Donatur 2

7 4 0
                                    

Sebelum membaca jangan lupa di vote dan comment yaa:*

.
.
.
.
.

" Eh, Vaye " bisik Zena, Vaye membalas dengan deheman.

" Itu-- "

" Pagi semua! " sapa seorang pria yang baru datang tadi.

" Pagi! " balas semua murid dengan semangat. Lebih tepatnya suara semangat itu lebih di dominasi dengan suara perempuan.

" Cih, dasar centil " cibir Vaye.

Vaye melirik Zena. Ia langsung sweatdrop. Ternyata temannya ini sama centil nya dengan semua murid perempuan disini.

Zena meremas sweater yang digunakan Vaye. " Ganteng banget! "

" Tapi kok gue ngerasa familiar ya? " lanjut Zena, Vaye hanya mendengung.

Zena memejamkan matanya berusaha mengingat wajah tampan yang sedang berdiri disana. " Itu om-om yang di Supermarket itu kan? " tebak Zena.

" Mungkin " jawab Vaye.

" Perkenalkan nama saya Aziel Reynard, saya adalah donatur dari sekolah ini " pria yang bernama Aziel itu memperkenalkan diri.

" Bukan " celetuk Vaye.

" Hah? " Zena menatap Vaye bingung.

" Dia bukan om-om yang di Supermarket itu, mirip tapi kok gua ngerasa ada yang janggal ya? " alis Vaye berkerut.

Zena yang sedari memperhatikan hanya mengedikkan bahu nya acuh dan lebih memilih memperhatikan Aziel di depan sana. Ia lebih tertarik pada wajah tampan Aziel dari pada wajah kebingungan Vaye.

Vaye menatap wajah Aziel serius. Tidak tidak. Ia bukan serius mendengar kan tapi ia serius menatap wajah Aziel dan menelisik nya.

" Ada yang punya pertanyaan? " tanya Aziel setelah berbicara panjang lebar. Entah apa yang di bicarakan nya.

Semua murid perempuan langsung ricuh dan berlomba-lomba untuk bertanya.

" Umur nya berapa? "

" Udah punya kekasih belum? "

" Udah nikah belum? "

" Nikahi aku mas "

" Mau jadi kekasih saya gak? "

" Saya hamil "

Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan untuk Aziel. Ketimbang pertanyaan itu lebih ke pernyataan.

" SEMUA HARAP TENANG " kepala sekolah berseru saat melihat Aziel yang terlihat tidak nyaman.

" Maafkan murid-murid saya, Tuan Aziel " kepala sekolah membungkuk minta maaf.

" Ah, tidak apa-apa saya akan menjawab nya kok " Aziel tersenyum.

" Umur saya 22 tahun, belum punya kekasih, belum menikah dan saya single belum pernah menjalin hubungan dengan siapa-siapa " jelas Aziel dengan senyuman tampan nya.

Semua murid perempuan ricuh kembali karena mereka masih mempunyai kesempatan untuk mendekati pria berusia 22 tahun itu. Murid laki-laki sedari tadi hanya menatap jengah perempuan yang terlihat alay di mata mereka.

BRAK

Semua atensi langsung tertuju pada pintu aula yang terbuka cukup kasar. Terdapat seorang pria yang napas nya tersengal karena sehabis berlari.

Me and My Broken HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang