16 | Sketsa Wajah

94 13 0
                                    

Tema: Bertemu seseorang di bus yang mengubah pandangan tokohmu.

Karakter: Albedo

Dan ini agak AU karena di GI gak ada bus aslinya.

-

Yang biasa ia lakukan dalam perjalanan dari Liyue ke Mondstadt selepas mengobrol dengan Xingqiu seputar ilustrasi baru untuk bukunya adalah menggambar. Albedo selalu mencoba menantang timing waktu keberangkatan dan kepulangannya dengan buku sketsa dan pensil di tangan. Dalam waktu setengah jam berkendara, bisakah ia menyelesaikan gambar singkat? Dalam waktu setengah jam bisakah ia menyelesaikan sebuah bust-up sebuah figur yang ada di kepalanya? - kurang lebih seperti itu tantangan yang biasa ia lakukan.

Bus itu biasanya kosong, Albedo bisa berkonsentrasi karena hanya ia sendiri dan supir di depan sana yang mengemudi tanpa melihatnya di ujung sebelah kanan tempat duduk paling belakang. Lagi, hari itu ada seseorang yang naik dan duduk di sebelahnya.

Tidak jarang melihat laki-laki bersurai pirang panjang bahkan hingga dikepang, namun Albedo merasa laki-laki itu tidak biasa. Jaket bertundung warna coklat yang dikenakannya kebesaran, dipadu dengan jins yang ngepas badan - berbeda dengannya yang memakai kemeja dan celana pensil. Urakan memang, namun laki-laki ini terlihat cukup rapi menurut standar Albedo.

"Kamu menggambar?" tanyanya. Gerakan pensilnya yang semula asal pun terhenti.

"Kurang lebih." balasnya pendek. Ia tidak biasa bertukar sapa, apalagi dengan orang yang belum dikenalnya, tapi Albedo tak kuasa menaikkan alis. "Jarang ada orang naik bus Liyue ke Mondstadt jam segini."

"Karena ini jam tersepi aku bisa menikmati perjalanannya." ungkapnya dengan senyum manis.

Ternyata, mereka sependapat.

"Apa yang kamu cari di Mondstadt?" Albedo melanjutkan sketsanya, kerangka wajah, sambil-sambil ia mengingat satu bentuk muka di balik ingatan. Laki-laki bersurai pirang itu tidak keberatan melihat konsentrasinya terpecah.

"Saudari kembarku, ia memintaku mencari buket bunga Aster Kincir," ia mengedikkan bahu. "Entahlah untuk apa, mentang-mentang bunga itu hanya ada di sekitar Mondstadt."

Albedo tersenyum simpul, sketsa kasarnya selesai tepat waktu. Ia akan menyempurnakannya nanti, setelah ia puas berbincang dengan orang asing ini dan membantunya mencari buket tersebut.

Ternyata, mengobrol dengan orang asing tanpa banyak menatap sinis dan skeptis sekeliling cukup menarik.

"Oh ya, namaku Aether." sunggingnya tiba-tiba.

"Albedo," balasnya cepat. "Nanti biar kubantu kamu mencari bunga itu." [ ]

DWC ImpactTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang