Hari yang cukup melelahkan serta membosankan bagi Jeaden, Nadhif, dan Rendi sebagai siswa kelas dua belas.
Karena mereka dihantui dengan Ujian Nasional yang semakin dekat. Banyak hal yang harus mereka persiapkan untuk menghadapi ujian tersebut. Maka mereka memutuskan untuk belajar bersama seperti yang Jeaden dan Nadhif rencanakan ketika makan siang di kantin.
Sepulang sekolah mereka berkumpul di rumah Rendi. Diantara mereka bertiga kemampuan akademik Jeaden memang yang paling lemah. Tapi tidak seburuk itu untuk seorang siswa yang sering berada di ranking 20 besar dalam kelas. Sementara Rendi tidak terlalu pintar tapi juga tidak bodoh-bodoh sangat. Dan Nadhif ini yang otaknya paling encer diantara mereka bertiga karena sering mendapat ranking tiga besar.
Di dalam ruang tengah itu mereka belajar bersama ditemani berbagai macam makanan dan minuman ringan yang sengaja Rendi siapkan, agar lebih bersemangat ketika belajar. Awalnya Nadhif memang bersemangat mengajari Jeaden beberapa materi pelajaran matematika. Akan tetapi dia kemudian meminta Rendi yang meneruskan penjelasannya sebab Jeaden yang tak kunjung paham membuatnya merasa lelah.
Nadhif memerhatikan bagaimana sikap Jeaden ketika diajari oleh Rendi. Berbeda dengan ketika Jeaden diajari olehnya tadi. Bersama Rendi, Jeaden terlihat lebih tenang dan fokus. Masalahnya menurut pengamatan Nadhif, fokus Jeaden bukan ke materi yang dijelaskan Rendi, justru pemuda itu terfokus pada Rendinya.
Iya, diam-diam Nadhif menyadari bagaimana cara Jeaden menatap Rendi. Bersahabat sejak kecil dengan Jeaden tentu membuat Nadhif hafal sebagian besar kebiasaan pemuda itu. Jeaden bukanlah orang yang ekspresif sehingga dia tidak mudah ditebak. Hanya ada satu hal yang bisa membuat Jeaden menunjukkan ekspresinya. Adalah ketika menonton Manny Pacquiaoㅡ petinju kesukaannya, bertanding.
Jeaden sangat suka menonton pertandingan tinju. Hingga dia rela mengesampingkan hal lain di hari Minggu demi menonton pertandingan tinju di televisi. Seperti ketika ekstra basket pernah diundur pada hari Minggu karena sang pelatih sedang berhalangan di hari latihan biasa. Jeaden lebih memilih bolos latihan bakset untuk menonton pertandingan tinju jagoannya.
Dan ketika jagoannya menang dalam pertandingan, Jeaden menjadi orang yang paling bahagia di dunia. Nadhif paham betul bagaimana fokusnya Jeaden ketika menonton jagoannya bertanding di atas ring tinju. Tatapannya penuh antusiasme dan kekaguman saking besarnya rasa suka yang dia miliki pada sang jagoan.
Dari hal itu Nadhif menyadari tatapan yang sama Jeaden berikan pada Rendi. Dia curiga jika Jeaden memang menaruh rasa suka pada Rendi. Sebab baru kali ini dia melihat Jeaden memberikan tatapan penuh makna begitu kepada orang lain kecuali jagoan kesukaannya dalam dunia tinju. Pemikiran itu pula yang mendorong Nadhif untuk bertanya langsung pada Jeaden.
"Lu suka sama Rendi?"
Jeaden tersedak buah mangga ketika mendengar pertanyaan itu keluar dari belah bibir Nadhif. Dia berdeham untuk melegakan tenggorokannya sebelum menjawab, "Ngaco lu. Gue masih normal."
KAMU SEDANG MEMBACA
BLUE NEIGHBOURHOOD [ ✓ ]
Fanfiction⌠ boy x boy | jeno x renjun ⌡ ❛❛ Untuk atma berkepemilikan rasa, dan daksa yang lesap dilebur semesta. Mencintaimu adalah caraku bertahan hidup. ❜❜ by : anxiethree start : 21-01-21 end : 19-04-21