5. PESONA RANGGA

89 11 0
                                    

Hai! Baca lagi yuk! Jangan lupa vote dan komen alasan kamu suka sama cerita ini ya?
Selamat membaca!

🍒🍒🍒

Rangga Mahesa Pratama. Cowok pemilik wajah tampan dengan alis lebat, tatapan mata beriris cokelat yang tajam bak elang, garis rahang tegas serta memiliki hidung mancung. Tak lupa kumis tipis di atas bibirnya yang sengaja ia tumbuhkan demi terlihat dewasa dan makin cool.

Namun, saat ini Rangga sedang berpikir untuk menghilangkan kumisnya sebab ia tak mau lagi dianggap tua oleh Ulfa. Dari kemarin, perkataan gadis itu sukses melukai harga dirinya sebagai cowok ganteng, katanya.

Motor sport hitam merah melesat memasuki gerbang megah SMA Dirgahayu. Sebuah sekolah menengah dengan bangunan bertingkat tiga ini merupakan salah satu sekolah berpengaruh di kota Bandung. Tampak jelas kemegahan bangunan dengan cat bernuansa putih dan abu-abu.

Rangga yang baru saja datang, sedang memarkir motornya. Ia melepas helm full face, sejenak menyugar rambut hitam model poni acak-acakan, tapi malah makin berantakan. Ia menyerah, kemudian turun dari motor dengan gaya cool.

Sudah menjadi rahasia umum jika di sebuah sekolah, ada satu murid yang nakalnya minta ampun, suka bikin onar dan kerusuhan serta tak patuh aturan biarpun sudah dihukum berkali-kali. Murid yang sangat kebal akan nasihat, makian hingga teriakan guru-guru. Semua itu ada pada sosok Rangga.

Rangga bukan ketua OSIS atau kapten tim basket. Ia hanya biang kerok. Suka tawuran, suka bolos, suka berkelahi dan suka bikin ulah. Membuatnya dipandang sebagai murid nakal nomor wahid.

Uniknya, bukannya dijauhi, ia malah dikagumi dan disegani di kalangan para siswa dan siswi.

Rangga dikenal suka membuat onar. Paling parah saat ia menyeludupkan kipas angin dari ruang guru ke ruang kelas. Alasannya, tak tega melihat teman-temannya kepanasan karena kipas angin di kelas sedang rusak. Nyatanya kipas itu ia peruntukkan untuk dirinya beserta teman-teman tukang onarnya.
Jadilah ia sampai dilempari sepatu oleh Pak Garin, guru matematika berusia hampir setengah abad yang kelewat murka.

Namun, bukan Rangga kalau penurut. Ia malah melenggang keluar kelas saat Pak Garin masih marah-marah. Membuatnya dikutuk habis-habisan.

Itulah Rangga. Kalau baru kenal, kau akan mengira ia arogan dan angkuh, tapi sebenarnya ia punya sisi baik, ramah dan bisa berteman dengan siapa saja karena motto hidupnya adalah, 'Lu baik, gue nggak bakal ngusik. Lu ganggu, gue buru sampai mampus.'

Sekarang Rangga hendak ke kelasnya. Bak adegan slow motion, beberapa siswi yang melintas menatap Rangga seperti melihat pangeran dari negeri dongeng. Ah lebay sekali. Mereka hanya melintas, saat melihat Rangga, beberapa tampak menganga sambil memukul teman di sebelahnya. Terpesona.

Melihat itu, Rangga hanya nyengir kemudian lanjut berjalan menuju kantin sambil menenteng tas ransel hitam berisi satu buku dan satu pena. Ciri-ciri murid tak ada niat belajar.

Kedua kaki Rangga berbalut sepatu Converse hitam menginjak koridor lantai satu. Berjalan dengan penuh percaya diri biarpun beberapa siswi memperhatikannya. Rangga berhenti. Sejenak menyunggingkan senyum pada siswi di dekatnya yang sedang menenteng alat pel. Namun, bukannya mendapat senyum balik, malah dibalas pelototan.

"Rangga! Ampun deh! Lantai itu baru aja dipel!" sembur siswi itu.

"Eh?" Rangga terkejut. Melihat ke bawah, jejak sepatu Converse-nya tampak jelas.

Rupanya siswi itu memperhatikannya bukan karena terpesona melainkan Rangga yang seenak jidat berjalan di lantai yang masih basah.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 13, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AYO JADIAN, MBAK! (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang