Enam Belas (End)

1.4K 66 13
                                    

Luffy menghentikan langkahnya ketika menyadari aku yang tidak merespon kehadirannya. Memang aku harus meresponnya bagaimana? Berlari kearahnya juga dan memeluknya? Lalu aku harus terjebak dalam hubungan yang merumitkan lagi? Tidak tidak. Aku tidak mau mengulanginya lagi. Setidaknya aku lebih memilih menyimpan perasaanku sendiri saja. Aku tidak ingin menyulitkan Luffy lagi.
"Kau kenapa baru pulang?" Kataku.
Aku tidak bisa mengatakan kalau aku merindukan dia.
Luffy hanya tersenyum, memperlihatkan deretan giginya.
"Hehehe maafkan aku. Apa kalian semua mencemaskanku?" Tanyanya.
"Kau tanya saja sendiri. Aku mau tidur".
Aku melewati Luffy begitu saja. Padahal saat ini aku sangat ingin memeluknya, aku harus menahannya.
"Tunggu, Nami"
Aku menghentikan langkahku, menunggu kata kata yang akan Luffy katakan.
"Terima kasih sudah menungguku" sambungnya.
"Aku tidak menunggumu, bodoh".

Aku hanya melihat Luffy dari jauh, dia sedang asik bercerita dengan Chopper, Usop dan Franky. Akhirnya aku mendengar tawanya lagi. Yaaa aku merindukan tertawa bersama dia ..
Memang sekarang ini bisa, tapi beda. Mungkin bagi Luffy sama saja, tapi bagiku lain. Sudahlah Namiiiiii .. jangan sampai kau ini terbawa perasaan lagi.
"Sudah jangan dilihat terus. Dia tidak akan pergi lagi".
Suara Robin membuyarkan lamunanku.
"Siapa melihat siapa ???" Elakku.
Robin hanya tertawa.
"Sudahlah. Aku ingin melupakannya. Jangan menggodaku terus" sambungku.
"Kalian ini aneh. Masih saling suka, tapi sok sokan harus berjaga jarak" kata Robin.
"Hey, kau tau kan kita berpisah karena apa?" Aku masih tak mau kalah.
"Kau tau, yang lain juga sudah menerima kalau kalian berkencan. Siapa yang masih menghalangi coba? Zoro? Kurasa dia tidak peduli dengan kalian berdua. Usop? Hahaha kemarin itu dia hanya tidak terima, sobat terdekatnya sudah berani berpacaran. Sanji? Kurasa dia juga sudah merestui" kata Robin panjang lebar.
"Benar. Aku merestui kok"
Tiba tiba saja Sanji duduk di sampingku dan menyela pembicaraanku dengan Robin.
"Nami swaaan, aku sangat menyukaimu. Aku lebih tidak suka melihatmu murung setiap hari. Kalau si bodoh itu bisa membuatmu bahagia, yasudah mau bagaimana lagi" sambung Sanji lagi.
Aku hanya diam, sambil mengaduk aduk ramen yang sedari tadi kuanggurkan.
"Kenapa diam saja, Nami?" Tanya Robin.
"Ah tidak. Aku juga tidak tau harus bagaimana kalau memulainya lagi. Kurasa biarkan saja kita seperti ini dulu" kataku sedikit lesu.

Aku langsung keluar begitu selesai makan malam. Entahlah, rasanya tidak mood saja dengan keramaian. Gara gara obrolan singkat tadi, membuatku sedikit berfikir. Tapi tidak tidak, aku tidak akan kembali lagi pada Luffy.

"Ah Namiii"
Lagi lagi kenapa selalu saja berpapasan dengan Luffy sih ??
"Ada apa, Luffy?"
"Kenapa kau cepat cepat keluar ? Apa ada urusan penting?"
Nah seperti ini nih yang bikin aku susah move on. Kalian tau, bagi Luffy pertanyaan seperti ini sungguh sangat biasa. Tapi bagiku, perhatian kecilnya seperti aku menemukan harta karun.
"Aku sedang lelah, ingin mencari angin".
Lagi lagi angin ku jadikan alasan ..
"Haaaaaa padahal aku cuma bisa melihatmu di meja makan. Kau selalu menghindariku" katanya dengan nada sedih.
Apakah aku berdebar??? Sudah pasti !! Jantungku seakan berdetak 3x lebih cepat dari biasanya.
"Maafkan aku, aku terlalu jujur ya??? Hahahaha" sambung Luffy lagi.
Aku masih diam. Melihat ekspresinya yang terlihat bodoh ini.
Yuk Nami, pergi dari sini sebelum terkena jerat mantan.
"Kau ini kenapa ???! Minggir, aku mau lewat".
Aku tidak berhasil untuk melewati Luffy. Dia menarik tanganku dan memelukku sangat erat. Aku tidak bisa berkata apa apa. Entahlah, aku terlalu kaget atau malah senang dengan perlakuannya saat ini ?
"Kita memang sudah selesai. Tapi kau tau kan, aku tidak pernah selesai denganmu. Biarkan begini sebentar, ini perintah kapten" katanya.
Aku tidak membalas pelukannya. Aku masih diam mematung dalam dekapan hangatnya. Tubuhnya masih hangat. Masih menjadi tempat paling nyaman.

Aku kembali ke kamar dengan wajah merah padam. Aku masih tidak percaya dengan pelukan lumayan lama tadi. Ah Luffy, apa apaan dia tadi sok menggunakan jabatan kaptennya. Padahal tanpa dia mengatakan itu aku juga tidak menolaknya hahahaha ..

"Sepertinya terjadi sesuatu"
Lagi lagi Robin membuat lamunanku buyar.
"Kau menggangu" jawabku ketus.
Robin tertawa.
"Kau mengobrol dengan Luffy?" Tanyanya.
"Rahasia" jawabku.
"Luffy memelukmu?" Tanya Robin lagi.
"Rahasia" jawabku lagi.
"Apa??? Dia menciummu juga?????" Tanya Robin dengan ekspresi kagetnya.
Aku melempari Robin dengan bantal di kasurku. Pikirannyaaaaa ..

Aku sedang menggambar peta di ruanganku. Memang masih pagi, jujur saja aku memang tidak bisa tidur. Aku masih membayangkan pelukan Luffy kemarin. Hari ini mari kita lupakan Luffy dan menyibukan diri dengan menggambar.

Ditengah tengah kegiatanku, tiba tiba saja Luffy berlari dan menutup pintu dengan wajah khwatirnya. Saat kutanya, ternyata dia sedang bermain petak umpet dengan Chopper dan Usop. Asal kalian tau, kaptenku ini memang masih bocah.

Luffy berjalan kearahku, dia memintaku untuk berbohong kalau saja Chopper masuk untuk mencarinya. Sekarang ini dia sedang bersembunyi disamping rak buku depan meja yang sedang kupakai. Bisa kalian bayangkan, kau sedang menggambar dan mantanmu ini melihatmu tanpa menoleh sedetikpun. Jelas aku salah tingkah apalagi kalau ingat kemarin malam yang dia lakukan padaku.

Tok tok tok
Chopper baru saja kesini mencari Luffy. Dan juga aku malah membantu Luffy. Memang aku masih ingin melihat Luffy di sini sedikit lama. Tenang saja aku hanya melihat, tidak lebih koooookkkk ..

"Chopper sudah pergi. Jadi, keluarlah" kataku.
Luffy keluar dari persembunyiannya.
"Terima kasih, Nami"
Luffy berjalan kearah pintu. Tapi bukan membukanya, dia malah menggerakan kunci pintunya. Ya, dia malah mengunci pintunya.
"Aa apa yang ka kau laku kan?"
Tiba tiba saja aku menjadi sangat gugup.
Luffy berjalan kearahku. Kali ini dia tidak memelukku, dasar aku yang langsung GR. Luffy duduk di atas meja tepat berada di depanku.
"Tidak ada. Aku hanya ingin berbicara saja" katanya santai.
Jantungku berdetak tidak karuan.
"Kenapa harus mengunci pintunya?" Tanyaku masih gugup.
Luffy memajukan wajahnya, karena gugup aku memundurkan wajahku.
Luffy hanya tertawa, lalu mengelus kepalaku.
"Aku akan menjelaskan hal yang dulu kau salah paham, Nami".
Luffy menjelaskan panjang lebar mengenai hubungannya dengan Rebecca. Kuakui memang aku yang cemburu, tapi tidak dipungkiri ku rasa memang Rebecca menyukai Luffy. Hanya saja Luffy ini tidak peka. Coba saja semua tau kalau Luffy sudah menjadi milikku, apakah wanita wanita di luar sana masih akan mendekatinya???
"Kau percaya?" Tanyanya meyakinkanku.
Aku hanya menganggukan kepalaku.
"Jangan menghindariku lagi biarpun kita sudah selesai" katanya lagi.
Luffy bangkit dari duduknya. Dia masih tersenyum padaku, dengan wajah tampannya itu. Iya, memang dia sangat tampan biarpun tengil.
"Maafkan kalau aku membuatmu kesusahan lagi. Tapi aku tidak bisa kalau tidak melihatmu, apalagi kau menjauhiku" rengeknya.
Aku mengikuti Luffy, berdiri dan memberanikan diri untuk memeluknya. Jangan salah paham, ini seperti pelukan teman pada umumnya.
"Maafkan aku juga, Luffy. Walaupun kita tidak bisa kembali tapi aku tetap menjadi orang yang selalu mendukungmu" kataku.
Luffy tersenyum cerah. Lalu mencubit pipiku gemas.
"Boleh ku cium?" Katanya menggodaku.
"Tidak!!!" Kataku galak.
"Aaaaa sebentar saja kok" katanya lagi.
"Tidak ya tidak !!" Jawabku lebih galak lagi.
Tiba tiba saja Luffy menarik pipiku dan menciumku singkat. OH MY GOD ..
"Hehehe aku tidak bisa menahannya, Namiiiiiiii" katanya dengan nada takut.
Aku masih tidak bergeming, ada apa denganku??? Tembokku runtuh hanya karena seperti ini???
Luffy tertawa mungkin dia melihat ekspresi bodohku karena ciuman singkat tadi.
"Jangan marah Namiiii, kita kan TEMAN"

My Captain ! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang