Reynard

6 3 0
                                    

Sebelum membaca jangan lupa di vote dan comment yaa:*

.
.
.
.
.

Vaye melempar tubuhnya ke kasur empuk miliknya dan di ikuti oleh Zena. Vaye melirik Zena yang sedang menenggelamkan wajahnya di bantal miliknya, " Lo ngapain ke rumah gue? "

" Gue gabut banget di rumah " jawab Zena dengan suara yang sedikit tergumam-gumam karena terendam oleh bantal.

" Seenggaknya jangan jadiin rumah gue jadi tempat gabut lo, gak sudi gue " ketus Vaye.

" Tumben sewot banget lo hari ini, kenapa? Di omelin ya pas di ruang BK " ledek Zena.

" Lebih buruk dari itu " jawabnya malas sambil memalingkan wajahnya ke arah lain.

" Heum? Terus apa? " tanya Zena.

Vaye terdiam. Zena masih menatap Vaye yang terdiam kemudian menghela napas, " Kalau ada apa-apa cerita ke gue aja, kita ini sobat kan? " Zena merentangkan tangan nya.

Vaye yang melihat Zena siap ingin dipeluk langsung saja ia menghamburkan dirinya ke dalam pelukan hangat sahabat nya itu.

" Kenapa? " tanya Zena lembut sambil mengusap-usap kepala Vaye.

Vaye suka sifat Zena yang ini. Sifat yang sangat keibuan nya ini sangat lembut mengalahkan ibu kandung nya sendiri yang terkenal ' drama queen ' banget. Walaupun Zena biasanya suka sengklek dan aneh dia juga mempunyai sisi yang lembut dan inilah yang membuat Vaye nyaman berteman dengan nya.

" Tadi gue kan di panggil ke ruang BK tapi gue bukan di panggil sama guru... " Vaye menyamankan dirinya di pelukan Zena.

Zena tidak berniat memotong cerita Vaye, karena Zena tau kalau Vaye sedang bercerita pasti ia sedang mencari posisi yang nyaman terlebih dahulu baru menceritakan nya. Katanya sih ' Biar cerita nya enak ' padahal gak ada hubungan nya.

" Gue di panggil sama donatur sekolah kita " terlihat dari mimik wajah Vaye mulai kesal saat mengingat kejadian di ruang BK.

Zena mengernyitkan dahi nya. Masa iya dia di panggil sama Aziel, mereka kenal juga enggak, " Siapa emang? "

" Bukan, yang satu lagi kakak nya Aziel. Evan, om-om cabul yang kita temuin di Supermarket itu " Vaye mengembungkan pipinya.

Ah, Zena melupakan fakta kalau Evan itu juga merupakan donatur di sekolah nya. Lebih tepatnya donatur terbesar di banding Aziel.

" Lo tau kan pertemuan pertama kita itu gimana? Dan lo inget gak kata-kata yang dia sampaiin ke lo sebelum dia pergi? " Vaye menatap Zena.

Zena menaruh tangan nya di dagu dan mulai berpikir, terlintas seulas kata-kata di otakknya ' Oh, iya. Ngomong-ngomong akulah yang akan mengajarkan bocah itu tata krama jadi, sampai bertemu lagi nona-nona '

Zena menjentikkan jarinya, " Inget! Dia bilang kalau dia bakal ngajarin lo tata krama kan? " seru Zena.

" Ya, dan sialnya dia manggil gue karena itu, kalau gue nolak permintaan dia buat ngajarin gue tata krama dia bakal ngeluarin gue dari sekolah dan dia juga bilang dia gak apa yang bakal dia perbuat ke gue ke depan nya gue mau berontak juga gak bisa soalnya lu tau kan dia itu dari keluarga ' Reynard ' kekuasaan keluarga mereka itu bukan main jadi gue cari aman aja " keluh Vaye.

" Wahh enak ya jadi lo, Vaye " Zena menatap Vaye dengan berbinar.

Hah? Gak salah denger nih? Aneh sekali yang ada dirinya itu sengsara di buat nya, " Gila lo ya? Enak dari mana nya coba " gerutu Vaye.

Me and My Broken HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang