⩩.Bicara

21 4 1
                                    

Kalimat Devan masih terngiang dikepala nakula, mungkin ada benarnya ucapan teman Adhimas barusan pikirnya. Namun ia tidak ingin mengambil pusing, ia harus fokus belajar agar tidak gagal dalam ujian nasional dan lagipula ini hanya cinta monyet pikirnya.

"Heh melamun aja lo!" teriak lia sembari duduk disamping nakula yang daritadi hanya menatap papan tulis kosong

"LIA PIKET ANJIR, KABUR SEKALI LAGI GUA DENDA!" ucap Raihan si ketua kelas.

"bawel amat lo kaya ibu kantin anjir, iya iya La gua piket dulu lo duluan aja" sambil mengusap bahu temannya itu ia lanjut melakukan aktivitas piketnya di hari senin.

Nakula berjalan menyusuri lorong yang sudah lumayan sepi, hanya tersisa beberapa murid dan hari semakin sore. Ia duduk di halte sambil melihat handphone nya yang rusak.

"Kalau kamu rusak, aku gak bisa ngabarin ibu sama bapak" Ucap nakula pada handphone kesayangannya

Ya, Nakula hanyalah satu satunya harapan keluarganya di kampung. Ayah nakula yaitu Yudha telah memiliki banyak masalah di kota mulai dari terlilit hutang hingga kasus korupsi yang membuat hidup nakula menjadi semakin sulit, belum lagi ia menjadi tulang punggung keluarga dimana harus bekerja paruh waktu di toko kue dekat kost nya.

"Jam segini mana ada bus lewat" ucap pria yang mengenakan hoodie navy itu sambil mengunyah permen karet.

"aku tau" jawab nakula gengsi, lalu ia pergi menjauhi halte, namun disusul oleh pria itu.

"La, gua temenin ya" ucapnya sambil berjalan disamping nakula.

"arah rumahmu kan beda sama aku dhim" jawab nakula singkat namun membuat Adhimas terhenti.

"Iyaaa tau, tapi gapapa ya ditemenin?" tanya Adhimas memastikan, kemudian setelahnya hanya dijawab anggukan oleh Nakula.

"mau sampai kapan?" ucap Nakula di sela sela jalan nya.

Adhimas reflek menengok "maksudnya?"

jujur adhimas tidak mengerti sama sekali maksud dari pertanyaan Nakula.

"Kamu gak capek dhim? selalu jagain aku kasih perhatian dan perduli bahkan bayarin uang sekolahku, dhim maaf ya tapi aku ga pernah minta hal itu ke kamu. Jangan kasihanin aku kamu tau kan aku gak suka" Ucap nakula, ia sudah lama ingin mengatakan hal itu namun ia urungkan ketika akan mengatakannya, baru ini ia memiliki keberanian.

bukannya menjawab pertanyaan Nakula, adhimas malah mesem mesem gak jelas alias salah tingkah.

eh ini serius nakula tau? berarti dia sadar dong gua perhatian sama dia duh tuhan batin Adhimas

"dhim?" tanya nakula hati hati, ia takut Adhimas kesurupan mana lagi ini menjelang maghrib yang katanya setan akan keluar di jam ini.

"La, ini gua gak mimpi kan? ini obrolan terpanjang lu ke gua" Ucap Adhimas sambil senyum

"gak jelas" Nakula berjalan menjauhi adhimas, ia kira pria itu ada apa apa.

menyebalkan ucap Nakula dalam hati

sesampainya di gerbang kost, Nakula langsung masuk tanpa mengucap terimakasih kepada Adhimas, Seperti biasa.

malam sudah tiba, hujan begitu deras membuat Nakula tidak bisa tidur, ada perasaan mengganjal yang ia sembunyikan.

disisi lain,

"sialan, batrai handphone gua habis" ucap Adhimas yang setelah menghantar nakula langsung kembali ke halte untuk menunggu bus malam, sialnya hujan deras turun.

ia lalu menerobos hujan, biasanya ia membawa motor kesayangannya namun karena nakula ia menitipkan motornya untuk dibawa Galih.

Nakula sibuk membaca materi biologi nya, namun tidak bisa dipungkiri otaknya terus kepikiran Adhimas, lagipula bisa bisanya ide bodoh untuk mengantar dirinya muncul dikepala adhimas.

"apa aku telpon aja ya?" Ucap Nakula ber monolog kepada dirinya sendiri.

*berdering*

halo ini siap- ah bego kanan kanan, awas ketahuan musuh itu tembak tembak

suara khas itu muncul dari telpon, menyebalkan ucap Nakula dalam hatinya seraya menutup telpon kenapa ia mengkhawatirkan orang yang malah sibuk bermain game itu.

"siapa dhim" tanya Gema sambil membaca buku dzikir yang ia bawa dari rumah.

"palingan juga temen gua cumi" jawabnya santai sambil lanjut memainkan game nya.

"cumi? temen lu jualan seafood?" tanya Marko yang sibuk bermain bersama kucing Adhimas.

"cuma miscall, gitu aja gak tau bule!" Jawab Nugraha tertawa melihat tingkah marko.

"Makanya kalau jam kosong buka kamus besar bahasa adhimas" Ucap Chandra melihat marko yang keheranan.

"Eh kau kok bisa bisanya pulang kehujanan dhim" tanya Juna dengan logat khas nya.

"Biasalah!" Jawab Adhimas bernada.

sisanya hanya beradu tatapan melihat tingkah adhimas, aneh pikir mereka.

"Dhim, besok ada tanding futsal hadiahnya lumayan buat ke sumbangin ke yayasan kasih ibu, gas gak?" Tanya wira selaku kapten futsal sekaligus teman Adhimas itu.

"Gas, sisanya buat bagi bagi sama temen temen jalanan kaya biasa" Sahut Cakra semangat.

"Yang lain gimana?" tanya Endra sambil memakan kuaci di meja.

"Setuju kali aku sama kau" ucap Juna kemudian disambut anggukan oleh Chandra dan yang lain.

disisi lain,

"hah, aku setuju tapi ini bahas apa" Ucap bintang kebingungan memerhatikan teman temannya yang sibuk memberi usul.

Gema dan yang lain hanya bisa mengelus dada, melihat kelemotan temannya yang satu ini rasanya ingin menghujani amarah tapi tentu saja Wira akan memarahi mereka balik, bucin.

___________________𖣠 𖣠 𖣠__________________

dont forget to vote and comment guys, i adore you<3

ADHIMASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang