"Karena rindu terberat adalah ketika tidak tahu kepada siapa sang rindu di tujukan". Begitulah fikir Renjani sebelum bertemu dengan Haidan Chandrakumara.
Minggu pagi ini Renjani sudah berada di dapur untuk memasak sarapan sederhana bagi si bungsu, karena sang bunda yang tengah sibuk dengan urusan butik dan toko kue nya.
"Jidan mau kemana?". Tanyanya pada si bungsu Gasendra.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Pagi Teh Aya, jidan mau ke lapang komplek sama haru katanya hari ini ada tanding futsal". Jidan Angkasa Gasendra adik dari Renjani Naraya Gasendra ini memang lebih suka memanggil Renjani dengan sebutan Teh Aya kalo Renjani terlalu panjang katanya.
"Sarapan dulu dan, biar ngga pusing, kasian haru kalo harus gendong kamu berat".
"Ya gusti teteh, Haru mah mana mau atuh gendong Jidan yang ada Jidan di tinggal".
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Astaghfirullah Jidan, jangan suudzon ngga baik". Saut seorang pemuda yang kini tengah menjadi topik obrolan, dia Haikal Rumanda yang biasa dipanggil Haru oleh Jidan.
Selain tetanggaan Haru ini teman sehidup sematinya Jidan dari jaman balita, makannya lengket terus sampe sekarang, kalo kata Ajun mah upin ipin tapi kembar tak seiras, beda sama Haru yang ganteng paripurna kalo Jidan ini ganteng tapi manis makannya pipinya itu sering jadi objek kegemesan teh Raya.
"Haru! ngagetin aja tiba tiba nongol".
"Abisnya gibah mulu kerjaannya, ini udah telat Jidan buruan ah!".
"Iya iya! Ngomel mulu kaya anak gadis".
"Yeu yang kaya anak gadis mah kamu Dan, cowo ko manis".
"Haru rese ah!".
"Eh udah udah ko malah pada ribut, Haru tunggu bentar ya Teteh siapin bekel dulu buat kalian, kasian Jidan belum sempet sarapan". Sahut Renjani menengahi.
"Eh ada Teh Aya, siaap teh! Haru pasti tungguin itung itung makan gratis hehee". Timpalnya sambil cengengesan.
"Gratisan mulu nih jepang kw".
"Yeu suka suka atuh Dan".
Dibandingkan mendengar keributan tak berujung dari dua bocah SMP Renjani lebih memilih mencari kotak bekal untuk Jidan dan Haru.
Rencananya hari ini Renjani akan ke cafe dekat sekolahnya untuk mengerjakan tugas kelompoknya bersama Raya, Janu dan Rasen, sekalian ngumpul bersama teman teman yang lain.
"Teh! Jidan sama Haru berangkat dulu!".
"Iyaa hati hati Dan jangan lupa di makan bekelnya, Haru nitip Jidan ya takut nyusruk ke selokan lagi".
Renjani hanya menggelengkan kepala sekilas lalu kembali masuk ke kamar untuk segera bersiap.
🌙
Jalanan hari ini terlihat ramai bak lautan manusia, mungkin karena libur sebagian besar orang lebih memilih untuk jalan jalan.
Setelah turun dari gasjek Renjani segera masuk ke dalam cafe, tadinya ia berencana menghubungi Janu untuk bertanya keberadaan mereka, mungkin karena terlalu fokus mengetik Renjani sampai tidak sadar telah menyenggol bahu seseorang hingga Americano nya tumpah ke jalanan.
"Yaampun maaf maaf tadi ngga kel--.."
Mata coklat Renjani bertubrukan dengan bola mata kelam milik seorang pemuda yang ia temui di kantin kemarin.
Tiba tiba rasa rindu itu datang lagi, tatapan mata sang pemuda yang Renjani yakin pernah menjadi tatapan terhangat yang pernah ia lihat dulu kala.
"Gapapa lain kali hati hati". Ujar sang pemuda dengan nada dingin.
"Aya lain kali ati ati, kan idan udah bilang tunggu di pinggir lapang"
Lamunan Renjani seketika terhenti ketika sang pemuda kini telah berlalu dari hadapannya.
Aneh, rasanya benar benar aneh bagaimana bisa hanya dengan menatap matanya Renjani merasakan rindu padahal ia yakin sebelumnya tidak pernah bertemu dengan pemuda itu.