Bulan Membelenggu

4.5K 619 133
                                    

Hujan satu hari satu malam sudah mereda. Bumi benar-benar basah. Seolah langit telah memuntahkan semua bebannya. Hari ini matahari memberontak. Seharian penuh ia terkalahkan dengan awan mendung. Pagi ini dengan percaya diri yang tinggi, matahari menampakkan diri. Mempertontonkan cahaya agungnya. Menghangati bumi dengan ketulusannya.

Rerumputan basah mulai mengering, embun menguap, burung-burung keluar sarang dan bercicit. Sinar matahari benar-benar mengilhami bumi. Menyeruak masuk dari celah, menembus ke dalam kamar seseorang.
Mengusik tidur nyenyak orang di dalamnya. Menyebarkan rasa hangat namun sedikit menyebalkan.

Jake terbangun dari tidur nyenyaknya. Matanya mengerjap menyesuaikan cahaya. Setelah matanya terbuka sempurna, ia menoleh menatap wajah lembut disampingnya. Bibirnya mengulum senyum. Tak mengira jika Sunoo akan memeluknya hingga pagi. Jake ingin menikmati setiap detik berada di pelukan Sunoo. Saat matanya hendak kembali memejam, ia mengingat satu hal. Hari ini ia harus pergi ke anak perusahaan milik ayahnya. Hari pertama menjadi CEO muda.

Seketika wajah Jake nampak lesu. Semangatnya memudar. Ia masih ingin berada di pelukan Sunoo. Dengan berat hati ia harus melepaskan pelukan Sunoo. Meninggalkan rasa yang begitu nyaman. la duduk di samping tubuh Sunoo, lalu menunduk untuk memberi si dokter kecupan lembut. Tangannya bergerak membetulkan selimutnya. Lalu bergegas turun untuk membersihkan diri.

Suara gemercik air membuat sepasang mata yang terpejam bergetar. Sunoo meraba kasur di sampingnya. Mendapati apa yang ia cari tidak ditemukan, dengan hitungan detik ia membuka matanya tanpa aba-aba. Sunoo terduduk dengan begitu kilat. Lalu meringis kesakitan di bagian bawahnya. Lukanya belum benar-benar pulih, ia juga masih sedikit demam dan kepalanya seketika terasa seperti dipukul batu bata. Sunoo memejam sejenak untuk menyesuaikan diri. Bangun tidur dengan cara seperti itu sangat tidak baik untuk jantung. Namun orang panik pun akan masa bodoh dengan hal seperti itu.

Setelah cukup tenang dan stabil, Sunoo mendengarkan suara gemercik air dari kamar mandi lagi. Mengingat wajah sendu dan tangisan Jake semalam, ia tiba-tiba khawatir. Ia takut Jake melukai dirinya lagi. Ia takut Jake masih memikirkan kejadian semalam. Hingga tak menyadari, sejak kapan Sunoo menjadi protektif terhadap Jake? Bukankah orang itu orang yang seharusnya ia benci? Namun untuk orang yang memiliki hati nurani yang tinggi selalu menyampingkan rasa benci.

Apa yang si tuan muda itu lakukan? Dia tidak menyakiti dirinya lagi kan?

Pertanyaan itu terus mengalun dan membuat kepala Sunoo seperti tertebas. Ia pun ingin mencari jawabannya. Saat turun dari ranjang, ia sedikit menggigil ketika telapak kakinya bersua dengan lantai yang dingin. Dengan langkah sedikit terseret, ia mendekat dan berdiri di depan kamar mandi.

Dengan gerakan lambat, tangannya terulur. Saat hampir meraih knop pintu, knop itu sudah diputar dari dalam. Lalu pintu itu terbuka. Orang yang keluar dari dalam hampir menubruknya. Sontak Sunoo mundur, namun langkahnya goyah. Ia hampir saja terjatuh sebelum sepasang tangan merengkuh pinggangnya. Lalu ia mendapatkan sebuah pelukan.

“Kamu baik-baik saja? Apa ada yang terluka? Kenapa berdiri di situ? Jika aku tidak hati-hati aku pasti sudah menubruk mu dan melukai mu. Hampir saja.”

Tuan muda cerewet itu terus melontarkan kekhawatirannya. Namun orang yang ia khawatirkan tidak merespon. Pikirannya sedang teralih. Sunoo mengerjap. Pipinya menempel pada kulit dingin nan basah. Beberapa detik kemudian, ia menyadari tengah bersandar di dada telanjang Jake.

Sunoo mengingat perasaan ini. Saat kulit mereka saling bergesek. Kulit Jake sedikit kasar. Terlebih banyak luka sayatan di permukaannya. Sunoo masih mengerjap. Ingatannya membawanya pada sebuah kenangan mengerikan ketika Jake berada di atasnya dengan tubuh tanpa sehelai kain. Memeluknya sembari mengecup seluruh wajahnya.

Obsession ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang