Bab 3 Sebuah Peringatan

59 15 0
                                    

Bagaimanapun juga, Ai Zhiyi tidak akan pernah mengatakan bahwa ia selalu memarahi Chu Weixu belakangan ini, dan bahkan sering berdebat dengannya hanya untuk menghadapi keras kepalanya yang selalu mengabaikan hal itu.

Selama ini, Ai Zhiyi mengenal Chu Weixu sebagai orang yang dengan kesabaran tinggi dan juga keras kepala yang tinggi. Ia seperti gunung batu yang berdiri seimbang, namun kapan saja bisa runtuh. Ia bisa menjadi cukup berbahaya sewaktu-waktu.

Tetapi, untungnya, selama perdebatan hebatnya dengan Chu Weixu, ia menjadi satu-satunya orang yang selalu banyak bicara dan menegur segala sesuatunya, sementara Chu Weixu adalah orang yang selalu mengalah dan selalu terdiam, lalu melakukan apa yang ia katakan. Setidaknya, meskipun Chu Weixu adalah orang yang keras kepala, ia masih memiliki kesabaran yang dapat menyeimbanginya.

Di lain sisi, Chu Xinian terdiam sejenak begitu ia mendengar Ai Zhiyi mengatakan hal itu. Ia tidak meresponsnya dengan segera, dan hanya memakan makanan di hadapannya dengan sangat tenang dan elegan.

Namun, dibalik ketenangan itu, ia seperti sebuah lautan tanpa ombak namun menyimpan berjuta-juta hal misteri di dalamnya. Tidak ada yang tahu apa yang sedang ia pikiran saat ini.

Setelah beberapa detik, Chu Xinian kembali bertanya dengan nada acuh tak acuh, “Lalu, bagaimana dengan hubungan kalian berdua? Apakah baik-baik saja?”

Ai Zhiyi tidak menjawabnya dengan kata-kata, dan hanya mengangguk pelan.

“Apa kau yakin?” Chu Xinian tertawa renyah. “Kau selalu memberikan tanggapan yang sama.”

Sejak dulu, ketika Chu Xinian menanyakan hal itu, Ai Zhiyi akan memberikan jawaban yang sama. Jika bukan dengan kata-kata 'baik-baik saja', ia akan menanggapinya dengan anggukan kepala.

Selama ini, Chu Xinian tidak pernah berkomentar, tetapi kali ini ia merasa perlu melakukannya.

“Chu Weixu itu keras kepala dan sangat nakal. Sejak dia masih di Sekolah Dasar, dia merusak mobil ayah kami karena keinginannya tidak dituruti. Kamudian, Setelah dia di Sekolah Menengah Atas, dia dikurung dan berhasil memecahkan kaca jendela kamarnya, lalu kabur. Dan lagi, begitu ia memasuki tahun pertamanya di perguruan tinggi, dia tidak pernah tiba di universitas dan kawin lari dengan seseorang. Aku pikir, kau juga mengetahui kejadian-kejadian itu dengan sangat baik seperti aku. Tapi, bagaimana kau bisa yakin semua itu akan baik-baik saja?”

Mendengar hal itu, Ai Zhiyi merendahkan sedikit pandangannya dan mulai memikirkan sesuatu. Setelah ia menemukan sebuah pemikiran di kepalanya, ia pun berbicara dengan kata-kata yang menurutnya benar.

“Tentu saja aku yakin. Aku sudah bersamanya selama bertahun-tahun, jadi akulah satu-satunya orang yang mengetahui perubahan itu.” Ai Zhiyi tersenyum penuh arti, lalu melanjutkan, “Waktu itu dia masih anak-anak, jadi dia akan selalu berbuat onar. Tapi, sekarang dia sudah berusia dua puluh delapan tahun, dan dia bukanlah bocah ingusan lagi seperti yang ada di bayanganmu. Selama ini, dia selalu menuruti semua kata-kataku, jadi semuanya akan baik-baik saja.”

Ai Zhiyi menggertakkan gigi ketika ia menyelesaikan kata-katanya, seolah-olah daging yang ada di mulutnya adalah sebuah permasalahan yang ingin ia hancurkan. Bagaimanapun juga, jika Chu Weixu menjadi bajingan di masa lalu atau di masa depannya sekalipun, ia tidak akan mudah melepaskan Weixu.

Bisa dikatakan bahwa ia dan juga Chu Weixu adalah magnet yang saling tarik-menarik. Namun, karena sifatnya sama, tidak ada dari mereka yang saling mendominasi.

Ai Zhiyi mengenal Chu Weixu sejak mereka di usia kanak-kanak, dan mulai menjalin hubungan saat mereka remaja, lalu memberontak saat mereka masih di fase yang sama.

Mereka berdua sudah hidup mandiri sejak saat itu. Berlarian dari pengejaran keluarga mereka dan bersembunyi, lalu menghilang, kemudian dilupakan, seolah-olah mereka hanyalah peninggalan masa lalu yang tidak berharga di mata dunia.

Hingga salah seorang keluarga dari Chu Weixu menemukan mereka, Chu Xinian.

Untungnya, Chu Xinian berbeda dari Keluarga Chu yang lain, yang tidak merestui hubungan mereka. Chu Xinian adalah satu-satunya orang yang mengulurkan tangan, dan berhasil membujuk pemimpin Keluarga Chu untuk berhenti menyusahkan mereka, sehingga mereka berdua bisa hidup lebih tenang walau masih harus bersembunyi dari bayang-bayang masa lalu yang bisa kembali kapan saja, seperti sebuah badai yang datang tiba-tiba.

Namun, belakangan ini, hubungan mereka tidak begitu baik. Ai Zhiyi berusaha mati-matian untuk tetap mencegah hal buruk yang bisa saja terjadi di kemudian hari.

Di tengah pemikirannya, Ai Zhiyi tersenyum pahit. Ia tidak senang dengan seseorang yang berani menyimpulkan hubungan mereka. Namun, karena orang itu adalah Chu Xinian, orang yang begitu ia hormati, ia tidak ingin merusak hal baik di antara mereka, jadi ia hanya bisa membela hubungan mereka dengan mengatakan hal itu dengan sopan dan rasa hormat.

Sementara itu, Chu Xinian juga tampaknya tidak ingin memperdebatkan apa pun, jadi ia hanya tersenyum dan menikmati semangkuk sup hangat yang sudah mulai dingin di hadapannya, lalu berkata dengan suara kecil, “Aku harap juga begitu.”

Kesenjangan di antara mereka diisi dengan banyak suara dari orang-orang yang berada di restoran ini, dengan kata-kata yang tidak begitu jelas di telinga mereka, namun cukup bising.

Di tengah keheningan mereka berdua, Ai Zhiyi teringat akan suatu hal, jadi ia bertanya dengan hati-hati, “Kak, apa kau sudah mengunjungi Xiao Chu?”

Mendengar itu, Chu Xinian tersenyum. Wajahnya terlihat lebih menyenangkan daripada sebelumnya. “Tentu. Sebelum mengunjungimu, aku lebih dulu datang padanya. Tidak terasa, sekarang dia sudah berusia hampir lima tahun.”

Ai Zhiyi merasa sangat akrab dengan suasana menyenangkan ini, jadi ia tidak bisa menahan untuk tidak tersenyum, sambil berkata, “Xiao Chu akan masuk di Taman Kanak-Kanak setelah usianya lima tahun. Aku ingin membicarakan hal ini kepada Weixu.”

“Apa kau yakin dia akan menyetujuinya?” mata Chu Xinian yang memiliki binaran indah tiba-tiba saja menjadi sangat tajam, seperti sebuah belati yang siap memotong seekor lalat. Ia lalu berbicara dengan kata-kata yang terkesan dingin, “Weixu tidak akan menyetujuinya — tidak akan pernah. Tidak ada yang bisa mengubah pandangan itu dari dirinya, sekalipun itu adalah kau.”

Chu Xinian melanjutkan dengan nada tegas. Ia menatap pria berparas rupawan itu dengan pandangan dingin. “Mungkin jika kau mengatakan bahwa dia mengalah padamu terhadap sesuatu yang lain, aku masih bisa menganggapmu benar. Tapi, tidak untuk hal ini. Kau harus mempercayaiku. Jika kau masih ingin hubungan kalian dalam keadaan baik-baik saja, maka jangan pernah ungkit itu di hadapannya. Kau tidak perlu meminta pendapatnya jika itu menyangkut Xiao Chu —lakukan saja, tapi jangan biarkan Weixu mengetahuinya atau keadaan kalian akan menjadi buruk.”

Ai Zhiyi tertegun sesaat setelah ia mendengar perkataan itu. Ia mengetahui bahwa Chu Xinian sedang mencoba untuk memperingatinya saat ini.

Sebenarnya, Ai Zhiyi juga merasa tidak yakin dengan pemikirannya sendiri. Tetapi, ia telah memikirkannya berulang kali dan tidak pernah mendapatkan jawaban pasti. Jadi, ia berniat untuk menemukan jawaban itu dengan sebuah tindakan secara langsung. Ia berpikir bahwa jika ia hanya terus diam, maka ia tidak akan pernah mendapatkan jawaban apa-apa.

[BL] Gaze At The Wide Blue SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang