🌸 + flashback [MPLS]

2.3K 491 74
                                    

Ini hari pertama MPLS dan seperti kebanyakan murid lainnya, Bang Yedam atau yang biasa disapa Yedam tentu tidak mau datang terlambat yang berujung pada hukuman.

"Semuanya udah dicek lagi?" suara Bunda menginterupsi Yedam yang tengah mengecek group chat kelompoknya.

Cowok itu memberi anggukkan singkat, "Udah, Bun."

"Ya udah, buruan berangkat. Ini udah mau jam 7."

Yedam menaruh ponsel ke meja, kemudian ia mendekat pada Bunda dan seperti biasa menyium punggung tangan wanita itu.

"Yedam berangkat dulu, assalamualaikum." Katanya sebelum menjauh dari rumah bersama Willy (motor kesayangannya).

Mata Yedam menyipit menajamkan penglihatan pada perempuan di bengkel dekat lampu merah, kemudian tanpa sadar, ia sdikit memiringkan kepalanya. Sepertinya motor yang perempuan itu naiki sedikit berkendala, soalnya dia terlihat sedang mengomel.

Tanpa sadar, seutas kurva senyum terlukis di balik helm yang Yedam pakai. Hanya untuk beberapa detik, karena lukisan itu langsung lenyap begitu perempuan yang ia perhatikan menoleh ke arahnya, membuat manik mereka bersitetap dalam waktu singkat.

Perempuan itu terlihat sedikit terkejut, kemudian menyapu pandangn ke sekitar, sebelum kembali menatapnya.

Yang mana itu membuat Yedam mengerjap. Cowok itu buru-buru mengalihkan pandangannya. Well, ia tahu kalau perempuan itu tidak akan bisa melihat senyumnya karena helm yang ia pakai, tapi tetap saja ia malu karena ketahuan mencuri lihat.

"Sebentar... jangan bilang gue sama dia satu sekolahan?" gumam Yedam sewaktu sadar bahwa seragam yang mereka pakai sama.

Lampu berubah menjadi hijau, kemudian bunyi klakson saling bersahutan, "Udah lah gak usah ditumpangin, dia gak minta juga." katanya sebelum kembali melajukan motor menuju sekolah.

🌸

"Ihhhhh, pasti tuh nanti aku dihukum! Motor Koko kenapa pake acara bocor segala sih???" rengek Ning Yizhuo, panggil saja Ningning, yang sudah memasukkan hari ini ke daftar hari sial yang pernah ia alami.

"Mana Koko tau?" sahut yang lebih tua, Winwin namanya. "Renjun kan juga sekolah di sana, nanti minta tolong aja biar hukumannya diringanin."

"Itu namanya curang, Ko! Lagian Ko Injun mah malah seneng kalo aku dihukum. Ck, sodara macam apa itu."

"Terus mau kayak mana lagi? Ini kan di luar rencana." Winwin menggaruk tengkuknya, merasa bersalah untuk sang adik. Kenari cokelat pria itu berpendar mencari jalan keluar dan terhenti pada cowok yang memakai seragam sama dengan yang Ningning kenakan.

"Ning."

"Apa manggil manggil?!"

"Hng... coba liat di sana deh, ada yang pake seragam sama kayak kamu."

Lawan bicaranya sontak mengalihkan atensi. Ningning sedikit terperangah, kala mendapati cowok di depan sana melihat ke arahnya. Enggan terlalu pede bahwa cowok itu memerhatikannya, Ningning langsung menoleh ke samping, bahkan belakang. Sayangnya yang ia temui hanya bunga juga peralatan bengkel.

Perempuan itu kembali menatap cowok di depan sana. Kali ini dahinya mengernyit bersamaan dengan alis yang menukik.

Refleks, Ningning ikut memiringkan wajah. Tatapannya masih tertuju pada cowok itu, tidak lama karena cowok itu melengos.

"Coba minta tolong ke sekolah bareng, siapa tau dia mau."

"Ko, aku gak kenal dia."

"Kepepet ini, Ning."

Chrysanthemum ; Yedam - Ningning ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang