Sering kali, saat kita marah atau kesal pada orang lain, kita lebih mudah untuk menyalahkan orang yang ada disisi kita (padahal dia tidak tahu apa-apa), karena apa ? karena kita cenderung sulit untuk menyalahkan diri kita atau bahkan mengoreksi apa yang salah dengan kita. Kita cenderung lebih mudah menyalahkan orang lain ketimbang bercermin dengan diri kita.
Saya pernah terburu-buru berangkat ke kantor, waktu saat itu menunjukkan pukul 07.00 pagi biasanya saya berangkat pukul 06.20 pagi namun entah mengapa saya merasa bosan dengan rutinitas berangkat pagi-pagi ke kantor maka saya putuskan untuk berangkat sedikit lama dari biasanya. Sangat jelas dan terlihat biasa kondisi jalan saat itu karena jam 07.00 WIB adalah waktu anak sekolah berangkat dan angkutan umum beroperasi, yaa jadi wajar saja bila jalanan dan persimpangan lampu merah dipadati pengendara motor dan angkutan umum. Lalu nasibku ? aku terlambat sampai ke kantor. Estimasiku sampai kantor hanya memakan 30 menit perjalanan, ternyata karena macet dan ramainya pengguna jalan aku menghabiskan waktu kurang lebih satu jam di perjalanan. Mirisnya, aku sebenarnya sudah mengetahui kebiasaan-kebiasaan seperti itu, maksudnya aku paham kondisi jalan saat aku berangkant jam 7 pagi maka aku akan terlambat karena kondisi jalan yang benar-benar padat sehingga menyebabkan kemacetan. Sepanjang jalan aku selalu mengumpat pengguna jalan yang tidak sabar dengan selalu membunyikan klaksonnya pertanda mereka juga sedang buru-buru.
"sabar dong pak, gak liat apa lagi lampu merah. Arghhhhh DASAR!!!" umpatku pada pengendara dibelakang karena selalu membunyikan klaksonnya.
"duhhhh, udh lampu hijau itu pakkk. Buruan dong. Gak tau apa saya sudah terlambat iniii!!!! Duhhhh" kataku pada pengendara motor didepan yang lambat melajukan motornya ntah apa sebab dia begitu. Padahal dia juga tidak mendengar perkataanku, atau dia juga mengalami hal yang sama denganku.
Begitulahhh, dan banyak lagi umpatan lain yang terdengar dari pengendara lain kepada pengendara lainnya, juga bunyi klakson yang bersahutan pertanda semua sedang buru-buru untuk segera sampai pada tujuannya.
Pada kondisi seperti itu, harusnya saya tidak perlu menghabiskan energi untuk marah-marah dan mengumpat pengendara lain untuk segera jalan dan menghentikan bunyi klakson karena mengganggu pendengaran saya. Tapi karena saya juga manusia yang selalu lupa dengan apa yang saya rencanakan (berimbas buruk) maka saya lebih mudah untuk menyalahkan keadaan juga orang di sekitar saya ketimbang mawas diri "ahhh, kenapa tadi aku memilih berangkat jam 7, kan aku sudah tahu kondisi jalan akan macet seperti ini. Kalau saja aku berangkat seperti biasa, hemmm... mungkin aku tidak akan bermacet-macetan dengan mereka" ... yaaa harusnya saya memilih diam dan berkata demikian saat itu dan mengutuk diri saya sendiri daripada saya ikutan teriak dan membunyikan klakson motor saya. Lagi dan lagi, manusia sulit sekali bercermin dengan dirinya.
Saran saya, jika kita merasa frustasi, itu adalah tanda bahwa ada yang tidak beres pada diri kita, pada rencana kita dan pada hasil dari apa yang kita rencanakan. Saat mengalami kondisi tersebut, Tarik napas dalam-dalam lalu hembuskan dan istighfar (mohon ampun pada Allah) dan lanjutkan dengan berhitung 1-10 setelahnya berangkat ke depan cermin dan bercerminlah. Apa yang terpantul di cermin bisa jadi menyelamatkan kewarasan dan –hubungan—baik yang kita pernah miliki.
