Di dalam sebuah kelas musik.
Suara instrumen lagu yang berirama terdengar sangat menyenangkan. Di dalam sana, para siswa terlihat sangat antusias ketika memainkan biola yang dijepit di antara dagu dan lengan.
Wajah-Wajah muda itu menunjukkan keseriusan dan kehati-hatian saat menekan titik-titik nada pada papan jari yang terbuat dari eboni. Setiap gesekan senar, jari-jari mereka dengan lihai berganti, menghasilkan simfoni orkestra yang bisa dinikmati oleh semua orang.
Orang-orang yang melewati ruangan itu tidak bisa untuk tidak melirik lalu tersenyum begitu musik dimainkan.
Alunan tiap-tiap nada terdengar beraturan dan bersukaria, menenggelamkan suasana dalam keceriaan, seolah-olah angin ikut menghasilkan nada-nada indah dan burung-burung dibalik jendela bernyanyi. Ada keindahan dan kenyamanan dalam setiap nada yang dihasilkan.
Setelah menyelesaikan lagu pada tangga nada terakhir, ada kesunyian yang tidak berlangsung lama, lalu segera tergantikan dengan tepuk tangan yang terdengar meriah. Para siswa pun tersenyum gembira dan kepuasan terlihat di mata mereka.
Di depan para siswa, Ai Zhiyi sedang duduk dengan senyuman, menatap para siswa bimbingannya. Rasa puas diam-diam memenuhi hatinya, bahkan seolah kehilangan kata-katanya sebagai pujian.
Ai Zhiyi melihat mereka semua dengan rasa bangga dan hampir menangis.
Bagaimana tidak, dua minggu ke depan adalah pemantasan musik di hari kelulusan siswa-siswanya di sekolah. Ketua di kelas musik meminta Ai Zhiyi untuk mengajari para siswa untuk memainkan lagu 'A Peaceful of Life' sebagai persembahan, dimana itu adalah salah satu lagu yang memiliki tangga nada sulit, bahkan ia sendiri hampir tidak menguasainya.
Namun, dengan usaha keras dan mempelajarinya selama hampir tiga minggu lamanya, Ai Zhiyi pun bisa membawakan lagu itu di depan kelas secara sempurna.
Tetapi, itu bukanlah hal yang membuatnya merasa puas ataupun bangga. Mengetahui bahwa siswa-siswanya bisa menyelesaikan lagu itu hanya dalam waktu satu bulan, Ai Zhiyi tidak pernah merasa terharu seperti sekarang ini.
Di usia mereka yang masih berusia tujuh belas hingga delapan belas tahun, Ai Zhiyi mengakui mereka semua sebagai siswa-siswa berbakat dalam hal bermusik.
Ai Zhiyi tidak henti-hentinya tersenyum.
Ai Zhiyi sudah bekerja di tempat ini selama tiga tahun, dan para siswa sangat menyukainya. Selain karena ia ramah dan mudah bergaul, setiap penjelasannya juga sangat mudah dimengerti.
Selain itu, Ai Zhiyi memiliki perawakan halus dan lembut, tampak seperti orang yang sangat baik dan lemah lembut, jadi itu membuat orang-orang tidak mudah membencinya. Dia tampan, memiliki bulu mata yang panjang dan beralis tipis. Orang-orang sering menganggapnya sebagai pria cantik dalam kelas musik, bahkan para siswa sering kali memujinya dengan 'cantik', 'berdedikasi', dan 'menyihir', kata-kata yang terdengar feminin untuk seorang pria dewasa seperti Ai Zhiyi.
Begitu kelas selesai, ia segera memasukkan biolanya ke dalam tas, sambil berbicara di depan kerumunan para siswa, "Kerja bagus semuanya. Selamat bertemu kembali minggu depan." Suaranya terdengar anggun walaupun ia hampir berteriak, dan orang-orang kagum ketika melihat senyuman di akhir kata-katanya.
"Terima kasih, pak guru!" Para siswa membalas dengan kegembiraan, sambil membereskan barang-barang mereka.
Sementara itu, di depan pintu, seorang wanita dewasa, tinggi dan cantik sedang menunggu dengan senyuman di wajahnya. Ia tampaknya juga sedang menikmati suasana ini.
Wanita itu memiliki fitur wajah yang halus, berkulit putih dan mulus. Matanya bulat dan cerah tetapi ada ketegasan di dalamnya. Rambut panjangnya berwarna hitam berkilau dan bergelombang menggantung di bahunya. Begitu ia melihat Ai Zhiyi mulai bergegas, ia juga segera berdiri tegap dan menyambutnya dengan senyuman.
Ai Zhiyi membawa tas biolanya, berjalan menuju wanita itu, sambil berbicara dengan senyuman. "[1]Kak Nian, maaf karena membuatmu menunggu terlalu lama." Nada suaranya terdengar penuh rasa bersalah.
Xinian = 昔年 (tahun-tahun yang lalu). Saat Zhiyi memanggil nama panggilan "Nian = 念 (ingatan)", dia sengaja mengubah nada
Chu Xinian menggeleng pelan, merasa tidak keberatan sama sekali. "Tidak apa-apa. Aku juga menikmati lagu yang mereka mainkan. Itu cukup membantu untuk tidak membuatku bosan - mereka semua sangat hebat."
