Delapan

920 78 3
                                    

Setelah kejadian di hutan kemarin, hubunganku dengan Luffy menjadi sedikit ada kemajuan. Kita menjadi lebih sering menghabiskan waktu berdua. Untungnya teman teman yang lain tidak ada yang curiga, terkecuali Robin. Ya memang karena dia juga sudah tau diawal, tapi itu tidak masalah karena mungkin kalau Robin tidak memberi tau Luffy mengenai surat Shirahoshi tidak ada tu adegan peluk peluk dari belakang hahaha ..

Hari ini aku ditugaskan oleh Luffy untuk membantu Sanji menyiapkan makanan, akan ada teman aliansinya yg ingin berkunjung. Sedikit pesta penyambutan katanya.
"Semuanya sudah siap, Sanji kun" kataku sambil mengelap piring piring yang sudah disiapkan Sanji sebelumnya.
"Nami chaaan, tanpamu aku pasti tidak bisa menyelesaikan semuanya. Kita ini memang ditakdirkan saling melengkapiiiii".
"Diamlah. Memang siapa tamu kita?" Tanyaku.
"Oh kamu tidak tau? Trafalgar Law akan kesini. Dan katanya lagi si cantik Boa Hancock juga akan ikut. Aku tidak sabar" kata Sanji terihat berapi api menyebut nama Boa Hancock.
"Boa Hancock sichibukai itu? Wanita yg menyukai Luffy ???kau serius??"
Sanji mengubah mimik wajahnya seketika.
"Aku juga tidak menyangka Luffy si bodoh disukai sang ratu bajaklaut Boa Hancock" kata Sanji tidak terima.
Ah jadi penyambutan ini terlihat spesial karena kedatangan Hancock ya? Pantas saja. Kalau pun cuma Law tidak mungkin Luffy menyuruh Sanji membuat masakan sebanyak ini. Hah katanya tidak menyukai Hancock??? Atau Luffy hanya ingin membalas jasa Hancock saja karena sudah menolongnya dulu? Stop negative thinking, Namiiiiii ..

Hancock & Law sudah berada di Sunny Go. Zoro yang tidak pernah tertarik melihat wanita saja, sekarang ini tengah mencuri curi pandangannya. Jangan bahas Sanji & Brook, duo mesum itu sudah seperti cacing kepanasan. Dan Luffy ? Luffy duduk di samping Hancock tetapi sedang bercengkrama dengan Law yang duduk di depannya. Entah apa yang mereka bicarakan, aku sama sekali tidak mengerti arah percakapan mereka bertiga.
"Hoi Nami". Sebuah tepukan di pundak memudarkan lamunanku.
"Luffy bisa bisa diambil Hancock kalau kau tidak segera ngomong".
Itu Robin, orang yang dari tadi gencar sekali memanas manasiku untuk segera mengutarakan perasaanku pada Luffy.
"Biarlah. Aku tidak ingin memikirkannya"jawabku malas.
Bagaimana tidak malas, Luffy sedari tadi hanya bersama si Hancock itu. Memang ku akui Hancock itu cantik. Sangat cantik, oke kuralat. Rambutnya panjang & hitam, kulitnya seputih susu, wajahnya yang ayu rupawan & jangan tanyakan bagaimana bodynya, seperti gitar spanyol. Aku yang perempuan saja mengagumi kecantikan & kemolekan tubuhnya, apalagi mereka kaum laki laki. Jadi seperti ini ya sainganku? Boleh aku menyerah saja? Aku ada apa apanya dibandingkan dia ..
"Jangan melihat mereka seperti itu".
Lagi lagi suara Robin menyadar lamunanku. Benar, sebaiknya aku keluar dari ruangan ini saja.
"Mau kemana, Nami?" Tanya Zoro membuat seisi ruangan melihatku.
"Ku rasa aku sedikit lelah. Aku pamit tidur dulu" pamitku pada semuanya. Ku tunjukkan senyuman termanisku pada semua yang ada di ruangan ini. Luffy tampak melihatku sekejap lalu memalingkan pandangannya lagi kearah meja makannya. Sebenarnya dia juga tidak sedang bermesraan dengan Hancock, tp melihatnya tertawa dengan Hancock membuat moodku memburuk.
"Apa kau memerlukan obat, Nami?" Tanya Chopper.
"Jangan berlebihan. Aku hanya butuh tidur".
"Nami swaaaan, apa pekerjaan yg kuberikan tadi terlalu berat untukmu? Maafkan akuuuu" sambung Sanji.
"Tidak Sanji kun. Sudahlah kalian lanjutkan saja".

Bukannya kamar, aku malah mendatangi tempat menggambar petaku. Jelas aku tidak akan bisa tidur kalau masih mendengar suara cekikikan Luffy. Sebaiknya aku menyibukan diri saja, mari memulai kegiatan yang beberapa hari ini kuhentikan.

Ceklek.
Aku menghentikan kegiatan menggambarku ketika melihat seorang membuka pintu ruanganku. Bagaimana dia bisa tau aku disini sih ?
"Apa yang kamu lakukan disini? Jangan menggangguku" kataku tanpa melihat kearahnya.
Luffy menarik kursi dan menempatkan kursinya di samping mejaku menggambar.
"Ku kira kamu tidur" katanya.
Aku melihat sejenak kearahnya, wajahnya tampak memerah. Sudah kuduga dia pasti mabuk. Ku letakkan pensilku, tanganku mengarah pada jidat & pipinya. Apakah panas, maksudku seperti itu.
"Kau mabuk rupanya" kataku sembari melanjutkan menggambar.
Luffy meletakan kepalanya di atas meja, dia memandangiku. Ya aku tau itu walaupun aku sedang pura pura sibuk saat ini. Aku tidak mengajaknya berbicara lagi, kubiarkan saja dia seperti itu. Rasanya masih malas saja. Dia ini, setelah bersama Hancock seenaknya saja bersikap sok manis padaku.
"Namiiiii".
Luffy menghentikan pergerakan tanganku. Tangannya mengambil pensilku dan membuangnya.
"Apa yang kamu lakukan bodoh???" Kataku sedikit berteriak.
Aku berdiri dari kursiku, mencari pensil yang dibuang Luffy entah dimana. Ada sudut hatiku yang rasanya aku harus marah dengan Luffy. Bukan karena pensil yang tiba tiba dibuangnya, tapi aku sendiri juga tidak tau kenapa aku bisa semarah ini dengan Luffy.
Aku berjongkok mencari pensil disela sela lemari. Aku sebenarnya memang ingin menghindari Luffy daripada harus melihat wajah tengilnya. Tiba tiba saja air mataku menetes, kalian para perempuan pasti pernah merasakan kemarahan yang tidak bisa diungkapkan, bukan karena tidak bisa, tapi tidak punya hak untuk marah, lalu hanya bisa menangis. Sangat sesak sekali hatiku dari tadi. Ku akui aku memang sangat cemburu. Ku pikir ini akan reda, tapi dengan datangnya Luffy kesini malah membuatku semakin sakit. Dia ini menganggapku apa sih? Bodohnya aku yang menyukai manusia karet, jelas saja dia tidak punya hati.
Luffy mendatangiku, dia berjongkok mensejajarkan tubuhnya denganku.
"Ini pensilnya, sudah jangan menangis lagi. Aku minta maaf, Nami" kata Luffy sambil mengelus-elus rambutku.
Aku sudah semakin muak dengan Luffy, aku mendorongnya sampai tersungkur.
"Jangan dekati aku lagi, Luffy".
Luffy secepat kilat menarikku dan membawaku kepelukannya. Aku sempat memberontak hingga akhirnya aku pasrah saja dipermainkannya lagi. Aku menangis sejadi jadinya, aku tidak peduli yang dipikirkan Luffy sekarang. Dia juga hanya diam. Aku menangisi diriku sendiri. Aku tidak memintanya untuk menjadi kekasihku tapi aku selalu cemburu melihat dia bersama wanita lain.

Mungkin sudah setengah jam aku menangis di pelukan Luffy. Dan Luffy benar benar hanya diam tidak bersuara. Dia hanya mengelus-elus punggungku. Aku melepaskan pelukan darinya, ku kira dia tertidur ternyata tidak. Saat kulepaskan, dia melihatku dan membantuku untuk berdiri. Tangannya bekerja menghapus sisa sisa air mataku. Aku menyingkirkan tangannya lagi, dan yang terjadi Luffy memajukan wajahnya kearahku dan mencium keningku. Aku benar benar kaget, aku mematung. Aku tidak tau harus bagaimana lagi. Untuk mendorongnya menjauh dariku saja aku tidak bisa. Luffy kembali memelukku. Tidak, aku tidak membalasnya karena aku masih sangat kaget.
"Maafkan aku" katanya.
Luffy melepaskan pelukannya dan tersenyum hangat padaku. Dia menundukan kepalanya, seperti anak kecil yang takut kalau dimarahi oleh sang ibu.
"Nami, kamu marah sekali padaku ya? Maafkan aku" katanya masih dengan posisi kepalanya menghadap bawah.
Oh tidak, sampai Zoro tau Kaptennya melakukan hal seperti ini, pasti kepalaku akan ditebas dengan pedangnya.
Aku memegang pipinya dengan kedua tanganku. Luffy melihat kearahku dengan senyuman mautnya. Dengan sangat cepat dia mencuri ciuman pertamaku. Ya, dia mencium bibirku cepat saat aku memegang pipinya untuk tidak melakukan hal seperti tadi.
"Luffy".
Aku benar benar kaget dengan yang dia lakukan. Bahkan untuk marahpun tidak bisa, tidak tidak aku tidak marah. Aku malah sangat senang. Jantungku berdetak tidak karuan, kupastikan wajahku saat ini sangat merah.
"Kamu milikku, Nami. Jadi jangan pernah menyuruhku untuk tidak mendekatimu lagi" sambungnya.
Luffy tersenyum padaku. Oke, seseorang tolong sadarkan aku kalau ini bukan mimpi.
"Ma maksud maaksuudmu aa apa ?" Tanyaku terbata bata.
Luffy mendekat kearahku lagi. Bibirnya menyentuh bibirku sekali lagi. Hanya saja ini sedikit lama.
"Aku milikmu, oke? Jadi jangan berpikirkan aku menyukai wanita lain" tambahnya lagi.
Aku benar benar tersipu. Wajahku benar benar sangat panas sekarang. Luffy tertawa melihat tingkahku yang sangat konyol ini.
Luffy mencubit pipiku sangat keras.
"Sakit, Luffy!!! " teriakku.
Luffy tertawa puas. Aku hanya mengelus pipiku yang hampir copot ini.
"Tapi Nami, karena aku seorang kapten aku tidak ingin anak buahku mengetahui hubungan kita. Aku sebenarnya sudah tau lama tentang perasaanmu, tapi aku mencoba memendam ini. Tapi melihatmu hari ini, aku tidak bisa membiarkanmu seperti ini terus. Aku seperti orang jahat yang mempermainkan hatimu" jelasnya panjang lebar.
Luffy kemudian duduk di bangkunya lagi.
"Aku sudah berusaha menahannya. Maafkan aku yang akhirnya seperti ini" sambungnya lagi.
Aku melihat kearah Luffy yang terlihat frustasi. Dia benar, seorang kapten akan kehilangan kebijaksaannya kalau kru & musuhnya tau dia mengencani salah satu anak buahnya.
Aku menghampiri Luffy yang sedang duduk dengan memangku-tangannya, kuusap rambutnya dengan harapan dia sedikit tenang. Luffy melingkarkan tangannya keperutku. Dia ini juga manusia biasa, kalau sedang seperti ini aku seperti ibu yang menenangkan anaknya yang sedang gelisah.
"Aku tidak keberatan Luffy" kataku.
Luffy melepaskan pelukannya. Dia melihat kearahku dengan wajah bingungnya.
"Kamu tidak apa apa kalau kita harus bersembunyi- sembunyi?" Tanyanya.
Aku tersenyum & menganggukan kepalaku. Luffy yang masih duduk, memeluk perutku lagi.
"Kamu tidak apa apa tidak bisa seperti Robin dan Franky? Benar benar tidak papa?" Tanyanya lagi.
"Iya Luffy" kataku.
Luffy berdiri dari duduknya, dan memelukku lagi. Kalau ini bukan seperti anak dengan ibunya yaaaa, hahaha ..
"Tapi hari ini kamu sangat senang. Apa karena ada Hancock di sampingmu teruuuussss???!" Godaku sambil melepaskan pelukan Luffy.
"Tidak. Aku biasa saja. Dia tu yang menempel nempel padaku" jawab Luffy.
"Yang benar??? Memang aku tidak mendengarmu tertawa bersamanyaaaa?" Aku masih melanjutkan menggodanya.
"Namiiii, Hancock itu terlalu tua untukku" jawabnya sedikit merengek.
"Tapi seksikaaaan?" Tanyaku lagi.
"Seksi sekaliiii. Aku ini laki laki normal jugaaa" jawabnya.
"LUFFFFYYYYYY!!!!"
"Hahahahahahahahahahahahahahahaha".

My Captain ! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang