Bab 4 Tamparan Keras!

53 15 0
                                    

Namun, selain itu, ada risiko yang harus siap ia hadapi jika saja ia melakukannya. Itu sebab mengapa ia belum pernah mendiskusikan hal ini kepada Chu Weixu hingga saat ini. Ia hanya takut untuk menghadapi kemungkinan terburuk yang akan ia hadapi.

Ai Zhiyi tidak pernah berpikir bahwa Chu Weixu akan setuju. Tetapi, ia tidak akan pernah tahu jika ia tidak pernah mencobanya, dan hanya mencari waktu yang tepat untuk mengatakannya.

Chu Xinian mendengus dingin. Ia tahu bahwa Ai Zhiyi merasa ragu dengan apa yang telah ia katakan. Namun, ia hanya tak ingin berkomentar hingga tidak ada dari mereka yang saling berbicara.

Di jeda yang lama, Chu Xinian pun membuka suara, “Aku harap, kau akan memikirkan hal itu baik-baik.”

Namun, sepertinya Ai Zhiyi adalah orang yang tidak peduli, atau bahkan terlalu penurut dalam menjalin suatu hubungan bersama Chu Weixu.

Kedua sudut bibirnya sedikit terangkat, dan kemudian ia membalas dengan tenang, “Aku sudah memutuskan untuk mendiskusikan hal ini dengannya.”

Chu Xinian tampak kesal ketika mendengar kata-kata itu. Ia berdecih, lalu memarahinya tanpa ragu, “Keras kepala. Kau memang tidak jauh berbeda dengan Weixu. Tidak heran jika kau setuju untuk melarikan diri bersamanya!”

Ai Zhiyi berpura-pura untuk terlihat tenang walau ia sendiri sudah seperti ingin memukul dirinya sendiri.

Setelah menghabiskan makanan mereka dan melakukan pembicaraan kecil, mereka berdua pun segera berdiri dan meninggalkan tempat itu. Begitu mereka berada di luar, mereka berdua menuju mobil yang terparkir tak jauh dari restoran dan segera masuk ke dalamnya.

Di kursi pengemudi, Chu Xinian memasang sabuk pengaman, dan Ai Zhiyi melakukan hal yang sama di sampingnya. Setelah itu, Chu Xinian tidak segera menyalakan mesin mobil, dan hanya mencengkeram kemudi dalam waktu yang lama, dan terlihat sedang memikirkan sesuatu dengan gelisah.

Ai Zhiyi yang memperhatikan Chu Xinian yang hanya terus terdiam pun mengernyit bingung. Ia bertanya dengan suara rendah, “Kak, ada apa?”

Mendengar pertanyaan itu, Chu Xinian menoleh ke arah Ai Zhiyi di sampingnya dengan sangat hati-hati. Namun, begitu mata mereka bertemu, Ai Zhiyi melihat kekhawatiran yang jelas muncul perlahan di dalam mata Chu Xinian yang redup. Dengan sangat terkejut, ia bertanya sekali lagi, “Kak, ada apa?! Apa yang terjadi?!”

Chu Xinian tidak segera menjawab. Ia menghela napas panjang sebelum berkata dengan dalam, “Ibumu sakit.”

Mendengar hal itu, Ai Zhiyi seketika membeku dalam diam. Ia menatap Chu Xinian dengan ketidakpercayaan di matanya tanpa sepatah kata. Ia berpikir bahwa ia salah dengar, dan bertanya untuk memastikannya, “Apa yang kau katakan?”

Chu Xinian menghela napas sekali lagi, lalu mencoba untuk mengatakan kata-katanya dengan jelas, “Ibumu sakit.”

Ai Zhiyi masih belum bisa mempercayai hal itu. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, tertawa konyol, dan berkata dengan keras kepala, “Tidak. Bagaimana bisa kau tau? Wen Qi bilang kalau keluargaku baik-baik saja.”

“Dia bohong. Aku yang memintanya untuk berbohong padamu karena aku sendiri yang ingin memberitahukan hal ini secara langsung padamu.”

Ai Zhiyi terdiam, terperangah mendengar kata-kata itu dan menjadi mati rasa.

Chu Xinian pun menjelaskan, “Dua hari yang lalu, aku datang mengunjungi orang tuamu saat aku berada di Guangzhou. Namun, saat aku berkunjung ke rumahmu, ayahmu bilang jika ibumu sedang sakit keras, jadi aku memutuskan untuk pergi menjenguknya di rumahmu, dan apa kau tahu bagaimana keadaannya saat itu?”

“Bagaimana keadaannya?” Ai Zhiyi bertanya dengan cemas, bahkan ia berusaha menahan jantungnya agar tidak melompat keluar dari tenggorokannya.

Mendengar pertanyaan itu, Chu Xinian menyunggingkan senyum. “Aku tidak ingin menakut-nakutimu ataupun membuatmu khawatir, tapi keadaan ibumu memang sangat buruk. Dia hanya bisa terkapar di atas tempat tidur. Wen Qi juga ada di sana saat itu, dan aku memintanya untuk tidak mengatakan hal ini kepadamu. Kau bisa menanyakan kebenaran dari kata-kataku saat kalian bertemu.”

“Aku mencoba untuk membantu keluargamu dan berniat membawa ibumu ke rumah sakit, tapi mereka menolak. Sepertinya, keluargamu masih menaruh dendam dengan keluargaku, bahkan mereka tidak ingin menerima bantuan apa pun dariku dan mengusirku,” terdiam sebentar, ia melanjutkan dengan nada kecewa, “Tapi, mereka memintaku untuk menyuruhmu pulang ke Guangzhou dan menemui mereka. Sebaiknya, kau harus kembali untuk menemui orang tuamu. Wen Qi juga akan kembali ke Guangzhou minggu depan. Kau harus ikut bersamanya.”

Ai Zhiyi tertunduk lemas begitu ia mendengar kata-kata itu. Ia merasa frustrasi dengan keadaannya sendiri. Di samping karena ia malu untuk menemui orang tuanya yang tidak pernah ia kunjungi sejak bertahun-tahun melarikan dengan orang lain, Chu Weixu juga tidak akan pernah mengizinkannya untuk pergi, dan itu akan menyebabkan pertengkaran di antara mereka.

Walaupun Chu Weixu selalu mengalah padanya, sebelum itu, mereka harus melakukan perdebatan yang membuatnya harus bersikap dewasa untuk menghadapi sikap Chu Weixu yang terkesan kekanak-kanakan.

Memikirkan hal itu, ia pun menarik napas dalam diam, lalu menghembuskannya perlahan-lahan.

Namun, Chu Xinian tahu apa yang sedang ia pikirkan, jadi ia berusaha untuk meyakinkan Ai Zhiyi dengan berkata, “Jangan pedulikan Weizu. Ibumu begitu ingin melihatmu, jadi kau harus segera pergi menemuinya.”

Tanpa mengangkat kepalanya, Ai Zhiyi tersenyum yang menunjukkan kepahitan hatinya. “Tapi, aku sudah berjanji kepada Weizu bahwa aku tidak akan pernah kembali kepada orang tuaku. Aku khawatir dia akan marah karena hal itu. Aku—”

“Zhiyi!” Chu Xinian berteriak dengan tiba-tiba.

Ai Zhiyi tersentak kaget. Ia perlahan mengangkat wajahnya, dan menoleh ke arah Chu Xinian di sampingnya.

Namun, begitu wajahnya tepat menatap lurus ke arahnya, Chu Xinian dengan kemarahan yang sudah meledak seketika memberikan tamparan keras di wajah Ai Zhiyi.

Ai Zhiyi merasakan telapak tangan di wajahnya menempel dengan kekuatan besar. Bahkan, ketika Chu Xinian menyingkirkan tangannya, Ai Zhiyi merasa bahwa telapak tangan wanita itu tertinggal di wajahnya. Rasanya benar-benar menyakitkan. Ada rasa perih yang lama, yang segera masuk ke hatinya dan membuatnya menangis.

Tetapi, Chu Xinian tidak memiliki rasa kasihan sama sekali, dan bahkan tidak terlihat menyesal. Jika ia masih bisa memukulnya satu kali lagi, maka ia akan melakukannya.

Ai Zhiyi tampak tak berani untuk mengatakan sepatah kata pun untuk membela dirinya, sehingga Chu Xinian merasa tidak mempunyai alasan untuk memberikan tamparan keras di wajahnya untuk kedua kalinya. Jadi, Chu Xinian hanya berkata dengan nada kesal, “Sudah aku katakan padamu, jangan pedulikan Weizu! Apa kau tuli?!”

Chu Xinian memaksa Ai Zhiyi untuk menatap kedua matanya dengan merebut dagunya dan menekannya kuat-kuat. Ia bahkan tidak peduli dengan air mata itu, atau bahkan jika Ai Zhiyi akan mengadu kepada Chu Weixu, ia sama sekali tidak peduli, dan terus berbicara dengan membentaknya tanpa rasa ampun.

“Ibumu sedang sakit di sana, dan kau masih peduli dengan janji bodohmu itu, brengsek?! Apakah Weizu lebih penting dari segalanya bagimu?! Racun apa yang dia berikan padamu sampai kau bisa tergila-gila padanya dan tidak peduli dengan keluargamu, hah?! Beritahu aku! Apakah aku perlu datang untuk menemui Weixu dan menahannya agar tidak mencegahmu?! Jika kau menyetujuinya, maka aku akan mengirim orang-orangku untuk melakukannya untukmu!”

Ai Zhiyi hanya bisa terdiam dan berusaha menahan air mata yang terus mengalir di wajahnya, seperti sungai yang mengalir deras membawa rasa sakit dari hatinya, namun sia-sia. Air matanya terlalu banyak dan sudah mengendap terlalu lama di matanya. Ini adalah kali pertama ia menangis setelah ia memutuskan untuk kawin lari bersama Chu Weixu.

[BL] Gaze At The Wide Blue SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang