0.7 Rescuing

18 3 0
                                    

Aku kembali membuka buku catatan tua dan membacanya berulang, Hyunjae sedang merakit senjata untuk keadaan emergency saat kami menyusup ke bunker nanti.

"Oke, ini dia! Lihat deh, aku habis bikin apa!" ujar Hyunjae bersemangat membawa sebuah basoka padaku.

Sebuah senjata panjang berwarna putih, dari baunya aku tau kalau isinya adalah minyak atsiri dari keringat klan bawang. Hyunjae ingin aku menembakkan misil ini di bunker.

"Buat apa si?" tanyaku memutar-mutar basoka itu, melihatnya dari segala sisi.

"Nanti, kamu butuh pengalihan besar-besaran dari vampir dan kuyang." Hyunjae merebut basoka itu dari tanganku, lalu mengusapnya seakan-akan kotor sehabis kupegang.

"Heleh, kayak bisa liat masa depan aja," decihku malas.

"Yaah, aku kan pintar, ini namanya prediksi!" decaknya bangga.

Baiklah, Younghoon tunggu kami. Jangan mati.

.
.

Setelah mengamankan keadaan sekitar, misil yang berdiam di dalam tas golf ini masih belum siap diluncurkan. Hyunjae akan membuka pintu bunker dengan meretasnya, lalu aku akan masuk dengan penyamaran. Jika terdesak, barulah aku akan menembak amunisi atsiri ini.

Begitu pintu terbuka, aroma tai cicak mengurung nafasku. Ini aroma khas pelembab vampir tipe daur ulang. Bila kalian ada disini, kalian akan lihat tubuh compang-camping mereka. Lengan kiri dan kanan yang tidak seiras warna kulitnya, dan jahitan-jahitan yang menghubungkan pergelangan tangan dan pangkal lengan itu sangat mengerikan.

Karena mereka menggunakan anggota tubuh mayat manusia atau vampir lain untuk dipasang di diri mereka. Aku dengan tenang berjalan diantara mereka, walau ada secuil rasa takut ketahuan.

Berbeda denganku yang vampir murni, mereka tidak punya kemampuan penyembuh diri. Kulit mereka juga sensitif terhadap cahaya matahari, tapi mereka semua adalah petarung yang handal. Sayang sekali mereka harus bekerja untuk Temulawak.

"Tunggu," seorang vampir mencegat jalanku. Gawat.

"Ya? Ada apa?" tanyaku to the point.

Matanya menelusuri wajahku lalu melirik tas yang kubawa di punggung, apa baunya sebegitu tajam sampai bisa dicium? Gelisah alih-alih tegas, aku menjentikkan jari kedepan wajahnya.

"Password nona," katanya.

"Sunlight to the dawn, moon over the sun." jawabku sesuai apa yang Hyunjae katakan.

"Barang apa yang kamu bawa?" tanyanya menyelidiki raut wajahku.

"Bukan urusanmu, sekarang tolong minggir," tegasku menatapnya sinis.

Tampaknya ia sedikit tersinggung karena aku mundur selangkah sambil menunduk, menyembunyikan wajahku. Dia pasti mengira aku tidak tahan dengan bau tahi-nya. Ya memang.

Tapi untungnya, dia menyingkir supaya aku bisa pergi ke pintu putih di seberang. Begitu terbuka, aku terheran-heran melihat apa yang ada di baliknya. Banyak manusia yang duduk berjajar rapi, dijamu berbagai hidangan mewah dan tidak tersiksa sedikitpun.

"Cha?"

Mataku membulat menyadari Younghoon juga ada disini— tanpa luka, dia datang membawa gelas berisi susu kepadaku.

"Kamu udah selesai sama Hyunjae?" tanyanya mengulurkan susu.

"Hyunjae?" tanyaku balik.

"Katanya tadi mau nyambut tamu baru," dia tertawa menatap kebingunganku.

Kuyang In DisgustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang