Ia merasa begitu kesakitan. Tidak hanya pada wajahnya yang memerah dan terasa berdenyut-denyut, tetapi juga hatinya. Selain tamparan keras itu menimbulkan rasa sakit luar biasa di wajahnya, itu juga menimbulkan rasa sakit di hatinya dan seketika menyadarkannya dari ingatan yang pernah hilang di kepalanya.
Ia merasa hatinya seperti sebuah kaca yang baru saja dipukul dengan sebuah palu, menjadi hancur dan berserakan di atas tanah. Ia bahkan tidak bisa menyatukan semua kepingan hatinya lagi. Tetapi, hal itu membuatnya menyadari bahwa ia masih memiliki hati untuk merasakan sakit hati dan juga rasa kasihan.
Ai Zhiyi sudah lama menganggap dirinya sebagai orang yang tidak memiliki hati. Sejak ia dan Chu Weixu menganggap hubungan mereka sejati, ia tidak peduli dengan pandangan di keluarga mereka. Bahkan, ketika ibu Chu Weixu mengatakan bahwa hubungan mereka adalah nasib buruk, Ai Zhiyi tidak merasa keberatan jika harus mengalami nasib buruk itu bersama Chu Weixu. Selagi itu bersamanya, ia berpikir konyol bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Waktu itu, ia bahkan merasa senang ketika memilih pergi bersama Chu Weixu. Walaupun ia menangis dan merasa sedih karena harus meninggalkan kedua orang tuanya, namun semuanya tidak berlangsung lama, dan dengan perlahan ia bisa berdamai dengan rasa sakit.
Walaupun saat itu usianya masih tujuh belas tahun dan Chu Weixu delapan belas tahun, ia dengan lugu mengatakan bahwa ia merasa gembira berada di dekat Chu Weixu, bahkan sekalipun mereka harus tidur di jalanan.
Tetapi, ia tidak menyesal, bahkan hingga detik ini. Satu-satunya hal yang ia sesali hanyalah mengabaikan kedua orang tuanya.
Ketika kedua orang tuanya ingin membawanya kembali, ia membentaknya seperti seorang anak yang tidak tahu diri. Ia menyesal telah melakukan hal itu, dan sekarang ia sulit untuk menjalin hubungan baik di antara mereka.
Namun, begitu Ai Zhiyi mendengar kata-kata Chu Xinian, yang bahkan lebih keras memukul hatinya, ia sadar bahwa ia harus memulainya kembali.
Ia mencintai Chu Weixu sebagaimana ia mencintai keluarganya, jadi memutuskan hubungannya dengan keluarganya, itu sama seperti memutuskan hubungannya dengan Chu Weixu yang begitu ia cintai.
Ai Zhiyi tersenyum lemah. Ia merasa menyesal karena harus menyadarinya sekarang setelah bertahun-tahun ia lewati tanpa penyesalan.
Jika saja Chu Xinian menampar wajahnya sejak pertama kali mereka bertemu, ia mungkin akan bisa membujuk Chu Weixu untuk kembali dan berbaikan dengan keluarga mereka.
Namun, Ai Zhiyi tidak ingin mengatakan bahwa ia sudah terlambat untuk melakukannya. Selama ia belum mencobanya, maka kesempatan itu tidak akan pernah ia ketahui hasilnya.
Lama dalam keheningan, Chu Xinian akhirnya melepaskan tangannya dari wajah Ai Zhiyi, dan kemudian bertanya dengan tidak sabar, "Jadi, bagaimana keputusanmu sekarang? Kapan kau akan pergi menemui keluargamu? Aku harap sesegera mungkin."
Ai Zhiyi mengusap air matanya. Ia sadar bahwa rasa sakit ini bukan berasal dari tamparan di wajahnya, melainkan dari rasa sakit yang muncul di hatinya. Ia pun tersenyum dan menjawab dengan suara serak, "Mau tidak mau, aku harus tetap mengatakan hal ini kepada Weizu ...."
"Tch!" Chu Xinian terdengar kesal. Ada rasa muak di wajahnya.
Ai Zhiyi tidak begitu memperhatikannya dan melanjutkan, "Tapi, aku sudah memutuskan untuk tetap pergi walaupun Weizu tidak menyetujuinya."
Mendengar kata-kata itu, Chu Xinian seketika merasa puas. Wajahnya terlihat lebih tenang dari sebelumnya. Kemudian, ia menepuk-nepuk pundak Ai Zhiyi sambil berbicara, "Anak pintar. Ini memang yang seharusnya kau lakukan."
