Chapter IV : La Sécheresse

578 43 0
                                    

Pagi itu Anna dan Leon sudah mengemasi barang-barang mereka dan bersiap untuk menyewa kereta kuda di pasar. Anna membawa pedang Schiereiland di balik punggungnya dan menggantungkan pisau belati Nordhalbinsel di pinggangnya. Mereka tidak membawa terlalu banyak barang. Hanya makanan dan pakaian tebal yang sudah Anna beli kemarin. Leon sudah mengingatkannya berkali-kali untuk membeli pakaian tebal tambahan karena Nordhalbinsel dikenal memiliki suhu terdingin di antara negara-negara lainnya.

"Itu benar-benar Negri Es. Tidak ada musim lain selain musim dingin. Satu-satunya bunga yang dapat tumbuh disana hanyalah Tulip Kristal yang mirip seperti bunga tulip yang tumbuh di Westeria, tapi setiap kelopaknya berlapis kristal es. Kau akan benar-benar kedinginan meski sudah memakai pakaian berlapis-lapis sekalipun." Kata Leon saat mereka sedang dalam perjalanan menuju pasar untuk membeli pakaian hangat tambahan dan menyewa kereta kuda.

"Kau pernah ke sana?"

"Aku pernah pergi ke Nordhalbinsel saat Perang Utara yang terjadi saat kau baru lahir."

"Waktu itu bukankah kau masih berusia lima tahun?"

Leon mengangguk. "Mendiang Raja Edward yang mengajakku agar aku dapat mengenal medan perang di usiaku yang masih lima tahun." Leon menghentikan ceritanya sesaat, menyadari dirinya tidak seharusnya menyinggung tentang mendiang Raja di depan Anna. Itu bisa membuatnya sedih lagi.

"Kenapa kau melihatku seperti itu? Apa aku terlihat sangat menyedihkan bagimu? Lanjutkan ceritamu. Aku harus mengenal Nordhalbinsel lebih jauh sebelum sampai di sana." Ucap Anna berusaha sebisa mungkin terlihat baik-baik saja di hadapan Leon meski sebenarnya jauh di dalam, hatinya masih terluka dengan kematian ayahnya.

Leon kembali melanjutkan ceritanya selama masa Perang Utara di Nordhalbinsel, sebisa mungkin menjauh dari topik yang sensitif. Kebanyakan dia menyebutkan tentang makanan utama di Nordhalbinsel yaitu daging dan produk susu dan sangat sulit ditemukan sayuran karena mereka tidak dapat menanam sayuran dan hanya mengimpornya dari Westeria atau menanamnya dengan bantuan para penyihir. Tapi karena intoleransi terhadap laktosa, Leon hanya mengonsumsi daging saja selama berada di Nordhalbinsel.

"Maaf karena aku memberimu roti susu waktu itu." Ucap Anna saat dia teringat perbuatannya.

"Syukurlah kau tidak benar-benar meracuniku." Sahut Leon.

"Mana mungkin! Kau satu-satunya yang kumiliki sekarang. Jadi jangan biarkan siapa pun meracunimu. Ini perintah." ucap Anna dengan sungguh-sungguh.

Leon berhenti melangkah, kemudian berlutut di hadapan Anna. Dia menatapnya dengan serius. "Baiklah." Katanya, sebelah tangan di depan dada seperti akan melakukan sumpah prajurit. "Aku berjanji tidak akan membiarkan diriku diracuni oleh siapa pun kecuali olehmu sendiri, Yang Mulia."

"Hentikan. Kau berlebihan." Kata Anna.

"Aku juga berjanji tidak akan mati kalau tidak kau izinkan."

"Leon..."

"Aku berjanji tidak akan meninggalkanmu. Dan selalu setia padamu."

"Oke. Cukup. Hentikan."

"Dan aku berjanji untuk—"

"Leon!" Anna turut berlutut di hadapannya. Menaruh telunjuknya di bibir Leon. "Sudah cukup. Jika kubiarkan, lama-lama kau bisa mengucapkan sumpah pernikahan di hutan."

Mereka tertawa bersama selama sisa perjalanan.

***

Ada yang berbeda hari itu di Pasar. Orang-orang berkumpul di satu titik dan membentuk antrean panjang. Bukan hanya para pembeli, tapi para penjual turut menutup tokonya dan ikut mengantre di tempat yang sama. Beberapa yang baru datang segera berlari menuju tempat itu dan ikut mengantre. Anna yang merasa penasaran dengan keramaian itu menghentikan salah satu wanita yang sedang berlari menuju antrean itu sambil membawa baki besar.

The Rose That Blooms in NorthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang