0.4 Hickey

28 2 0
                                    

"Waaa!! Apaan nih?! Kamu kasih aku cupang?!"

Histerisnya Younghoon membuatku ingin mengisi mulutnya dengan kontroler di tanganku. Sudah seminggu sejak ia keluar dari rumah sakit dan kuajak bermain PS, kalau tidak begitu bisa-bisa dia mabuk-mabukan lagi. Sekaligus, aku tidak bisa mengejar Temulawak yang jadi tujuan awalku tinggal dengan si bongsor ini.

"Iya, diem sekarang, ayok main lagi!"

Mata Younghoon berbinar menatapku penuh bintang, membuatku risih dan meminum susu karton untuk mengalihkan atensiku. Kuakui rasanya mulai pas di lidahku, aku bisa bertahan dekat-dekat manusia dengan meminum susu. Yah, aku bersyukur, tapi juga meratapi nasibku.

"Makasih ya. Oh iya, aku udah bilang belum soal mimpiku waktu di RS?" ucap Younghoon sambil kembali hadir di sisiku, siap bertarung kembali.

"Udah, soal mata ungu itu kan?" sahutku.

Asal kalian tau, bosan sekali Younghoon menceritakan mimpinya selama ini padaku, setiap malam sebelum dia tidur. Tapi berhubung dia sedang sakit, aku tidak ingin membuatnya sedih dan tidak kunjung pulih dengan mencampakkannya.

"Hehe, aku tau kamu bosan dengerin, tapi sumpah keren banget," cengir Younghoon saat melihat wajah masamku.

Beberapa saat kemudian kami sudah asyik bermain sambil Younghoon berceloteh soal mimpinya tentang si mata ungu. Pikiranku selalu berkelana saat dia menyebutkan gigitan di lehernya. Apa dia bermimpi tentang aku? Tapi mataku tidak ungu saat makan. Iya kan?

"Masa mantanku?" lirih Younghoon mengelus bekas gigitan di lehernya.

Selain meninggalkan ingatan samar di memori Younghoon, rupanya insiden malam itu juga terukir lewat gigitanku, bentuknya mirip kissmark dan warnanya juga sama. Hingga aku harus mengarang cerita kalau Younghoon hampir diperkosa.

"Heh!" pekikku kesal saat Younghoon menghajar habis-habisan karakterku dalam game. Sial, aku tidak fokus.

"Ah boseen, kamu kalah mulu sih, haha!" ejek Younghoon menunjuk mukaku yang mendelik kearah televisi.

"Udah malem, sana tidur!" elakku menghindar sembari bangkit menuju pintu keluar.

"Heh, mau kemana? Ke Hyunjae lagi?" cegahnya mencekal tanganku.

Kutatap muka melasnya yang mengiba padaku untuk tidak ditinggal di rumah sendirian. Setiap malam sejak aku menjadi buronan VSC, aku selalu pergi ke Jahe untuk memalsukan segala jenis data dan menyamar menjadi manusia biasa.

"Cuma sebentar kok, mau ikut?" tawarku mendesah pelan.

"Mau,"

"Ambil mantelmu kalo gitu, kutunggu." tegasku membuatnya langsung menurut seperti anak-anak.

Younghoon itu kekanakan, hatinya sangat lembut. Pernah aku lihat dia pulang dari apotek membawa corndog, kelihatannya ia akan memberikan makanan itu padaku jika tidak bertemu keluarga kucing liar di dinding pojok gang.

"Oke, aku udah siap," ucapnya berdiri di sebelahku.

"Bagus, udah ganteng." pujiku tersenyum tipis.

Younghoon menggaruk kepalanya tersipu sedikit dengan kalimatku barusan, kami segera menuruni tangga hingga aku melihat bayangan seseorang yang berdiri di pintu utama.

.
.

"Ini, kamu bisa ngampus besok, dan aku akan sekampus sama kamu. Kita bisa jadi couple atau-"

"Jangan macem-macem,"

Jahe— maksudku Hyunjae, kami berganti identitas ke nama yang lebih normal bagi manusia agar VSC tidak curiga. Dia memasukkanku ke Fakultas Kedokteran, sementara dirinya di Fakultas Hukum, sebagai dosen. Keterlaluan memang.

Hunian Hyunjae tersembunyi di balik dinding gedung hukum yang ketat penjagaannya, dia bisa masuk karena memang tau kode akses masuk kemari. Jadi ini memang tempat yang aman, apalagi bagi buronan VSC.

Bagiku tempat ini mirip toko perhiasan yang bangkrut. Rak-rak penuh batu mulia dan hanya ada satu lorong tempat Hyunjae mengerjakan tugasnya sebagai informan ku.

"Ini apa? Wow," celetuk Younghoon di balik dinding bambu zen sebagai pembatas. Sibuk dengan toples-toples Hyunjae yang berisi barang kecil berkilau yang mahal.

"Kasian, mana masih muda," lirih Hyunjae iba melihat jiwa miskin harta Younghoon.

"Fokus! Gimana sama sepupuku?" ucapku penuh penekanan.

"Susah tau nyari info, apalagi dia bolak-balik ganti identitas." geram Hyunjae kembali menatap layar monitor.

"Oke kita pindah topik, kalung Matillo." ucapku serius.

"Aku udah baca soal kalung itu, tersebut kalo kekuatan kalung Matillo adalah mengatur waktu. Mulai dari perjalanan ke masa lalu sampai membuat lingkaran waktu." jelas Hyunjae menatapku.

Pantas saja seranganku terpental waktu itu, Temulawak membuat lingkaran tanpa batas dan akhirnya energiku berbalik padaku.

"Dia bakal mengendalikan waktu?"

Deg

Perasaanku tidak enak tentang hal ini.

"Tunggu— dia pernah bilang dia mau keadilan buat kaum kita," tandasku membuat Hyunjae kembali berpikir.

"Maksudmu... Dia mau ubah takdir vampir?" tanya Hyunjae mendelik kaget.

"Mungkin, lebih buruk?" balasku tak yakin, karena rasanya Temulawak punya tujuan lebih dari sekedar takdir untuk diubah.

Tok tok

"Temen-temen, maaf ganggu tapi ada paket dari pak pos."

Kami menolehkan kepala secara serempak menatap Younghoon yang melambaikan selembar surat dari pintu, Hyunjae bangkit menghampiri sementara aku duduk di kursinya memutuskan mencari nama "Kevin" dan "Jacob". Saat sebuah nama perusahaan penerbit muncul, aku lanjut mencari alamat dan rute kesana.

Younghoon dengan santai meletakkan sekotak susu disamping tanganku. Lalu ikut menatap monitor.

"Kamu mau kesana? Besok bisa barengan, aku juga mau kesana ketemu temen." ucap Younghoon melihat rute yang kucari.

"Kamu udah mau kerja?" basa-basiku.

"Aku gabisa beliin kamu susu kalo ga kerja," godanya sekaligus mengejekku.

"Bentar lagi aku pindah kok, aku bisa beli susu sendiri."

Hening.


"Cha Namja, sepertinya aku dapat informasi,"

Hyunjae masuk dari pintu membawa kotak dan surat yang sudah terbuka. Aku bangkit menghindar dari Younghoon yang terus-terusan menatapku, entah kenapa. Terimakasih Jahe, untuk pertama kalinya suaramu membuatku lega.

"Aku menemukan petunjuk lebih lanjut tentang Temulawak," ucap Hyunjae yakin sambil berjalan ke kursi dekat Younghoon.

Lalu Younghoon disana menatap tajam Hyunjae yang mendekat dan akan menduduki singgasana besarnya. Mereka beradu tatap.

"Kenapa liatnya gitu? Sawan?" gelak Hyunjae tertawa membuatku malu menjadi temannya.

.
.

—Dia mau ubah takdir vampir? Mungkin, lebih buruk?—


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


°Kenapa liatnya gitu? Sawan?

Kuyang In DisgustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang