kahfi jadi bingung sendiri. Mereka memang pure sahabatan. Nggak lebih. Yah walaupun tiap malem tidurnya saling pelukkan.

Weit!! Kahfi tahu batas kok. Dia cuman pernah menjarah ciuman dibibir Zahra. Nggak pernah grepe-grepe apalagi jadiin Zahra fantasi liar pas di atas ranjang.

"Zahra masih perawan kan?!" Masih Atala. Sejak tadi memang hanya anak itu yang melakukan serangan demi menguak tabir rahasia dalam hubungan Kahfi dan Zahra. Brandon mengamati saja. Toh diam juga tetap bakalan dapat info.

"Sembarangan! Masih lah, Dog!" sembur Kahfi gemas. Enak saja dibilang Zahra sudah tak suci. Gini-gini Kahfi cukup menjaga Zahra. Nggak tahu nanti kalau terus-terusan dijodohin, mau Kahfi kawinin aja biar bisa hidup selamanya sama Zahra.

Atala terkekeh. "Yeee! Siapa tahu. Secara tiga tahun bobok bareng. Namanya khilaf kan pasti ada, Fi.." kelakar Atala. Anak itu memang paling bisa bersilat lidah. Pantas jika menjabat sebagai ketua agen lambe turah Bumi Pena.

"Seumur-umur kita baru kissing doang. Itu juga dia marah-marah abisannya." ungkap Kahfi. Ia memang belum pernah bercerita jika telah berhasil memperawani bibir ranum Zahra.

Atala yang mendapatkan angin segar langsung semangat. Ia akan menggoda Kahfi mati-matian. Secara Kahfi ini bintangnya Bumi Pena. Diidolakan hampir seluruh gadis dan cabe-cabean ala medusa sekolah. Tapi tak sekalipun selama tiga tahun Atala lihat Kahfi bermain serong dari Zahranya.

"Sambil gigit-gigit manja gitu nggak?!" ulik Atala. Sebagai playboy cap kapak menggantikan kemujuran Kahfi, tentu anak itu sangat ingin tahu sejauh mana keahlian Kahfi dalam menyenangkan pasangan.

"Hem..."

"Wedew! Sohib kita dah gede, Bran! Dah tau french kiss weh!" girang Atala, senang sendiri mendengar peningkatan dihubungan Kahfi dan Zahra.

"Gila lo La!" maki Brandon. Kesal sendiri ia mendengar agen lambe turah mewawancari korban buruan. Mana dia jomblo lagi! Kan jadi pengen cepet-cepet punya pacar biar bisa ikut rasain.

Riuh di ruang tamu apartemen Kahfi harus terhenti tat kala suara bel kembali nyaring berbunyi. Kahfi bergegas bangkit, siapa tahu Zahra nongol tiba-tiba.

"Fiii... Nggak bisa tidur!"

Nah kan! Kahfi memang selalu punya ikatan batin tersendiri. Ia selalu percaya keyakinannya jika itu menyangkut diri Zahra. Benar saja kan! Zahra muncul dengan rengekan gadis itu sembari memeluk erat Kahfi.

"Makanya jangan sok-sok'an menghindar. Berapa hari, hem... Nggak bisa tidurnya?!" tanya Kahfi sembari menciumi rambut Zahra.

"Dari balik ke rumah."

'Ah! Ternyata sama!,' batin Kahfi bermonolog ria. Entah mengapa hati Kahfi berbunga mengetahui tak hanya ia saja yang terganggu jam tidurnya.

"Yaudah, sekarang kita tidur yuk." ajak Kahfi lalu melepaskan pelukkan ditubuh Zahra. "Gue peluk sampe tidur, abis itu kita keluar cari buku sambil makan." Zahra menganggukkan kepala. Keduanya masuk ke dalam kamar sembari bergandengan tangan.

Atala yang sedari tadi mengamati tingkah Kahfi dan Zahra mengerutkan kening. "Yakin mereka cuman sahabatan?!" sasar Atala pada Brandon yang juga menatap pintu kamar apartemen Kahfi.

"Nggak mungkin kan ya, Bran. Dari analisis pengamatan mahadasyat gue, nggak ada orang sahabatan kayak gitu" papar Atala menyampaikan hasil analisanya.

"Terus?!" Brandon yang biasanya tak ingin ikut campur mendadak kepo sendiri.

"Lo liat kan?! Dah macem penganten baru!"

Brandon menganggukkan kepala. Keduanya memang nampak tak lazim. Beradegan intim seolah tak ada manusia disekitar mereka. Belum lagi Kahfi terlihat seperti seorang istri yang menyambut suaminya pulang kerja.

"Fix! Kita harus di sini dulu!" putus Atala final.

"Ngapain?! Lo mau jarah kulkas mereka?!"

Gemas dengan kelemotan otak Brandon, Atala menepuk keningnnya sendiri. "Enggak gitu Brandon! Kita tunggu, abis ini ada suara desahan kedengeran nggak!"

Plak!!

"Nggak gitu juga, Ngab! Ntar kita malah pengen join, Goblok!"

The Bond  of Friendship [END - Innovel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang