02.

310 61 2
                                    

Hyunjin panas.

Menghela nafasnya, memangku dagunya, Hyunjin memainkan segelas kopi dingin dihadapannya.

Ia sedang di kampus.

Mendengarkan celotehan sahabatnya, Jisung, tentang soulmatenya.

"Jin,"

Hyunjin memutar kedua matanya, "Apa?"

"Dengerin gue ga sih?"

"Denger."

"Barusan gue ngomong apa?"

"Minho keren banget."

Jisung kembali tersenyum, "Gue kira lo ga dengerin."

"Dengerin lah, gue punya kuping."

Dari setengah jam yang lalu, Jisung berbicara tentang soulmatenya, Minho, yang sering berpartisipasi dalam balapan liar, yang sebenarnya bisa dibilang tidak terlalu liar, karena mereka punya organisasi tersendiri?

Ah, Hyunjin bingung menjelaskannya.

Ia tidak terlalu paham, namun ia tahu.

"Jangan ngomongin tentang pacar lo terus, inget ada tugas deadline malem ini."

"Elah, Jin, gabisa apa biarin gue seneng dulu."

Minho semalam menang taruhan.

Tentu saja, Jisung juga kecipratan untungnya.

"Pacar lo menang aja, gue cuma lo traktir pop ice kopi."

Jisung mendengus, "Lo pikir dia ngasih gue berapa ratus ribu? Gue cuma minta traktir doang, eh dikasi duit juga. Dikasinya mayan sih, cuma gue ga rela aja abisin duit gue buat traktir lo."

Hyunjin mencibir.

Iri.

Kapan ya, gilirannya.

"Lo kapan, ya, Jin?"

Hyunjin menggeleng, "Gatau. Salah apa ya gue, sama dunia. Padahal, gue kayanya hidup aman-aman aja, tentram aja. Gaada gue macem-macem."

"Ada."

"Apa?"

"Lo boros."

"Heh, lo pikir make up murah?

"Engga, soalnya lo kalo belanja make up sama gue, sekali belanja lo makan indomie sebulan."

Benar juga sih.

Ia tidak pernah tega untuk meminta uang lebih pada orang tuanya apabila bersangkutan dengan hobinya.

"Gaada hubungannya, soulmate sama boros."

"Ada aja, tuh. Siapatau lo belom dikasih karena soulmate lo gabisa menunjang hobi mahal lo."

Hyunjin lemas.

Terpikirkan olehnya, lepas dari dunia make up.

Dunianya.

"Becanda anjir, jangan dipikirin banget nanti rontok rambut lo."

Hyunjin selalu memikirkan satu hal.

Kapan?

Ia ingin seperti teman-temannya, berbagi cerita cinta klise.

Hyunjin belum pernah pacaran.

Pernah beberapa kali ada orang-orang yang menyatakan cinta padanya, namun Hyunjin tolak.

Hyunjin punya kebiasaan buruk.

Ia tidak pernah merasa cukup.

Bagi lingkungan sekitarnya, bagi keluarganya, bagi teman-temannya, bagi dirinya.

Hyunjin tidak pernah merasa pantas.

Apa, istilahnya, ya.

Insecure?

Atas apa?

Hyunjin memiliki paras menawan, tubuh memikat dan kepribadian yang sempurna.

Hyunjin baik, luar dan dalam.

Mungkin kebenaran ini kontras, dengan imej yang ia bangun di sosial media.

Hyunjin yang nampak selalu bisa stand up for himself.

"Kali aja dunia lagi ngadain audisi, karena dunia cuma mau ngasih lo orang pilihan terbaik buat lo, yang bisa bikin lo feel worthy, dan yang bisa selalu support lo, yang worthy buat lo."

ink-finite.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang