#5

53 7 0
                                    

Destiny

•yoonmin•

Tiga hari setelah ijazahnya keluar Jimin hanya diam di rumah tak dapat keluar sekalipun, karena ia butuh izin dari Min Yoongi suaminya.

Sudah terhitung 3 bulan pula pernikahan mereka berjalan, dan tentunya tak ada sehari pun yang di lewati tanpa beradu mulut dalam artian yang sebenarnya.

Hari-hari yang di lalui mereka tak berjalan mulus, selalu saja ada salah satu dari keduanya yang menyulut emosi, entah itu Yoongi atau Jimin, namun kategori menyebalkan masih di pegang oleh Jimin.

"Sudah ku bilang, kau itu sekarang sudah menjadi suamiku, harusnya kau diam di rumah menunggu suamimu pulang bukan pergi dan pulang seenaknya, Min Jimin" kata Yoongi yang lagi-lagi pusing akan rengekan Jimin yang ingin pergi dengan teman-temannya.

Bukan karena apa, melainkan jika Jimin sudah asik dengan temannya ia akan lupa untuk pulang, dan berakhir mengabaikannya. Yoongi hanya ingin saat pulang kerja sudah ada hidangan tersedia untuknya, sedangkan yang dipikiran Jimin hanya bersenang-senang saja.

Sebagai seorang suami dan kepala keluarga, Yoongi bertanggung jawab penuh atas Jimin. Kedua orang tua Jimin menitipkan Jimin padanya, dan ia harus memegang tanggung jawab tersebut.

Yoongi baru saja pulang ke rumah, dan disambut dengan protesan Jimin yang merasa bosan dirumah, ia ingin pergi bertemu teman-temannya, tapi Yoongi tak mengijinkan.

"Tapi aku bosan jika terus-menerus di rumah Min Yoongi, apa kau tak paham!?" Ucapnya sambil mengikuti langkah Yoongi hingga kekamar mereka.

Oh yah ngomong-ngomong tentang kamar, akhirnya Jimin mengalah dan memilih tidur satu kamar dengan Yoongi setelah kejadian sebelumnya yang membuat mereka pusing jika orang tua mereka datang berkunjung, membuat Jimin harus pindah-pindah ke kamar Yoongi hanya agar terlihat jika ia dan Yoongi baik-baik saja.

"Kau bisa belajar memasak, membersihkan rumah dan lain-lain, banyak pekerjaan yang bisa kau kerjakan di rumah"

Jimin terperangah dengan ucapan Yoongi, apa maksud dari perkataan Yoongi barusan.

"Apa kau bilang!?.. maksudmu kau mau menjadikan aku pembantumu begitu!?"

"Yah kau bisa menganggapnya begitu" ucapnya sambil mengendurkan ikatan dasinya setelah meletakkan jas dan tas kerjanya di atas meja.

Jimin mengepalkan tangannya, merasa Yoongi sudah keterlaluan terhadapnya.

"Ya! Kau benar-benar keterlaluan Min Yoongi!!" Jimin mendekat kemudian menjambak rambut Yoongi yang kini mengaduh kesakitan akibat ulah Jimin.

"Jimin lepaskan, ini sakit.. kau ini apa-apaan!" Yoongi menahan tangan Jimin yang masih menarik rambutnya.

"Rasakan! Kau benar-benar membuatku kesal Min Yoongi!"

Tarikan semakin menjadi hingga Yoongi kewalahan karena ia yang merasa lelah sehabis pulang kerja. Dan berakhir ia yang tak sengaja mendorong Jimin hingga Jimin kehilangan keseimbangan dan terjatuh, namun sebelum kepalanya menyentuh lantai, tangan Yoongi terlebih dahulu menahan kepalanya agar tak terbentur lantai.

Hingga terjadilah posisi Jimin yang berada di bawahnya dengan satu tangan Yoongi yang menahan kepalanya dan satunya lagi yang menahan dirinya agar tak menimpa Jimin.

Kedua mata itu saling menatap, menyelami keheningan yang terjadi, Jimin menyusuri wajah Yoongi yang terlihat tegas dan, ia sangat benci mengakui ini tapi Yoongi begitu tampan.

Begitupun Yoongi yang terpana akan paras indah Jimin, mata cantik hidung mungil serta bibir penuhnya, yang membuatnya ingin menyicipinya, tanpa sadar ia meneguk ludahnya membayangkan pikiran-pikiran kotornya.

 Destiny •yoonmin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang