Hilya..

44 3 1
                                    

Ketika fajar mulai menyongsong.. dengan gagahnya raja siang menampak kan senyum nya.. namun kala itu rerumputan masih hening dalam tasbihnya..
"Tok tok tok... assalamualaikum ning" terdengar dari balik pintu kamarku..
"Waalaikumsalam.. siapa ya?" Jawabku
"Dalem Siti ning," jawab suara yang memanggilku tadi. Siti adalah khodimah kesayanagn Umi dan dia dekat pula dengan ku. Derap langkahku terdengar halus dari balik pintu kamar ku.. dengan perlahan ku buka batas kayu itu.
"Ada apa siti pagi-pagi kok nyamperin kamar ku, disuruh Umi ya?" Tanya ku.
"Tidak ning, dalem hanya mau nganterin ini" jawab siti sembari memberikan bukusan kado
"Dari siapa ?" Tanya ku
"Tidak tau ning tadi di dapur sudah ada bingkisan itu, dan ada sepucuk surat untuk saya yang menyuruh memberikan hadiah itu ke jenengan" jawab siti
"Baiklah terimakasih"
"Iya ning saya permisi dulu" pamit siti sembari meninggalkan ku yang termenung di depan pintu
"Iya mbak.." jawab ku..
Aku kembali memasuki ruangan faforit ku tempat ku menyimpan segudang kenangan ya.. mana lagi kalau bukan kamar ku.  Aku semakin penasaran dengan isi dari hadiah itu, dan ketika akan ku buka ada seseorang yang menepuk bahu ku. Aku kaget bukan main ternyata umi yang dari tadi sudah memperhatikan ku.
"Apa itu nduk ?" Tanya umi padaku
"Ini mi e... aku kemaren order online kerudung syar'i dan alhamdulillah udah sampai pesanan nya.. umi ada apa tumben masuk ke kamar ku pagi-pagi?" jawab ku
"Oalah begitu to.. ini nduk umi mau ngomong penting sama kamu, masalah masa depan kamu"
"Maksud umi?" Serius ku
"Kemarin keluarganya Kyai Wafi datang kesini, nanyain kamu.. putranya Gus Nabil sudah lulus dari Al-Azhar dan sekarang dosen tetap IAIT Tribakti, dan dia mau nglamar kamu"
"Apa ... ?? Aku nggak salah denger itu mi? "
"Tidak nduk.. besuk mereka mau datang kesini kamu tampil cantik dan rapi ya.. abah mu sangat setuju dengan pinangan ini dan tinggal kamu besuk yang tentuin" jelas umi
"Iya umi.. maaf ya kalo hilya belum bisa bahagiain umi selama ini" jawabku
"Iya nduk nggak papa.. ya udah situ lanjutin umi mau nyimak setoran anak2 dulu"
"Iya umi.."
Umi ku pun segera meninggalkan kamar ku dan tak terasa air mata ku jatuh berlinang. Allah tolonglah hambamu ini hamba tak mampu menolak permintaan abah umi namun hamba juga tak mampu menghentikan rasa ini, rasa pada Jauhar santri abah ku yang semakin berjalan nya waktu semakin membara.
Ku beranikan diri membuka bingkisan itu dan ku dapati sebuah mushaf Al-Quran dengan bertuliskan kaligrafi indah "HILYA ANTI JAUHAR FI QOLBI" yang artinya HILYA KAU PERMATA DI HATI KU dan ada sepucuk surat di dalam mushaf tersebut yang isinya sebagai berikut

Assalamualaikum ning...
Semoga saat kau membaca surat ini kau dalam keadan sehat wal afiyat..
Maafkan aku ning yang sembrono mencintai mu.. aku memang santri yang tak tau diri.. bagaimana bisa pungguk macam aku merindukan rembulan indah macam engkau.. dan untuk mu yang aku cintai namun tak dapat  ku miliki

Ning...
Bertemu dan mengenalmu, adalah bagian di mana, kebetulan terasa begitu menyenangkan..

Hati ini sudah terlalu lelah. Umur terhitung tak lagi muda, tak lagi punya niatan menjalin hubungan yang main-main. Banyak dari mereka yang datang silih-berganti, menawarkan cinta namun tak ada yang benar-benar berbeda, semua retorika. Dan hadirmu, tanpa disengaja, membuka ketiga mataku, dua di kepala dan satu di dada, ya, tepatnya di hati.
Pada mulanya, pertemuan kita adalah apa yang kita kira tak terencana namun sudah dalam rancangan-Nya

Tak munafik, parasmu yang menarik memang jadi alasanku yang pertama. Namun seiring berjalannya waktu, mengenali seluk beluk sikap dan kepribadianmu, hingga ke sisi burukmu, semuanya memenangkan hatiku. Di senyummu yang cerah, bahagiaku seolah-olah tumbuh.

Di raut cemberutmu, sabarku belajar dan kian bertambah. Seluruh kekuranganmu, tak pernah sekalipun mengurangi perasaanku, karena bagiku, yang sempurna sungguh tak ada apa-apanya dibanding ia yang jujur, tulus dan apa adanya. Kesederhanaanmu selalu sanggup membuatku merasa cukup. Tawamu tak pernah dibuat-buat, lepas dan bebas. Jadi bagian dari rute hidupmu, adalah jalan yang ingin kutempuh.

Tetapi kenapa, setelah kutemukan kamu, dan sekali lagi ingin kupercaya cinta, kisah kita tak bisa tercipta

Aku dan kamu terlahir sebagai manusia, serupa yang secitra, namun sayang kita berasal dari ‘dunia’ yang tak sama. Untuk jatuh cinta saja buatmu adalah hal yang sulit. Mencintai seseorang saja kamu perlu benar-benar memilih, bukan hanya dengan hati, juga karena adanya aturan yang bagiku tak masuk akal.

Bukankah cinta, asalnya dari Sang Pencipta? Namun kenapa harus dipisah, hanya karena ‘dunia’ milikmu dan milikku berbeda? Padahal kedua ‘dunia’ kita, hanya dicipta oleh manusia.

Kamu orang yang taat aturan. Dan bagimu, aturan tetaplah aturan. Kebiasaan yang sudah ada sejak lama. Diturunkan dari kedua orang tuamu, yang mencintai dan melindungimu sejak dini. Anak yang baik tak akan durhaka pada orang tuanya. Toh siapalah aku, hanyalah manusia yang baru saja mengenal adamu. Tetap saja bagiku, segalanya terasa begitu tak adil.

Tak ada yang benar-benar adil di dunia, sebab segalanya sudah punya porsinya.

kamu seseorang yang tangguh. Meski berkali-kali jatuh, tetap saja berpegang pada prinsipmu yang teguh. Hatimu sekeras karang, sekuat baja. Patahkan hati sendiri pun tetap kamu jalani. Mengorbankan segala rasa demi tetap setia pada aturan orang tua. “Tak usah kamu peduli tentangku, dan tentang perasaanku. Biarkan saja, hati selalu punya cara untuk sembuhkan lukanya, apalagi perihal cinta.” Katamu padaku.

Mungkin memang kita hanyalah sebuah kebetulan, mungkin memang kita tak pernah direncanakan oleh Tuhan

Kisah kita tak mungkin terjadi. Tetapi sesekali kepalaku berimajinasi, bertanya-tanya, bisakah masing-masing dari kita, sejenak melupakan ego dunia, dan biarkan cinta yang mengambil segala kendalinya?

belajar mengikhlaskan mungkin satu-satunya, bila memang takdirku bukan takdirmu, kisah ini pun nantinya akan jadi pembelajaran masing-masing dari kita. Dan kita saling sepakat, titik tertinggi mencintai, bukan dengan saling memiliki.

Bila nantinya kutemukan tubuhmu di dekap yang lain, dan senyummu begitu cerah, kamu tau, meski di dada terasa sakit, di mataku berlinang air, bahagiamu tetaplah jadi bahagiaku.
Terimakasih ning telah hadir dan memberi warna baru dalam kehidupan ku.. semoga kau selalu bahagia dengan siapapun yang Tuhan dekatkan untuk mu.. dan aku akan terus menjadi pengagum mu sampai kapanpun. Semoga Waktu dan Rindu kembali membawamu pulang..
Maafkan santri mu ini yang mencintai mu..
Wassalamualaikum..

Pengagum mu : JAUHARUL MAKNUN

Dan tak terasa air mataku terus jatuh dan membasahi surat Jauhar. Aku tau bagaimana perasaannya dan jika kau tau Jauhar aku pun mencintai mu yang tak terbatas oleh ruang dan waktu.

HilyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang