Tema: Memalsukan Kematian
Karakter: Mona
-
Tidak terhitung berapa banyak hari yang ia kerap habiskan di luar sana demi mengejar ilmu pengetahuan. Terutama bila malam menjelang, rasanya asing kalau ia tidak keluar untuk menikmati langit penuh bintang di entah belantara Teyvat sebelah mana.
Ia memang adalah Astrologis Mona Megistus dan kehausannya akan ilmu yang tak akan pernah lekang oleh kendala apa pun - baik hujan, monster, hujan meteor, atau badai kosmik sekalipun.
Walau demikian, ada kalanya Mona membenci dua hal yang sering ia rasa kurang: 1) kekurangan Mora (padahal namanya dan uang beda satu huruf) dan 2) kehabisan makanan.
Memang, Mona tahu apa saja bahan-bahan di alam yang dapat dia makan atau tidak. Terkadang, ia malah lebih cepat pingsan dibandingkan mencapai bahan makanan tersebut. Seringkali ia juga tersungkur tanpa energi di dekat sarang monster saat tengah berjalan-jalan.
Pilihan Mona ketika hal itu terjadi adalah sama: pura-pura mati - menjadi satu dengan tanah, berharap monster-monster itu hanya akan melangkahi 'bangkai'-nya dan pergi tanpa minat.
Biasanya, dalam beberapa saat ia terkulai, akan ada saja orang yang mengangkutnya kembali ke Mondstadt, atau mungkin dia tidak sadar kalau dia sudah berjalan kembali dengan teleportasi airnya.
"Mona? Aku sudah buatkan Sweet Madame untukmu."
Dan sekarang, ada bau manis ayam dan hangatnya perapian. Mona mencoba menaikkan kepala lemas, sayup-sayup pengembara wanita dengan rambut pirang pendek yang membuka kemping dadakan di dekat onggokan tubuhnya tergambar samar di penglihatannya.
"Li-lima menit lagi."
Ia akan berpura mati beberapa saat lagi, mungkin si pengembara akan menyuapinya makanan nanti, seperti biasa. [ ]
KAMU SEDANG MEMBACA
DWC Impact
Fanfiction28 hari, 28 tema yang belum tentu senada dengan otak yang berbicara dan tangan yang mengetik. Putaran harian ini akan menyeret karakter-karakter, latar-latar, dan apa pun yang bisa ditarik. Segalanya tidak akan lagi sama. - Cerita ini diikutkan dala...