Empat

1K 74 2
                                    

Kita sudah di tengah lautan lagi. Sudah dengan segala aktivitas kita masing masing. Kalian membaca ini harus dengan nada bahagia, yap benar sekali aku sedang sangat bahagia. Kata kata Luffy kemarin membuat menjadi semangat. Setidaknya biarkan aku bahagia seperti ini dulu ..

Malam kemarin untuk pertama kalinya kita semua melihat Franky dan Robin bertengkar. Sebenarnya aku tidak ingin mengurusi hal seperti ini, tapi melihat Robin yang menangis membuatku iba. Robin itu wanita yang kuat, rada aneh nggak sih kalau hanya karena lelaki dia harus menangis semalam suntuk. Jadilah sekarang aku di sini, di bar kapal meminta Sanji membuatkanku kopi. Aku benar benar tidak bisa tidur mendengar Robin menangis. Tidak tega membiarkan dia menangis sedangkan aku malah tidur pulas.
"Nami chan, bagaimana Robin sekarang? Franky sialan aku akan membuat perhitungan dengannya" kata Sanji sembari memberikanku kopi.
"Terima kasih Sanji. Robin tertidur setelah semalam menangis"
"Lalu kamu tidak tidur?" Tanyanya lagi.
"Mataharinya sudah mau naik, nanggung kalau tidur. Aku mau disini saja".
Sanji ini memang sering tertidur di bar, jadi bukan aku yang tiba tiba ke kamarnya & membangunkan Sanji hanya untuk secangkir kopi.
"Aku akan menemanimu Nami chaaan".
Aku tertawa melihat tingkah Sanji. Dia itu memang penggila wanita, tapi dibalik sifatnya yang aneh itu dia sangat menghormati dan sopan dengan semua wanita.
"Jadi apa yang ingin kamu lakukan Nami?" Tanya Sanji lagi.
"Apa yaaa?" Jawabku bingung.
"Mau kuajari memasak? Bersama Nami chan semuanya akan menyenangkan".
"Boleh. Aku ingin bisa memasak. Apa yang sering dimakan Luffy? Ah maksudku menu kesukaan Luffy & yang lainnya" aku sedikit gelagapan.
"Oke Nami. Mari kita memasak sarapan untuk semuanya".
Sanji sangat bersemangat mengajariku memasak. Pelan pelan & juga sangat teliti. Katanya agar aku bisa paham. Setidaknya kantukku hilang karena kegiatan ini.
"Kalian senang sekali, sedang apa sih?"
Tiba tiba suara itu menghentikan tawa kita. Tanpa menolehpun aku sangat hafal suara ini. Si bodoh kesayanganku.
"Luffy kau ini mengganggu saja" ucap Sanji.
Aku melanjutkan kegiatanku dengan Sanji lagi. Dengan si kapten yang mengawasi kita berdua dari balik meja bar. Saat aku sedang mengiris daging, tidak sengaja jariku tergores pisau. Spontan Sanji mengambil tindakan yang tidak terduga. Dia menarik tanganku, memasukan jariku yang terluka dalam mulutnya.
"Ah Sanji. Sudahlah tidak apa - apa" kataku sungkan.
Sanji tidak mendengarkan aku. Dia menarikku kearah wastafel, mencuci jari jariku dengan sangat telaten.
Brak !
Aku dan Sanji menoleh kearah suara.
"Woy Luffy, kau ingin kutendang? Awas saja pintu barku rusak gara gara kau!" Sanji berteriak melihat Luffy keluar dari bar dengan membanting pintu.
"Aneh sekali bocah itu. Tidak bisa melihat orang bermesraan" gerutu Sanji lagi.
Aku terdiam. Jantungku berdebar sangat cepat. Apa itu tadi ? Ada apa dengan Luffy ? Apa dia marah ? Tapi kenapa ?
"Sa sa sanji Luffy kenapa? Dia marah?" Tanyaku memastikan pada Sanji. Aku masih kaget dengan suara bantingan pintu yang sangat keras tadi.
"Si bodoh itu ingin menghancurkan pintuku" jawab Sanji sambil mengecek pintu barnya.
Luffy kenapa ?

Suasana sarapan sangat tidak menyenangkan. Robin tidak keluar dari kamar. Franky yang biasanya sangat berisik juga hanya makan setelah itu kembali ke deck kapal. Luffy? Entahlah aku tidak melihat dia setelah kejadian tadi subuh. Sisanya, kita hanya makan tanpa bicara.

Aku berencana membawakan sarapan untuk Robin ke kamar, diperjalanan menuju kamar Franky menghadangku. Katanya biar dia yang membawa sarapan untuk Robin sekalian minta maaf. Yasudah aku mengiyakan saja, toh mereka memang harus segera menyelesaikan masalah. Karena aku bingung harus kemana, aku berniat melihat kebun jerukku. Sekalian beristirahat. Kalian ingat kan aku masih belum tidur.

Ternyata aku tertidur setelah merebahkan sejenak badanku dikursi samping pohon jerukku. Saat membuka mata, aku terkaget ada Luffy disampingku. Sejak kapan aku tertidur dibahunya? Setauku tadi aku masih sendirian disini. Aku mengangkat kepalaku, melihat kearah Luffy yang ikut tertidur juga. Dia ini memang bodoh, bagaimana bisa dia tertidur dengan posisi seperti ini?
Ketika aku akan memegang kepalanya, Luffy terbangun.
"Aku ingin tidur sebentar lagi. Pinjamkan pahamu".
Sebelum kalian berpikiran yang tidak tidak, aku akan menjelaskan posisi tidur Luffy. Ya dia tidur lagi berbantalkan pahaku.
Aku hanya terdiam. Ayolah ini sangat mendebarkan. Jantungku seakan ingin copot dari tempatnya.
Aku mengambil topi jeraminya, membiarkan posisi tidurnya agar lebih nyaman.
Aku membelai rambutnya, ah ternyata sudah sedikit panjang sampai menutupi matanya.
Aku melihat wajahnya dalam dalam, bagaimana bisa aku menyukai bocah tengil pecicilan ini?
"Jangan dilihat terus, aku bisa malu" katanya tiba tiba dengan mata yang masih tertutup.
Aku sedikit salah tingkah, bisa bisanya dia berkata seperti itu dengan mudahnya sedangkan aku disini hampir terkena serangan jantung.
"Luffy bangunlah. Kamu ini berat, kakiku sakit" kataku.
Luffy masih tertidur dan merubah posisi tidurnya. Bagaimana ya cara menjelaskan ke kalian, pokoknya posisi tidur Luffy saat ini membelakangiku tapi masih menjadikan pahaku menjadi bantalnya.
"Aku marah denganmu, Nami" katanya.
Jantungku berhenti seketika.
"Kemarin aku melihatmu dengan Zoro, lalu tadi pagi dengan Sanji" sambungnya lagi.
"Bahkan kamu tidak ingat ketika kamu tertidur di kamarku apa yang kamu ucapkan padaku?" Katanya lagi.
Aku mematung. Benar benar jantungku bekerja lebih cepat, darahku mengalir lebih deras, suhu tubuhku mungkin jg meningkat tajam.
"Ha?" Hanya kata itu yang keluar dari mulutku. Bahkan otakkupun kosong, blank aku harus menjawab apa.
Luffy hanya diam dengan posisinya. Aku memang sama sekali tidak mengerti apa maksudnya. Apa yang aku ucapkan saat dikamarnya? Apa aku mengigau ? Memang benar kata Robin ketika aku kelelahan pasti aku akan berbicara saat tidur.
Cukup lama Luffy diam & aku juga tidak tau harus memulai dari mana.
Sudah hampir setengah jam posisi kita berdua tidak berubah. Kakiku mulai kesemutan, aku ingin mengubah posisiku saat ini tanpa membangunkan tidurnya. Tiba tiba Luffy bangun dari tidurnya. Tidak, dia tidak langsung pergi. Dia masih duduk disampingku sekarang. Aku melihat sekilas kearahnya, dia masih merapikan rambutnya yang tadi sudah kuacak acak. Dia mengambil topinya dari kepalaku tanpa sepatah katapun. Ketika akan berdiri, aku meraih tangan Luffy. Berniat mencegah dia pergi sebelum mengatakan hal yang tidak terselesaikan tadi. Luffy menoleh kearahku, "Kenapa Nami?" Dengan nada Luffy yang seperti biasa. Polos & lugu.
Dia ini memang spesialis membuatku bingung sekaligus gila.
"Tadi kamu belum selesai mengatakan sesuatu?" Kataku ragu ragu.
Luffy melepaskan tanganku dari tangannya.
"Sudahlah, kamu kan tidak ingat. Tidak begitu penting, jangan dipikirkan Nami" katanya sambil memamerkan cengiran bodohnya.
Aku berdiri dari dudukku. Aku memeluk Luffy tiba tiba, aku yakin dia pasti kaget. Aku sangat malu melihat kearahnya.
"Luffy maafkan aku, apapun itu maafkan aku. Aku benar benar tidak sengaja lupa tentang ucapanku malam itu" kataku.
Luffy sama sekali tidak membalas pelukanku, malah dia mencoba melepaskan. Tapi aku semakin erat memeluknya.
"Iya Nami iya. Tidak apa apa, oke?" Katanya lagi.
Entahlah ada bagian dihatiku saat ini yang hancur dengan ucapan Luffy. Apa sih yang aku ucapkan sampai membuat Luffy terlihat sangat kecewa ?
"Kamu memelukku terlalu erat Nami. Lepaskaaaan" rengek Luffy.
Aku melepaskan pelukanku. Melihat kearah Luffy yang tampak lega.
"Akhirnyaaaaa" kata Luffy sambil mengelus elus pinggangnya.
Aku mungkin tidak bisa seperti dia, yang membuat kondisi seakan tidak terjadi apa apa. Aku masih terdiam dengan reaksi Luffy barusan. Biasanya kalau aku memeluk Luffy dia pasti akan membalas pelukanku. Tapi ini tidak.
Luffy membungkukan badannya, mensejajarkan wajahnya dengan wajahku.
"Jangan lakukan hal yang membuatku ingin menjadi lebih, Nami" katanya dengan nada serius kemudian berlalu, pergi seperti biasanya.
Aku ini memang gadis yang gampang sekali menangis. Sekali lagi, Luffy menghancurkan hatiku sehancur hancurnya.

My Captain ! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang