Jepang.
Semacam orang norak yang baru melihat salju, bukannya langsung menuju tempat pengambilan bagasi, Nindy menempelkan wajahnya di jendela besar bandara dan berkata, "Woaaahhhh, salju!" berulang kali dia ucapkan itu seraya cengar cengir. Kemudian dia mengambil selfie dan segera mengirimkan gambar pada keluarganya di Indonesia sebagai bentuk kabar kalau dia sudah sampai dengan selamat di Jepang.
Usai memenuhi kenorakannya, barulah dia menuju tempat pengambilan bagasi dan menunggu kopernya muncul. Tepat di seberangnya, pria tampan alias pria buronan itu berdiri, sepertinya koper dia belum muncul juga, sama seperti Nindy. Dia tersenyum simpul pada Nindy, yang diberi senyuman, malah menoleh ke belakangnya, memastikan si pria tidak salah orang memberikan senyumannya. Sungguh bodoh. Sungguh polos.
Dia memutuskan untuk pura-pura tidak kenal dan tidak lihat senyuman tersebut.
Sungguh pemandangan yang menganggu mata dan pikiran. Pikir Nindy.
"Ah itu dia koper gue," tergesa-gesa, Nindy mengambil kopernya, mengecek kembali tidak ada yang kurang, kemudian dia ke tempat penyewaan mobile wifi dan saat ingin membayar, dia agak kesulitan mengambil uang yang ada di dalam tas slempangnya.
"Wait, miss." ujar Nindy.
Colekan pada bahunya membuat dia menoleh cepat.
"Here, you can use mine," si pria tampan itu lagi. Kali ini dia langsung menyodorkan kartu kreditnya pada petugas penyewaan mobile wifi dan mengatakan menyewa 2 buah.
"Eh, nggak usah. Eh, I mean.. Not necessary, Sir." ujar Nindy menolak sambil menggerakkan kedua tangannya tanda tidak perlu dibantu.
Tidak menjawab, pria itu tetap membayar, membiarkan Nindy bengong seperti orang bego.
Selesai transaksi, dia menarik lengan Nindy dan memberikan 1 buah modem padanya. "Nih, punya kamu,"
"Lho, orang Indonesia?"
Dengan tatapan tajam dia menjawab. "Iya, memangnya kamu pikir saya orang apa?"
Nindy menerima modemnya. "Kirain orang Jepang atau orang Korea, tahu gitu sih ngobrol bahasa Indonesia aja mas-nyaa,"
"Justru saya baru tahu kalau kamu juga orang Indonesia,"
"Emang nggak kelihatan muka asia begini?"
"Bisa aja kan, orang Malaysia, Thailand, Filipina, atau negara Asia Tenggara lainnya."
Nindy menarik satu sudut bibirnya. "Ya udah, terus ini jadi berapa totalnya?"
"Punya kamu tadi saya sewakan sekitar 4 hari, 4000 yen kurang lebih," jawab Alvaro.
"Kurang apa lebih nih? Jangan sampai saya ngutang,"
"Cukup,"
Nindy merogoh isi dompet dan mengambil uang. "Eh sebentar, kalau mau memperpanjang kemana? Saya kan 10 hari di Jepang,"
"Coba aja googling, "
"Kenapa tadi nggak sekalian tanya?" Nindy sewot
"Kenapa saya yang harus tanya? Kan yang punya keperluan kamu, masih untung dipesanin 4 hari,"
"Ya deeh, ini duitnya, mudah-mudahan nggak kurang. Udah ya, Mas-nyaa.. saya mau menikmati liburan. Sendirian."
Alvaro tidak menjawab.
Nindy mulai melangkah pergi meninggalkan Alvaro. "Saya Alvaro." seru pria seraya menatap mata Nindy.
"Ha?"
"Saya Alvaro. Kamu?"
"Ooh, nanya nama?" Ya iyalaahh Niiinn, nanya namaaa. Nindy sungguh merasa bodoh seketika. "Nindy. Saya Nindy,"
KAMU SEDANG MEMBACA
About 7 Days With You
ChickLitHanya butuh 7 hari 24 jam untuk merasakan jatuh cinta. Setidaknya itu yang dirasakan Alvaro dan Nindy saat mereka terpaksa harus tinggal dalam 1 apartemen sebagai turis backpacker di Jepang, rencana liburan mereka pun gagal. Situasi tersebut membua...