Tuesday, February 16
» chapter 3
Benar saja. Pria itu benar-benar serius dengan ucapannya.
Kemarin malam tepatnya di ruang tamu, ia yang tengah menikmati malam karena insomnianya kambuh dengan tv menyala. Netflix menjadi tontonan setia penghantar tidur, sudah jalan hampir 2 jam dan rasa kantuk belum juga menguasainya.
Di pertengahan durasi, Karina terpaksa menerima telefon—hanya tertera nomor tanpa nama yang sudah pasti ia belum pernah berhubungan dengan si penelefon.
Ia mengangkat panggilan sambil menyuap popcorn ke mulutnya. "Hello?" sapanya dan orang yang menghubunginya sengaja telat merespon.
"Who is this?" Karina cukup jengkel, ia hanya mendengar deru napas teratur dilanjut dengan kekehan kecil.
"Yonathan." Karina buru-buru menjauhkan ponselnya, dari mana pria itu mendapat nomornya? Tunggu dulu. Betapa bodohnya dia melupakan pemberian nomornya pada si sekretaris.
"Untuk apa menelefon?"
"Hanya ingin mendengar suaramu." godanya, wanita itu meresponnya dengan decihan dan menunggu Yonathan melanjutkan kalimatnya.
"Ku kira kau sudah pergi tidur." spontan Karina menggeleng, "Not yet, my insomnia almost drove me crazy." balasnya.
"Kau sendiri, kenapa tengah malam begini menelefonku? Aku yakin bukan dengan alasan hanya ingin mendengar suaraku." tanyanya penasaran.
"I'm bussy. Pekerjaanku belum selesai dan butuh teman mengobrol." wanita itu mengangguk, terdengar helaan napas lelah dari pria itu setelahnya.
"Bagaimana, sudah kau pikirkan jawabannya untuk besok?" inilah, hal yang dihindari malah terungkit kembali. Karina tidak tahu harus menjawabnya bagaimana.
"Kau diam, maka jawabannya iya." Karina melotot tak percaya dengan ucapan Yonathan. "Tidak sama sekali, apa yang harus 'ku pikirkan? Dengar. Bahkan kau dan aku belum lama saling mengenal dan tadi pagi kau melamarku secara gamblang dan tak ragu-ragu, ini semua terasa aneh untukku." cicitnya lagi.
"Besok. Pukul 10, aku akan menjemputmu."
Berakhir lah dia dengan Yonathan, saling melempar pandang. Pria dengan setelan casual elegant, celana oversized dipadu dengan kemeja putih yang dilipat sampai siku juga kacamata hitam yang bertengger di hidung bangirnya—di belakangnya terparkir rapi Lamborghini putih.
Karina tidak habis pikir, sekaya apa pria satu ini?
Yonathan melambaikan tangannya ke arah Karina dengan elegant wrap dress hijau tua selutut tidak berminat membalas sapaan tangannya. Ia kira pria itu main-main dan berakhir tidak datang, namun dengan berat hati dan sedikit cemas akhrinya Karina pasrah ketika Yonathan saat 7 pagi menelefonnya, mengingatkan.
"Kau serius rupanya, tuan." ucap Karina menyindir lalu menatap Yonathan malas.
Yonathan terkekeh ketika melihat ekspresi sayu yang ditunjukkan wanita itu. "Aku tidak pernah main-main, aku punya tujuan tersendiri. Menguntungkan aku juga dirimu. Tidak akan ada yang dirugikan, kau tenang saja." jelas Yonathan.
KAMU SEDANG MEMBACA
'𝐅𝐎𝐑𝐓𝐑𝐄𝐒𝐒
Fanfictionsummary ↳ ❝Menikah lah denganku, akan kupastikan hidupmu terjamin dengan semua kekayaan. Aku memohon saat ini Kurang dalam waktu 24 jam, Yonathan Alexander melamar wanita yang baru dikenalnya; Karina Roseline. Fortress...