Sebenarnya, Chu Xinian merasa bersalah, hanya saja enggan menunjukkannya, jadi ia mencoba untuk memberikan pemahaman dengan berkata, "Zhiyi, dengar, Weixu sangat mencintaimu. Walaupun dia mengatakan 'benci', dia tidak benar-benar membencimu. Dia tidak akan pernah meninggalkanmu meskipun kau melakukan kesalahan padanya."
Chu Xinian menghela napas lega. Ia lalu menyalakan mesin mobil, dan dengan segera menekan pedal gas dengan kakinya.
Ketika mereka sudah keluar dari parkiran, dan menuju jalan Raya, Chu Xinian melanjutkan kata-katanya, "Menurutmu, jika ada yang perlu dipilih, apakah kau pikir Weixu akan kembali memilih keluarganya? Apakah kau pikir dia menyesal? Weixu tidak punya hati untuk hal seperti itu. Dan, apakah kau tahu alasannya?"
Ai Zhiyi menoleh ke arah Chu Xinian dengan mata mengharapkan sebuah jawaban.
Chu Xinian terdiam beberapa detik, kemudian tersenyum simpul. Ia menjawab dengan serius, "Itu karena dia begitu mencintaimu. Dia sudah meninggalkan kami; meninggalkan hak patennya; meninggalkan semua yang bisa menjamin hidupnya di masa depan dan memilih untuk melarat bersamamu. Juga, jangan lupa bahwa dia pernah menjadi seorang kriminal hanya untuk tidak membuatmu menderita materi saat bersamanya. Apa kau masih meragukan semua hal itu?"
Ai Zhiyi tertegun sesaat. Ia tidak pernah meragukan semua hal itu. Tidak, bahkan hingga detik ini.
Ia tahu bahwa Chu Weixu sangat mencintainya, dan itu adalah hal yang membuatnya bisa bertahan hingga saat ini walaupun ia harus menanggung beban di sepanjang perjalanan mereka.
Ia pun menjawab, masih dengan senyuman lemah di wajahnya, "Aku tidak pernah merasa ragu. Aku juga selalu percaya padanya. Bahkan dengan kehadiran Xiaoyu, aku masih mempercayainya, dan perasaanku tidak pernah berubah padanya."
Mendengar kata-kata itu, Chu Xinian tersenyum tipis. Namun, beberapa saat kemudian, ia kembali berbicara dengan kata-kata yang terdengar lebih serius dari sebelumnya, dan terkesan dingin dan juga dalam, menembus hingga ke dasar hatinya.
"Zhiyi, jangan pernah tinggalkan Weixu. Jika kau berani melakukannya, aku tidak akan pernah memaafkanmu. Walaupun dia meninggalkan Keluarga Chu, Weixu tetaplah adik kandungku. Aku sangat menyayanginya. Itulah mengapa aku tidak keberatan dengan hubungan kalian karena aku tidak ingin menghalangi kebahagiaannya. Dia berani melangkah sejauh ini karena dirimu. Kau adalah alasan satu-satunya dia mau melakukan hal sebodoh itu. Jadi, aku mohon padamu, jaga dia dan buat dia selalu bahagia."
Mengenang hal itu, Chu Xinian merasa matanya mulai perih dan panas, lalu setitik air mata mengalir lembut di wajahnya, melewati pipinya dan jatuh perlahan tepat di atas bibir merah mudanya yang halus. Ada rasa asin yang ia rasakan, lalu secara bertahap menjadi pahit begitu tertelan di tenggorokannya.
Ia pun melanjutkan dengan suara sedikit bergetar, "Aku tahu hidupnya sangat sulit. Tapi, apa yang harus aku lakukan, sedangkan dia sama sekali tidak ingin menemuiku?"
Ai Zhiyi tersenyum. "Tidak. Kak Nian, kau bahkan sudah membantu kami selama ini. Kau sudah membebaskan kami dari Keluarga Chu; kau sudah melakukan pembelaan sehingga Weixu tidak harus mendekam di dalam penjara selama lima tahun; dan kau juga cukup membantu kami dengan memberikan obat untuknya secara rutin. Jika bukan karena dirimu, aku tidak tahu apakah nasib kami akan sebaik sekarang ini atau bahkan lebih buruk lagi."
Chu Xinian terkekeh pelan mendengar kata-katanya. "Itu bukan bantuan. Aku melakukan semua itu karena aku merasa harus melakukannya. Weixu adalah adikku, dan kau adalah kekasih adikku. Bagaimana mungkin aku tega membiarkan semua itu terjadi kepada kalian?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Gaze At The Wide Blue Sea
RomanceJudul: Gaze At The Wide Blue Sea Penulis: Mao Yuxuan Status: Ongoing Length: - Covered: Pinterest Buka link ini untuk membaca lebih banyak bab. Di sini akan lama updatenya. (Ada di profil juga) http://wbnv.in/a/aeFyhZA Mereka sudah lama saling me...