Ai Zhiyi tersenyum. Mendengar pujian wanita itu, ia merasa senang.
Ketika mereka berdua berjalan menuruni tangga, Ai Zhiyi bercerita mengenai kesulitannya dalam mengajarkan musik. Namun, di tengah jeda pada kata-katanya, sesuatu terlintas di dalam benaknya. Ia ingin menanyakan sesuatu tetapi sesuatu yang lain terus saja mencegahnya dan memintanya untuk tetap diam, hingga keheningan terjadi cukup lama.
Hampir lima menit dalam keheningan, Chu Xinian pun terdengar mendesah pelan. Ia melirik sekejap ke arah Ai Zhiyi di sampingnya dan tersenyum. "Sudah berapa lama aku tidak datang melihatmu? Enam bulan? Delapan ... sambilan ... entahlah. Aku lupa. Jelasnya, ini sudah sangat lama, bukan?"
Ai Zhiyi tersenyum tipis. Ia sedikit merendahkan pandangannya dan mulai memikirkan pertemuan terakhir mereka beberapa waktu yang lalu, dan menemukan bahwa itu memang sudah cukup lama, sekitar hampir satu tahun yang lalu.
Ai Zhiyi ingin menanyakan alasan mengapa Chu Xinian tidak pernah datang berkunjung selama jangka waktu yang lama ini, tapi sebelum ia hendak mengajukan pertanyaan, Chu Xinian lebih dulu mengutarakan alasannya seolah-olah ia bisa membaca pikiran Ai Zhiyi.
"Aku benar-benar sibuk. Ayahku memintaku untuk mengurus beberapa perusahaan selama dia melakukan perjalanan bisnis, sehingga aku harus menghadiri banyak pertemuan yang tidak bisa dia hadiri."
Mendengar hal itu, Ai Zhiyi tiba-tiba saja merasa bernostalgia, dan berpikir bahwa jika ia tidak lari bersama kekasihnya, kemungkinan nasib mereka akan berbeda, dimana ia tidak akan berada di tempat ini begitupun kekasihnya. Pria yang dicintainya akan menjalankan perusahaan seperti saudarinya, sementara ia akan bekerja di sebuah instansi seperti ibunya. Mereka berdua tidak perlu berakhir di kota ini.
Beberapa tahun ini, ia berpikir bahwa ia tidak perlu menyesali apa pun dan hanya perlu mengenang hal yang perlu dikenang, lalu melupakan hal yang pantas dilupakan.
Namun, kenyataan yang ia hadapi benar-benar jauh berbeda. Ia bahkan tidak bisa melupakan satu hal pun dalam masa lalunya, melekat seperti kertas dengan lem. Jika kau memaksa untuk membukanya, maka itu akan robek.
"Zhiyi, apa kau baik-baik saja?" Chu Xinian bertanya dengan kekhawatiran yang jelas pada suaranya. Ia berhenti melangkah, dan menatap Ai Zhiyi dalam-dalam.
Ai Zhiyi sangat rapuh ketika ia bernostalgia dengan masa lalunya. Tetapi, karena ia sangat pandai memanipulasi perasaannya sendiri, ia tersenyum dan berkata seolah-olah ia baik-baik saja, "Tidak apa-apa. Aku hanya sedikit kelelahan."
Chu Xinian mengerutkan keningnya, merasa ragu dengan kata-kata itu. Tetapi, karena Ai Zhiyi adalah orang yang keras kepala, ia pun menyerah. Wajahnya yang penuh curiga berangsur-angsur terlihat tenang, dan berbicara, "Kalau begitu, kita akan beristirahat di restoran yang tak jauh dari tempat ini."
Menyelesaikan kata-katanya, Chu Xinian dengan segera merangkul lengan Ai Zhiyi dan memaksanya untuk mengikutinya.
Ai Zhiyi berusaha menolak dengan kata-kata, "Tidak, Kak, aku tidak bisa. Weizu akan khawatir denganku jika aku pulang terlambat."
Chu Xinian tiba-tiba berhenti begitu ia mendengar kata-kata itu. Wajahnya yang cantik menjadi suram, tetapi begitu ia menoleh ke arah Ai Zhiyi, wajahnya tiba-tiba menjadi cerah. Ia berkata dengan nada merajuk, "Kau bisa menghubunginya, bukan? Kau bisa mengatakan padanya bahwa kau akan terlambat beberapa menit untuk pulang. Lagipula, aku sudah jauh-jauh datang untuk menemuimu, dan kau malah akan mengabaikanku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Gaze At The Wide Blue Sea
Roman d'amourJudul: Gaze At The Wide Blue Sea Penulis: Mao Yuxuan Status: Ongoing Length: - Covered: Pinterest Buka link ini untuk membaca lebih banyak bab. Di sini akan lama updatenya. (Ada di profil juga) http://wbnv.in/a/aeFyhZA Mereka sudah lama saling me...