Setelah pulang dari ndalem pesantren rasanya aku tak ingin segera terbang ke negeri Sulaiman, aku ingin berlama-lama di pesantren bersama abah-umi' dan yang jelas aku telah menyimpan rasa pada putri kyai ku. Terkadang aku hanya berfikir pantaskah aku mengaguminya ? suul adab sekali rasanya.
Jam 8 malam adalah jadwal take off jadi mungkin aku harus sudah berada di bandara sekitar bakda magrib dan untuk shalat isya' nanti bisa di laksanakan di bandara. Aku berangkat dri rumah sekitar pukul 18.30 setelah berlama-lama berfoto ria dengan keluarga dan alhamdulillah sampai dibandara pukul 19.00 langsung ku putuskan untuk langsung mengambil air wudhu dan sholat di ruang sholat bandara, setelah sholat isya' aku melanjutkan dengan sholat safar dan sholat hajad, perjalanan ku cukup panjang untuk tiba di Negeri Sulaiman jadi aku tidak pernah tau apa yang akan terjadi beberapa menit lagi setelah ini, aku hanya ngeri membayangkangkan SJ12 yang kemarin sempat jatuh di Laut Jawa. Aku kembali teringat firmannya dalam surah Yasiin ayat terkahir "fa idza aroda syai'an an yaquula lahu kun fayakun" ketika Allah menginginkan sesuatu maka Allah cukup berkata Kun maka jadilah."klung....." terdengar suara wa dari hp ku alhamdulillah aku telah menyelesaikan mujahadah sebelum melaksanakan bepergian diataranya membaca Rotib Al Atosh yang abah yai ijazahkan ke aku tepat sebelum aku ijin sowan untuk boyongan. Ku buka pesan di wa ku ternyata pesan dari Ahmad Muzaka teman se-Diniyah ku yang alhamdulillah juga lulus dalam ujian melajutkan S1 di Mesir. Pesan singkat dari Zaka bahwa aku sudah ditunggu teman-teman yang lain di lobi dan 10 menit lagi kita harus sudah berada di dalam pesawat. Aku pun bergegas menuju tempat yang dimaksud Zaka, dan alhamdulillah aku bisa dengan segera menemukan teman-teman yang juga lolos ujian seleksi. Kami pun berkenalan satu sama lain, ternyata bukan hanya dari daerah jawa, Utsman salah seorang temanku yang juga lolos dia asli orang Maluku, dan masih banyak lagi dari kawan kawan seantero Nusantara. "Cak..... ati-ati mangkat Mesir iku lurusno niatmu, mergo wadone Mesir kui ayune marai ra iso merem" canda Afkar salah satu kawanku yang merupakan lulusan Hidayatul Mubtadiin Lirboyo, "Semoga Gusti Allah selalu ngrekso kita dari godaan syetan yang terkutuk" celetuk Nazil yang merupakan jebolan Al Anwar Sarang Rembang. Tidak terasa kita yang baru saja mengenal satu sama lain bisa langsung akrab dan bercanda gurau. Setelah ada panggilan dari pusat kita langsung menuju pesawat, jujur ini kali pertamaku naik pesawat, dan sepertinya aku terlihat seperti wong ndeso yang takut ketinggian. Namun untunglah kawanku Nazil yang tampangnya terlihat keren dari aku dia lebih ndeso ternyata. Ketika pesawat hendak take off Nazil sepat mual dan mukanya berubah menjadi biru mendadak dia kedap-kedip karna dia mengatakan telinganya terasa sakit dan tidak bisa mendengarkan apapun, namun aku mencoba menenangkannya dengan isyarat tangan. Perjalanan Jakarta - Mesir terasa sangat lambat hampir 5 jam kita terombag ambing diatas awan menaiki sebuah besi, rasanya ngeri memang namun terasa membahagiakan.
Kami turun dari pesawat dan segera mengambil barang kita yang sudah tersedia di jalan menuju keluar. Setelah urusan cek out selesai, kami melanjutkan menuju asrama. Ketika kami keluar ternyata kami telah disambut oleh ustad Salim dan beberapa alumni yang memang sengaja datang untuk menyambut kedatangan mahasiswa baru yang berasal dari Indonesia.
"Ahlan wa sahlan ya mukhtarul ummah"..
Sapa ustadz Salim kepada kami, serentak kami menjawab "ahlan bik ya ustadz"
"Selamat datang di Negeri Sulaiman, kalian akan disuguhkan dengan keindahan pemandangan yang jauh dari Indonesia, namun jangan khawatir meski kami tak punya pantai dan laut seindah Raja Ampat, namun kami punya ribuan Syaikh yang bisa membius kalian dengan indahnya bahtera ilmu Allah" terang ustad Salim. "Syukron ust" jawab Ahmad dengan tenang
"Baiklah nanti kita akan langsung menuju ke Kedubes terlebih dahulu untuk upacara penyambutan, setelah itu kalian bisa langsung istirahat di asrama diluar sudah ada travel yang siap membawa kita menuju Kedubes, tidak usah khawatir masalah biaya semua sudah ditanggung oleh Kemenag" jelas ustad Salim
Soal biaya kami memang sedikit khawatir, karna beberapa dari kami berasal dari keluarga yang sederhana, dan alhamdulillah dari beasiswa yang kita ikuti ini pihak Kemenag memenuhi janjinya untuk memberikan beasiswa full kepada kami termasuk biaya makan, transportasi, kebutuhan hidup, buku, kitab, serta kebutuhan yang berkaitan dengan kampus.. syukur hamdallah Allah masih memberikan kesempatan kepada kami untuk menciduk nikmatnya lautan ilmu..
KAMU SEDANG MEMBACA
Hilya
Short StoryPernahkah kau mencintai seseorang namun tanpa memiliki dan tanpa mengungkapkan sedikitpun, sungguh itu lebih sakit daripada patah hati.... (Muhammad Jauharul Maknun) antara cinta dan kasta... 😌