Pertemuan Pertama

10 4 0
                                    

Sebelum membaca jangan lupa di vote dan comment yaa:*

.
.
.
.
.

Kedua remaja perempuan itu berjalan di bawah langit malam yang dingin. Canda tawa menghiasi perjalanan mereka dan menghiraukan tatapan-tatapan remaja nakal yang biasanya berkeliaran di malam hari.

" Ke Supermarket itu dulu yuk, persediaan cemilan di rumah gue abis " ucap perempuan berambut pendek sebahu dihiasi bando nya yang berwarna hijau pastel.

" Lagi? Kayaknya hidup lo cuma di penuhi sama cemilan ya, pantesan itu pipi berlemak banget " ledek perempuan berambut panjang yang dihiasi jepit rambut hitam di sisi rambut nya.

Perempuan berambut sebahu itu hanya mengembungkan pipinya lantaran teman nya itu baru saja meledek nya. " Tapi setiap gue beli cemilan lo selalu minta kan, dasar gak modal "

" Hemat pangkal kaya "

" Bilang aja gak punya duit "

" Bukan gak punya, lagi nabung gue "

" Nabung nabung tapi kerjaan nya beli aksesoris gak jelas lo "

" Ehh, Zena tungguin dong "

" Mati aja lo sana " perempuan yang diketahui namanya Zena meninggalkan teman nya begitu saja di belakang dan masuk ke dalam Supermarket.

" Jahatnya " perempuan berambut panjang tersebut berlari menyusul temannya yang sudah masuk ke dalam Supermarket.

" Vaye sini! " perempuan yang disebut Vaye otomatis menoleh ke sumber suara dan ia melihat Zena sedang melambaikan tangan nya atau lebih tepatnya menyuruh Vaye ke tempat Zena berada.

" Kenapa? " Vaye menatap kedua tangan nya yang di tarik oleh Zena.

Ia menatap dua coklat ditangan nya heran. " Kenapa kasih ke gue? Buat gue? "

" Pede amat lo, pegangin " Zena melanjutkan mencari makanan yang ingin ia beli dan mengabaikan tatapan maut Vaye.

Zena yang sedang membeli cemilan adalah malapetaka bagi Vaye karena dirinya harus menunggu Zena yang memilih makanan dan menjadi babu dadakan nya. Ditambah ia harus menahan rasa pegal di kaki nya karena terlalu lama berdiri. Zena yang membeli cemilan itu ibaratkan memisahkan biji strawberry dari tempatnya. Lama banget.

Vaye mengalihkan perhatian nya saat melihat sesuatu yang membuatnya penasaran. " Jen, ini apa? "

" Ini permen karet bukan? " tanya Vaye lagi tanpa mengalihkan pandangan nya dari benda tersebut.

" Jenn, kok diem aja sih " Vaye yang mulai kesal karena tak kunjung mendapat jawaban menarik-narik ujung baju Zena. Ah. Kenapa gak menoleh dulu ya si Vaye ini.

" Itu memang karet tapi bukan permen, apa kau mau mencoba nya denganku? " suara husky menyapa di telinga Vaye tetapi ia mengabaikan nya dan masih saja fokus pada benda tersebut. Lebih tepatnya belum sadar kalau disebelahnya itu bukan Zena.

" Jen? Suara lo kok jadi kayak om om sih? Ini permen karet bukan? "

" Sudah kubilang itu memang karet tetapi bukan permen kalau kau begitu penasaran, apa kau ingin mencoba nya denganku? " Vaye yang baru tersadar kalau disebelahnya bukan Zena langsung meneloh kesamping.

" Hah?! Loh?! "

" Ada apa? Maaf kalau kau kecewa dengan fakta nya kalau itu bukan permen yang bisa kau makan tapi itu karet yang bisa kau pakai untuk hal-hal dewasa, jadi apa kau ingin mencoba nya denganku? " pria tersebut menyeringai melihat ekspresi kebingungan perempuan berumur 17 tahun tersebut.

Me and My Broken HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang