Ai Zhiyi merasa terdesak dengan perkataan yang baru saja ia dengar. Napasnya mulai terasa berat, seolah-olah ada dua dinding batu liat yang menghimpit tubuhnya hingga dadanya. Ia ingin menolak, tetapi tidak menemukan cara yang tepat untuk mengatakan penolakannya, hingga Chu Xinian kembali berbicara dengan nada memelas, yang membuatnya benar-benar harus menurutinya.
“Aku juga ingin membicarakan banyak hal denganmu. Aku ingin mendengar perkembangan hubungan kalian saat ini. Aku juga ingin mendengar kabar Weixu. Intinya, saat ini aku ingin mendengar banyak hal darimu. Apa kau mengerti?”
Ai Zhiyi tertegun sejenak. Sudut bibirnya sedikit terangkat, mencoba tersenyum namun berakhir jelek. Rasa senang yang memenuhi hatinya perlahan-lahan memudar.
Sejak awal ia memang sudah menduga bahwa Chu Xinian datang hanya untuk mengetahui semuanya, seperti pada kunjungan-kunjungan sebelumnya.
Ai Zhiyi pun merasa volume paru-parunya mengecil dan mulai gelisah. Bukan karena udara dingin yang menembus mantel katunnya ketika ia berada di luar, melainkan kesulitan untuk menemukan alasan yang tepat untuk melarikan diri. Ia pun hanya bisa mengangguk dengan sangat pasrah.
Sementara itu, Chu Xinian tidak peduli dengan bagaimana perasaannya. Ia terus berjalan seperti menyeret seorang anak yang tidak ingin pulang.
Begitu mereka berdua berada di depan sebuah Volkswagen Jetta bewarna merah, Chu Xinian segera masuk ke dalamnya diikuti oleh Ai Zhiyi yang sebenarnya ragu-ragu.
Di perjalanan, Ai Zhiyi terus mengarahkan pandangannya ke luar jendela sambil memikirkan cara untuk menyatukan pemikiran mereka, namun sia-sia. Hanya ada keheningan yang berlangsung hingga mereka tiba di restoran tersebut.
Restoran di tengah kota ini dipenuhi dengan banyak tamu.
Setelah memarkirkan mobilnya, Chu Xinian segera berjalan masuk dengan sangat anggun, diikuti oleh Ai Zhiyi di belakangnya. Namun, secara bertahap Ai Zhiyi merasa aneh. Entah mengapa, ia merasa bahwa suasana mereka terasa begitu berbeda dari sebelumnya. Dingin dan terasa sangat asing.
Mereka duduk di dekat jendela, jadi secara langsung orang-orang bisa melihat mereka dari luar sana.
Chu Xinian tersenyum ketika seorang pelayan datang untuk menawarkan makanan. Ia mengulurkan tangan dan meraih menu, namun tidak membacanya, melainkan langsung menyodorkannya kepada Ai Zhiyi di hadapannya sambil berkata dengan nada akrab, “Pesan apa saja yang kau inginkan.”
Tanpa mengatakan apa pun, Ai Zhiyi meraih menu dan memesan makanan secara acak. Sebenarnya, ia tidak butuh makanan saat ini dan hanya butuh istirahat. Ia menemani Chu Xinian ke tempat ini hanya karena ia menghargainya walaupun sedikit dipaksa.
Setelah mengembalikan menu kepada pelayan wanita tersebut, Ai Zhiyi melihat Chu Xinian sedang membuka tas hitam berbahan kulit miliknya. Wajahnya terlihat cemberut, sehingga Ai Zhiyi tidak bisa menahan untuk tidak bertanya, “Kak, ada apa? Apa ada masalah?”
Chu Xinian mendesah kesal sebelum menjawab, “Aku mendapatkan masalah sebelum menemuimu. Asisten dari kolega ayahku datang di kantor dan meminta surat persetujuan kerja sama yang pernah mereka kirim. Aku pikir, asistenku sudah memberikannya kepada mereka, tapi nyatanya belum.”
Mendengar keluhan itu, Ai Zhiyi hanya bisa terdiam tanpa kata-kata. Ia berpikir bahwa itu bukanlah hal yang harus ia tanggapi, dan lagipula itu bukanlah urusannya. Selain itu, Ai Zhiyi tidak memiliki pendapat yang bisa memberikan solusi yang menyangkut urusan bisnis dari orang lain.
“Asistenku benar-benar buruk. Sepertinya, aku harus segera memecatnya. Aku pikir dia sudah memberikan surat itu dua hari yang lalu.”
Chu Xinian menggerutu kesal sambil menarik sarung tangan hitamnya dan menghempaskannya di samping meja. Kemudian, ia kembali berbicara dengan topik yang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Gaze At The Wide Blue Sea
RomansaJudul: Gaze At The Wide Blue Sea Penulis: Mao Yuxuan Status: Ongoing Length: - Covered: Pinterest Buka link ini untuk membaca lebih banyak bab. Di sini akan lama updatenya. (Ada di profil juga) http://wbnv.in/a/aeFyhZA Mereka sudah lama saling me...