Bab 7 Suara Orang Lain

33 9 0
                                    

Namun, dua tahun setelahnya, orang tua Ai Zhiyi memintanya untuk kembali. Mereka mengatakan bahwa mereka sudah memaafkan Ai Zhiyi dan ingin memulai hubungan baik dengannya.

Tetapi, Ai Zhiyi benar-benar lupa bagaimana ia begitu mencintai kedua orang tuanya waktu itu, sehingga ia menolak tawaran mereka tanpa rasa peduli.

Sekarang, setelah tujuh tahun berlalu, ia baru menyadari bahwa ia seharusnya tidak mengusir mereka. Ia merasa menyesal dan malu untuk kembali, tetapi ia harus menekan semua itu.

Dulu, ia pernah menjadi egois untuk keinginannya bersama Chu Weixu, dan sekarang tidak ada hal buruk jika harus menjadi egois sekali lagi untuk kembali kepada orang tuanya walau hanya sehari.

Ai Zhiyi merasa percaya diri di hatinya, dan ada keyakinan yang kuat, yang belum pernah ia rasakan selain itu adalah keinginannya untuk menjalani hidup bersama Chu Weixu.

Ia tidak ingin menyerah. Tidak ada kata terlambat untuk semuanya. Ia berpikir bahwa tidak ada salahnya untuk memulai hal baik dari kesalahan yang tak termaafkan. Itu lebih baik daripada tidak sama sekali. Orang-orang akan lebih menghargainya.

Setelah rasa pahit itu, ada rasa manis yang ia rasakan di ujung lidahnya. Ia mengangkat sudut bibirnya dan mencoba untuk menekan semua kegelisahan di hatinya. Ia tersenyum, merasa yakin bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Chu Xinian menatap wajah Ai Zhiyi melalui spion dan tersenyum. Melihat ekspresinya, Chu Xinian percaya bahwa Ai Zhiyi sudah membulatkan tekadnya untuk pulang menemui orang tuanya.

Tetapi, di samping itu, ada kekhawatiran yang membuatnya terus merasa gelisah. Ia pun berbicara dengan kata-kata penuh peringatan, "Zhiyi, jika kau kembali, jangan sampai orang lain mengetahui hal itu. Aku takut ayahku akan mengetahuinya, dan akan menjadi gila."

Mendengar hal itu, Ai Zhiyi menoleh ke arah wanita itu dengan hati-hati, ia menatapnya dalam diam untuk waktu yang lama, lalu tertegun memikirkan kata-katanya.

Ai Zhiyi mengetahui bahwa itu akan cukup berbahaya. Karena kemarahan orang itu setelah anaknya memilih untuk melarikan diri, Ai Zhiyi dan Chu Weixu harus menanggung kutukan selama lima tahun. Jika itu terulang, maka nasib buruk mereka di tahun-tahun ini akan kembali menjadi kutukan yang akan terasa menyakitkan di tulang mereka.

Ai Zhiyi mengepalkan tangannya kuat-kuat. Ia bahkan tidak merasakan kuku-kuku jarinya menancap di dagingnya dengan dalam.

Melihat ekspresi murung di wajah Ai Zhiyi, Chu Xinian menyadari bahwa ia tidak seharusnya menyinggung hal itu. Ia mengutuk dirinya sendiri dalam batin sebelum menghibur Ai Zhiyi dan dirinya sendiri.

"Zhiyi, kenapa dengan ekspresi itu? Jangan terlalu memikirkan kata-kataku. Ayahku orang yang sibuk, sangat mustahil jika dia mengetahuinya, atau bahkan akan mempedulikan hal itu. Ayo, bersemangatlah, kau akan pulang, jadi kau tidak boleh menunjukkan wajah seperti itu di depan orang tuamu."

Ai Zhiyi mengangkat pandangannya, menatap lurus ke depan dengan kosong. "Kak Nian, apakah menurutmu mereka akan benar-benar memaafkanku?"

"Apa yang kau katakan?" Chu Xinian tertawa kecil. "Tentu saja mereka akan memaafkanmu. Kamu pikir kenapa ibumu meminta hal ini padaku kalau dia tidak memaafkanmu?"

"Tapi, ayahku, apa dia benar-benar akan memaafkanku? Dia pernah bilang padaku bahwa dia tidak ingin melihatku lagi."

Chu Xinian terdiam sejenak, lalu mencoba meyakinkan Ai Zhiyi. "Tentu saja. Orang tuamu menyayangimu. Kau harus percaya pada mereka."

Mendengar hal itu, Ai Zhiyi tidak merasa yakin sama sekali, dan bahkan sebaliknya. Namun, ia tidak bisa terus mengurung diri dalam ketakutannya. Butuh waktu seratus tahun untuk mendapatkan kesempatan seperti ini.

Ia pergi tanpa kata maaf. Setidaknya, saat ia kembali ke desa untuk menemui mereka, ia bisa meminta maaf sebelum kembali.

Ai Zhiyi pun menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan-lahan.

Setelah pembicaraan itu, mereka berdua hanya menghabiskan waktu di perjalanan dengan diam. Mereka seolah-olah tenggelam ke dalam pemikiran mereka masing-masing dalam keheningan ini.

Beberapa saat kemudian, mereka tiba di depan sebuah rumah teh yang Ai Zhiyi kelola bersama Chu Weixu. Begitu Ai Zhiyi hendak keluar dari mobil, Chu Xinian menghentikannya dengan berkata, "Tunggu, aku memiliki sesuatu untuk Weizu," berhenti sebentar, ia kemudian berbalik dan mengambil sebuah bingkisan kertas di kursi belakang, lalu menyodorkannya kepada Ai Zhiyi. Ia berkata dengan senyuman, "Ini kue kesukaan Weizu. Saat ke kelas musik, aku tidak sengaja melihat sebuah toko kue, jadi aku mampir untuk melihat-lihat dan menemukan kue ini."

Ai Zhiyi tersenyum lembut. Ia meraih bingkisan kertas itu, lalu mengintipnya sedikit. Tetapi, betapa terkejutnya ia ketika melihat ada beberapa obat di dalamnya. Ia segera mengangkat pandangannya, menatap ke arah Chu Xinian dengan tatapan terkejut.

Ai Zhiyi hendak berbicara, namun Chu Xinian lebih dulu melakukannya, "Zhiyi, obat itu akan cukup selama dua bulan. Jika habis, kabari aku."

"Kak Nian, tapi ...."

Chu Xinian tidak ingin mendengar keluhan apa pun darinya. Begitu Ai Zhiyi hendak berbicara sekali lagi, ia segera memotong kata-katanya, seolah-olah ia bisa membaca perkataan di kepalanya. "Jangan beritahu Weizu jika semua itu dariku, maka semuanya akan baik-baik saja."

Mendengar kata-katanya, Ai Zhiyi tidak bisa mengatakan sepatah kata pun. Itu akan menjadi sia-sia. Ia pun tertegun sejenak, lalu segera keluar dari mobil.

Namun, sebelum ia melangkah pergi, Chu Xinian menurunkan kaca mobil, lalu berseru, "Zhiyi!"

Ai Zhiyi segera berbalik dan membungkuk sedikit di jendela mobil. "Ada apa?"

Chu Xinian berkata dengan nada menyenangkan, "Ini sudah memasuki musim dingin. Jangan lupa untuk memakan dumpling bersama Weixu. Isikan banyak daging untuk adik nakalku itu dan doakan keberuntungan untuknya," ada senyuman di akhir kata-katanya, yang mengartikan sebuah ketulusan.

Ai Zhiyi memaksakan senyuman di wajahnya namun berakhir jelek. Berat hati membuatnya merasa harus memaksakan semuanya dengan sangat buruk.

Setelah Chu Xinian berlalu, Ai Zhiyi menarik napas dalam-dalam seolah-olah ia telah kehabisan napas sejak di perjalanan. Kemudian, ia berbalik dan berjalan menuju pintu, lalu mendorongnya untuk terbuka.

Begitu ia berada di dalam, ia seketika berhenti melangkah. Ia menatap ke sekeliling ruangan yang tidak terlalu luas dengan kening berkerut. Ia tidak melihat siapa pun di tempat ini. Tidak ada pelanggan, dan Chu Weixu juga tidak ada di konter.

Ai Zhiyi berpikir bahwa Chu Weixu sedang berada di toilet, jadi ia bergegas mencarinya ke sana. Namun, begitu ia tiba, Chu Weixu tidak ada di sana. Ia pun menaiki tangga menuju ke lantai dua, berpikir bahwa Chu Weixu sedang naik ke rumah mereka, namun ia belum menemukannya. Hanya ada cahaya remang-remang yang membuat ruangan ini tampak suram.

Ai Zhiyi pun mulai merasa khawatir. Ia meraba saku celananya dan mengeluarkan ponselnya, lalu segera menghubungi nomor Chu Weixu.

Namun, begitu panggilannya tersambung, suara orang lain terdengar jelas di saluran seberang.

"Halo."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[BL] Gaze At The Wide Blue SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang