Chapter III : L'impératrice et Quatre Dragons

699 53 1
                                    

"Saat kita berada di tempat umum, kau tidak boleh memanggilku dengan 'Yang Mulia' atau 'Putri' atau 'Anastasia'. Kita tak pernah tahu siapa saja yang mendengar pembicaraan kita. Jadi panggil aku Anna saja."

Tidak ada satu orang pun di Istana, bahkan Raja dan Ratu sekalipun, yang pernah menyebut Sang Putri dengan nama panggilan seperti itu. Anastasia adalah sebutan paling akrab dan hanya Raja dan Ratu yang menyebut namanya seperti itu. Dan Leon tak pernah menyebutnya dengan namanya.

"Leon?" panggil Anna sambil menoleh ke belakang karena entah bagaimana permintaan itu membuatnya terdiam di tempat. Mereka sedang berjalan menuju pasar, kembali menyusuri hutan. Tapi kali ini, Anna sudah tak memerlukan bantuan dari Leon lagi untuk berjalan.

Justru Leon lah yang sepertinya membutuhkan bantuan.

"Itu sangat tidak sopan—"

"Aku yang memintamu." Potong Anna langsung, "dan jika kau tidak mau, kau sama saja sedang menentangku." Tangannya dilipat di depan dada. Bahkan meski tak mengenakan gaun megah dan mahkota di rambutnya, dia tetap seorang Putri.

Leon menghela napas, percuma saja berdebat karena dia tahu dia pasti akan kalah. "Baiklah, Yang Mul—maksudku, Anna."

Anna tersenyum puas.

Sesampainya di Pasar, mereka bertemu dengan para pembeli yang sering mengobrol dengan Leon. Sekumpulan ibu rumah tangga yang berbelanja bahan makanan untuk sehari-hari. Mereka tampak tersenyum ramah saat melihat Leon datang bersama Anna. Kemudian saling lirik dan saling sikut saat keduanya semakin mendekat.

Anna tampak bingung dengan perilaku pada Ibu itu. Tapi dia memperlihatkan senyum ramahnya juga dan menyapa mereka semua. Orang-orang Schiereiland memang terkenal dengan keramahan mereka, jadi Anna tak heran mendapatkan perilaku ramah dari orang-orang yang tak dikenalnya itu. Dia hanya perlu berbaur dan bersikap normal agar tak dicurigai dan dikenali sebagai Putri Schiereiland yang menghilang.

"Astaga, senang sekali akhirnya dapat bertemu denganmu. Aku sudah lama ingin melihatmu." Sahut seorang pembeli yang usianya mungkin sama dengan ibunya, Ratu Isabella.

Orang-orang Schiereiland memang terkenal ramah, tapi sikap Ibu ini seperti orang yang memang sudah mengenalnya. Atau paling tidak pernah mendengar tentangnya.

Anna berusaha mengingat-ingat apakah dia mengenali wanita itu. Apakah mungkin dia memiliki kerabat jauh yang tidak diingatnya yang tinggal di desa dan bukan dari kalangan bangsawan. Tapi dia sama sekali tidak mengenali wanita itu sekeras apa pun Anna berusaha mengingatnya. Jadi dia hanya mengangguk sopan dan tersenyum padanya. Tak benar-benar tahu harus berkata apa.

Leon menggenggam tangannya dengan erat seolah mengisyaratkan padanya untuk tetap tenang. Leon selalu tahu kapan Anna merasa tak nyaman.

Pembeli lainnya, yang bahkan lebih tua dari pembeli yang pertama tadi, berkata padanya, "Suamimu sudah menceritakan semuanya. Kudengar kau sakit karena cuaca yang kurang bagus belakangan ini. Tapi sekarang cuacanya sudah membaik, jadi kurasa kau sudah sehat kembali."

"Suamiku?" Anna menatap Leon dengan raut wajah penuh tanda tanya.

Leon menghindari tatapan Anna. Wajahnya merona entah bagaimana. Genggaman tangannya dilonggarkan seperti hendak melepasnya dan pergi jauh bersembunyi. Tapi Anna masih menggenggamnya.

Anna akhirnya mengingat-ingat cerita Leon tentang beberapa wanita yang menyebutnya sebagai sosok suami yang baik. Anna menahan tawanya sebelum memperbaiki sikapnya dan mencoba mendalami perannya sebagai 'Istri yang baru saja sembuh'.

Untuk lebih meyakinkan, dia melingkarkan tangannya pada lengan Leon dan mendekatkan tubuhnya padanya. Senyumnya bagai senyuman seorang Istri yang merasa sangat beruntung. "Suamiku memang sangat baik hati sudah merawatku selama aku sakit. Dia pergi ke pasar, memasak untukku, bahkan membersihkan dan merapikan rumah kecil kami." Ucap Anna sambil tersenyum ke arah Leon yang kini tampak benar-benar malu. Anna melepaskan tangannya dari Leon dan kini menepuk-nepuk pundaknya. "Sayangku, terima kasih banyak ya." tambahnya dengan nada manja.

The Rose That Blooms in NorthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang