#3

61 6 0
                                    

Destiny
•yoonmin•



"Ya! lepas.. sakit" ringis Jimin saat tangannya ditarik paksa oleh Yoongi.

Seperti yang Yoongi katakan sebelumnya ia tak akan berbaik hati lagi pada Jimin, manusia menyebalkan yang membuat hidup Yoongi jadi susah.

Setelah meminta alamat para teman Jimin, Yoongi bergegas mengunjungi satu persatu rumah tersebut, dan Yoongi bersyukur teman Jimin hanya dua, Jungkook dan Taehyung.

Saat sampai di kediaman Taehyung, Yoongi teburu menyeret Jimin yang terkejut akan kedatangannya. Sebenarnya Yoongi tak ingin kerepotan begini, tapi ia harus karena ibu dan ayah Jimin menitipkannya padanya. Dengan ia yang sudah menyetujui perjodohan ini saja sudah mengharuskan ia menjaga segala amanah dari calon mertuanya.

Jimin memberontak saat akan di dorong masuk ke dalam mobil Yoongi, ia sudah cukup kesal diperlakukan seperti ini, ia mendorong Yoongi dengan sekuat tenaga.

"Kau ini apa-apaan Jimin!" protes Yoongi yang di dorong olehnya, jika saja refleksnya tak bagus mungkin ia sudah jatuh.

"Kau yang apa-apaan Min Yoongi.. berani sekali kau menyeretku seperti itu!"

"Bukankah sudah ku katakan padamu aku tak akan berbaik hati lagi, kau benar-benar menyusahkan Park Jimin"

Jimin mendengus tak menyangka Yoongi akan mengatakan hal itu, ia menatap tajam Yoongi yang juga sudah mulai tersulut emosi. Seumur-umur Yoongi baru kali ini ia dihadapkan dengan hal yang begitu membuatnya tersulut emosi.

"Jika aku menyusahkan kenapa kau harus repot-repot mengurusiku!!"

"Tentu aku harus, kau calon pendampingku, dan kau akan menyandang margaku di depan namamu"

"Aku tidak sudi memakai margamu itu!"

Yoongi menghela nafasnya kasar mencoba meredakan emosinya, ia memilih mengalah karena jika ia ikut tersulut emosi perdebatan ini tak akan pernah selesai, Jimin dan keras kepalanya membuatnya benar-benar harus ekstra sabar.

"Park Jimin dengar, sudi ataupun tidak kau akan tetap memakai margaku di namamu, kita akan tetap menikah" putus Yoongi mutlak ia mendorong Jimin masuk ke dalam mobil kemudian menutup pintu mobil disusul ia yang menduduki kursi kemudi, tak ia hiraukan protesan Jimin sama sekali.

Sebenarnya ia pun tak mengerti mengapa ia tetap ingin melanjutkan perjodohan ini, padahal ia sangat tidak menyukai sesuatu yang membuatnya kesusahan, dan Jimin adalah contohnya.

.

.

"Jimin sebentar lagi kau akan ujian kelulusan kan?"

Jimin melirik ibunya yang kini sudah duduk di sampingnya, ia mengangguk kemudian kembali fokus pada televisi di depannya.

Saat ini Jimin sedang menikmati minggu-minggu tenang pasca ujian simulasi kemarin-kemarin, ia hanya tinggal menunggu ujian kelulusan saja minggu depan.

"Akhirnya kau akan menikah juga yah, ibu senang sekali, apalagi calon menantuku itu Min Yoongi" ucap senang ibunya, sementara Jimin hanya memutar bola matanya malas, ia mendengus jengah mendengarnya.

"Bu, ibu yang baik itu akan senang jika anaknya sekolah tinggi-tinggi, kemudian jadi anak yang sukses, bukannya malah menikah setelah lulus SMA" sindir Jimin.

Ibunya melirik Jimin sinis, kemudian memukul lengan Jimin hingga yang di pukul meringis.

"Hey anak nakal dengar, kau pikir ibu bodoh huh.. kau mau disekolahkan setinggi apapun perangaimu tetaplah nakal, tidak ada yang berubah, jadi daripada aku membuang uang lebih banyak lagi lebih baik kau kunikahkan, lagi pula Min Yoongi itu pemuda yang bekerja keras kau tak akan merasa kesulitan jika menikah dengannya"

 Destiny •yoonmin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang