Bab 2

26K 2.4K 78
                                    

Saat Alana membuka matanya dia berada di rumah sakit dan dia melihat seorang cowok yang tampan yang tidur disebelahnya. Cowok yang tidur disebelahnya membuka matanya dan melihat Alana (Dinda) sudah bangun.

"Dinda kamu sudah bangun" tanya cowok itu sambil melihat Alana yang kebigugan karena cowok itu memanggilnya dengan nama Dinda." Ada apa Din? apakah masih ada yang sakit?" Tanya cowok itu.

"Kamu siapa?" Alana sambil menatap cowok itu. Alana heran kenapa dia dipanggil Dinda dan dia tidak kenal dengan cowok ini.

"Dinda ada apa dengan lo?" Tanya cowok itu lagi sambil berlari untuk mencari dokter.

"Apakah sekarang nama aku jadi Dinda dan aku juga merasa tubuh aku tidak seperti biasanya." Pikir Alana. "Kalau memang dengan tubuh cewek ini aku bisa tetap hidup aku rela untuk di panggil dengan nama Dinda." Pasrah Alana yang dirinya rela dipanggil Dinda supaya tidak ada yang curiga dengan identitas nya.

Alana yang sudah ikhlas untuk dipanggil Dinda dikagetkan kedatangan cowok yang tadi memanggilnya Dinda dengan seorang dokter untuk memeriksa Alana.

" Pasien mengalami hilang ingatan dalam jangka waktu yang belum ditentukan." Ucap dokter itu sembari melihat kearah cowok itu.

"Terimakasih dokter." Ucap cowok itu. " Karena ingatan Lo hilang, kenalin nama gue Ferel , gue itu sepupu lo yang baik dan ganteng banget." Lanjut Ferel memperkenalkan dirinya dengan bergaya narsis, Hal itu malah membuat Alana jadi pengen muntah.

"Oooo jadi nama Lo Ferel." Balas Alana yang menganggukkan kepalanya.

Nggak lama kepala Alana jadi pusing dan muncul ingatan asing yang nggak diketahui Alana, ingatan itu terus berputar di kepala Alana dan Alana menyimpulkan kalau ingatan ini adalah milik cewek yang namanya baru saja disebutkan oleh Ferel.
"Ada apa dengan Lo Din?" Tanya Ferel ke Dinda.

"Nggak apa-apa." balas Dinda. "Tolong ambilkan aku kaca." Lanjut Dinda.

"Apa? aku?" kaget ferel mendengar Dinda menyebutkan dirinya dengan kata aku.

"Maksudnya gue." Ralat Dinda karena takut Ferel curiga kalau dia bukan Dinda yang asli.

"Ingat Alana sekarang nama Lo Dinda dan bukan Alana lagi, tidak ada Alana yang dari desa sekarang kamu adalah Dinda yang cewek kota." Ujar Dinda didalam hatinya dan menghela nafas

"Ooo... kalau begitu pakai kamera hp gue aja untuk ngaca, disini nggak ada kaca." Jelas Ferel sambil menyodorkan hpnya ke arah Dinda "tumben Lo berkaca? biasanya kan Lo ngak mau, Karena takut lihat wajah Lo yang hmmm?" Lanjut ferel.

"Terserah gue dong mau berkaca apa nggak, kenapa Lo yang repot dengan urusan gue. Lo iri sama gue karena gue cantik dan Lo larang gue karena Lo nggak mau nanti melihat gue memamerkan kecantikan gue kayak bidadari yang turun dari surga ini." Jelas Dinda sambil mengambil hp dari tangan Ferel.

" Apa kata Lo gue iri? Dan bidadari turun dari surga, ahaha."  Ketawa ferel. "Ayo cepat Lo kaca dan lihat diri Lo. Apakah seperti itu yang Lo maksud bidadari?" Tanya Ferel.

Ferel itu sepupu Dinda yang mulutnya pedas dan bobrok juga.

Dinda langsung ngaca di hp Ferel, melihat dirinya di hp Ferel yang wajahnya yang banyak jerawatnya, dan juga gemuk dan melihat dagunya banyak lipatan nya yang membuat Dinda menjadi kaget, walaupun Alana sudah dapat ingatan Dinda, tapi soal badan gemuk dia tau tapi wajah Dinda dia ngak tau, karena Dinda ngak pernah ngaca cuma merabah wajanya saja. Pantas saja dinda tida mau berkaca pikir Alana.

Melihat Dinda yang kaget Ferel melihat wajahnya Ferel langsung tertawa "ahaha....Uda lihat bidadari yang turun dari surganya? Apa kayak itu yang Lo maksud bidadari yang turun dari surga. Kalau menurut gue Lo itu raksasa buruk rupa". Jelas Ferel berjongkok dekat bangkas rumah sakit dikamar Dinda dirawat, sambil memegang perutnya ketawa yang mengeluarkan air matanya.

Dinda yang muak lihat ferel ketawa yang ngak henti-hentinya jadi muak dan dia melihat ada buah disamping tempat tidurnya dan langsung dilempar kan ke arah Ferel. "Rasain Lo." Ucap Dinda sambil menjulurkan lidahnya.

"Aduh...apaan sih Lo." Protes Ferel sambil menghusap kepalanya yang kena lemparan buah dari Dinda. "Dan ngapain Lo menjulurkan lidah ngak ada imut-imut nya yang ada gue pengen muntah lihat Lo." Lanjut Ferel sambil melihat Dinda sinis, karena nggak terima kepalanya dilemparkan buah oleh Ferel.

"Itu saja sakit Lo itu cowok bukan sih" balas Dinda "oh iya rel, orang tua gue mana, kenapa Lo aja yang dari tadi disini?" Tanya Dinda ke ferel.

Ferel yang mendengar pertanyaan Dinda menjadi sedih melihat Dinda bertanya kayak gitu dan dia juga mengubah mimik wajahnya menjadi serius. "Mama dan papa Lo sibuk, perusahaannya mereka ada masalah jadi mereka sibuk dan ngak bisa lihat lo." Jawab Ferel sambil melihat Dinda. Ferel kaget melihat Dinda biasa saja kalau Dinda asli pasti dia ngamuk dan nyuruh ferel untuk terus nelpon orang tuanya sampai datang.

Dinda yang menerima jawaban dari ferel langsung menganggukkan kepalanya. Dinda tau kalau orang tua asli tubuhnya ini orang  tapi mereka tetap sayang ke Dinda walaupun caranya salah dengan memberikan Dinda banyak uang sakunya, tapi Dinda nggak butuh uang saku yang banyak dia pengen orang tuanya selalu ada buat Dinda. Dinda membutuhkan kasih sayang orang tuanya dan Dinda ingin bercerita tentang pengalaman nya yang ada disekolah kepada orang tuanya.

"Kapan gue bisa pulang?" Tanya Dinda

" Lo Uda bisa pulang sekarang, kata dokter yang gue tanyakan tadi." Jawab Ferel.

"Ya udah kalau begitu kita siap-siap untuk pulang." Ucap Dinda.

"Ya udah sini gue bantu." Tawar Ferel membantu Dinda untuk siap-siap pulang.

Ferel dan Dinda menuju mobil mereka, untuk menuju kerumah Dinda setelah mengemasi barang-barang Dinda yang ada di rumah sakit. Dinda sudah dua hari di rumah sakit, sesampainya dirumah Dinda. Dinda langsung turun dari mobil Ferel yang diikuti Ferel dibelakangnya sambil membawa barang-barang Dinda.

Dinda yang melihat rumah pemilik asli tubuh ini dibuat kagum karena gayanya yang sangat mewah dan megah.

"Mari kita masuk." Ajak Ferel sambil membantu Dinda masuk kerumahnya dan membawa Dinda kekamarnya.

Dinda yang melihat kamarnya ini dia terlihat puas. Apalagi warna kamarnya juga di sukai Dinda. Dinda pikir kamarnya akan warna pink yang sempat membuat Dinda kecewa dengan warna kamarnya.

Dikamar Dinda tidak ada kaca ataupun alat-alat kosmetik lainnya. Apakah Dinda niat jadi cewek padahal dia suka sama Bara, tapi nggak niat untuk merubah fisiknya bagaimana Bara akan suka sama dia kalau begini caranya.

"Lo besok sekolah kan?" Tanya Ferel.

"Iya gue besok sekolah." Balas Dinda.

"Besok gue akan jemput Lo, dan Lo harus sama gue berangkat ke sekolahnya besok. Tidak ada bantahan." Ucap Ferel yang tidak mau dibantah di akhir kalimatnya sambil menggancam Dinda, karena Dinda biasanya nggak mau berangkat ke sekolah bareng Ferel.

"Iya" Dinda pasrah saja berangkat ke sekolah dengan Ferel, kan dia tidak bisa bawah mobil dia cuma bisa bawa motor sedangkan Dinda tidak punya motor.

Karena waktu Dinda jadi Alana. Alana cuma bisa bawah motor karena dikampung Alana orang umumnya hanya punya motor kalau mobil disana jarang karena harga mobil mahal.

Transmigrasi Gadis DesaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang