🌠5🌠

871 214 17
                                    


Cringe kan:(

+x+

















Atha menggeliat dan mengerjap pelan. Menyesuaikan cahaya yang masuk ke kelopaknya. Dirasa kesadarannya sudah terkumpul, dia malah mendadak diam begitu pemandangan leher seseorang ada didepan matanya. Mendongak dan menemukan wajah tampan Bian yang masih nyenyak dalam tidurnya. Atha senyum. Jadi gak tega dia mau bangunin.

Bian meluk dia erat banget sampai Atha gak bisa gerak sedikit pun, untung masih bisa leluasa nafas. Atha menghela pelan.  Karena gerakan sederhana yang dia buat pasti bakal bikin Bian bangun dengan mudah. Akhirnya, dia milih diam dan biarin sahabatnya itu tidur sedikit lebih lama.  

Bisa dibilang, kebiasaan tidur mereka itu kebalik. Kalo Atha mudah tertidur dan sulit dibangunkan, maka Bian adalah kebalikannya. Lelaki itu bahkan bisa tidur hanya empat jam dalam sehari--beda dengannya yang dua puluh empat jam penuh aja kadang gak cukup. Berakhir  Atha harus mengomel panjang lebar di esok harinya. Dia mengiyakan tapi tetap saja selalu terulang.

Batu banget emang.

Atha mendengus dan tersenyum kecil. Beralih memandang seksama pahatan rupawan dihadapannya. Bian ganteng banget kalo diliat dari deket gini, hehe..

Tangan kirinya yang bebas terangkat naik. Menyentuh permukaan wajah lelap milik Bian dengan hati-hati. Mulai dari kening,kedua alis, turun pelan ke hidung bengirnya yang kaya perosotan,terus berhenti di depan bibir. Atha diam, menggigit pelan bibir bawahnya, baru mau nyentuh permukaan bibir penuh itu,

"Hayo ngapain?" Suara serak Bian bikin dia tersentak kaget, diikuti matanya yang langsung menatap memicing ke arah Atha

"Eh-"

"Eits,mau kemana lo?" Bian segera mempererat pelukannya saat Atha hampir bangkit. Membuat tubuh mereka semakin menempel dengan wajah yang kini berhadapan. Bian terkekeh melihat raut gugup Atha, "L-lepas. Aku m-mau pulang.." Cicit Atha, kedua matanya bergerak gelisah berusaha menghindari tatapan Bian. Dia malu karena baru saja tertangkap basah oleh si objek yang baru saja menjadi kekagumannya.

"Cie salting.." Bian menduselkan ujung dagunya pada pucuk rambut Atha berkali-kali.

"Bian geli ih~ lepas Atha mau pulang-!" Atha memberontak karena kesal bercampur rasa malu. Membuat Bian sedikit kewalahan menahan pergerakan random dari badannya, "Iya-iya! Diem dulu tapi-"

"Gak! Lepas dulu!"

"Diem dulu-"

"Gak mau! Lepas! Lepas! Lepas Bian ihhh~!" 

"Diem dulu ntar lo jatuh-"

"Enggaak!"

"Anantha!" Suara Bian meninggi sampai tak sengaja mengungkung Atha dengan kedua tangan si manis yang ia tahan dikedua sisi tubuhnya. Posisi mereka kini terlihat sedikit ambigu. Dan, sukses. Gerakan random Atha pun seketika berhenti, lelaki manis itu mematung dengan tatapan terkejut,  "Dibilangin diem dulu, Dasar batu" Bian menyandarkan kepalanya di pundak Atha untuk mengatur nafas dan detak jantungnya.















"Bi..ian" cicit Atha,

"Hm?" Bian mendongak, lalu memandang lamat wajah Atha yang sedikit memerah. "M-minggir d--"

"Tha.." Panggil Bian dengan suara rendah,  Atha menahan nafas mendengar nya,

"h-hng?"

Hening sesaat. Hanya deru nafas konstan dari keduanya yang terdengar. Bian memandang Atha dengan tatapan penuh puja. Senyum kecilnya tersemat,  Membuat Atha tanpa sadar mengeratkan tautan tangan mereka. Bian tersenyum semakin lebar sebelum mendekat kan wajahnya. Seketika Atha mengalihkan pandangannya ke arah kiri dan memejamkan kedua matanya erat - erat.  Membuat kekehan samar milik Bian kembali terdengar.

" Lo mikir apaan sampe merem segala hng?" Bisik Bian dengan nada rendah tepat disebelah telinga Atha. Sengaja sekali mengusili lelaki manis itu. Balas dendam. Siapa suruh udah bikin Jantung Bian  selalu berdetak abnormal tiap hari?


























"Btw, gue suka lihat pipi lo merah..

















..Makin manis"


Deg-!







Selanjutnya Bian terkekeh melihat pipi Atha semakin merah hingga ke telinga.









God,he's so cute..













"At--BANGSAT BIAN!! MAU LO APAIN ADEK GUE, ANJING?!!"

+x+












"Sumpah bang! Tadi kita cuma tidur siang doang! Beneran deh, gue gak ngapa-ngapain-!" Bian bersuara dengan nada tegas, setengah memelas dengan dua jari terangkat  membentuk V sign, pada sosok Juna yang duduk dengan mata memicing ke arahnya. Berasa lagi disidang gegara ngehamilin anak perawan orang dia, anjirlah. Serem.





"Udah dong,Bang. Kasian,Bian loh! Sampe pucet gitu mukanya" Seorang wanita cantik dengan senyum anggunnya datang menghampiri kedua dominan itu sambil membawa sebuah nampan berisi dua gelas jus jeruk. "Tapi kan,Bun-"

"Cukup,oke? Bian juga udah bilang mereka gak ngapa-ngapain kan?  Bunda pulang bukan mau liat kalian berantem kaya gini ya,Bang?" Juna berdecak dengan wajah masam. "Bian juga, kalo 'becanda' jangan kelewatan ya. Bahaya kalo kepergok orang" Wanita itu tersenyum manis membuat Bian mendadak canggung, "I-iya Bun. Maafin Bian"

"Yaudah,Bunda ke dalam dulu. Mau lanjut kerja. Awas aja kalo kalian ribut lagi"

"Cih, bela aja terus"

"Bang gak boleh gitu ih.." Juna menipiskan bibirnya kesal, "Hmm"

"Yaudah ke kamar sana! Bian juga ke kamar Atha aja dulu. Nanti kita makan  malam bareng ya?"

"O-oke Bun" Bian tersenyum canggung. Tatapannya bertemu sesaat dengan Juna yang masih memicing kesal padanya, "Awas lo macem-macem" Ancamnya tanpa suara sebelum beranjak lebih dulu dari sana. Bunda Juna hanya menggeleng melihat tingkah anak sulungnya itu,  Tersenyum pada Bian sekilas sebelum benar-benar berlalu dari sana.

Bian menghela nafas panjang, "Woah~ gila! Bang Juna kalo marah serem banget-! Belom gue apa-apain adeknya aja begini, gimana ceritanya kalo--" Bian menggeleng.






Oh Shit-!








Kenapa otak gue jadi mendadak kotor gini kalo ngingat kejadian tadi,Anjirr?!!!


+x+

Masih full fluff😄 Tp siap-siap konflik yaa hehe:>

You(=I) || Taegyu [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang